Proses Pendaratan dan Pelelangan di PPN Palabuhanratu 1 Pendaratan Hasil Tangkapan

43 Sebaran kelas berat dari keempat jenis sampel hasil tangkapan dominan pada bulan November masing-masing memiliki nilai frekuensi yang berbeda- beda. Pada ikan layur frekuensi terbesar berada pada selang kelas 416-532 gram 43 ekor. Pada ikan tembang frekuensi terbesar berada pada selang kelas 40-60 gram 31 ekor. Pada ikan tongkol selang kelas 140-272 gram merupakan frekuensi terbesar dalam sebaran ukuran berat ikan tersebut, yaitu 37 ekor. Untuk ikan etemansemar frekuensi terbesar berada pada selang kelas 50-94 gram yaitu 32 ekor Gambar 12. Pola frekuensi sebaran kelas ukuran panjang dan berat ikan layur adalah relatif sama Gambar 11 dan Gambar 12. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan layur sampel yang didaratkan berasal dari satu populasi yang sama. Pola frekuensi sebaran kelas panjang ikan tembang, hanya memiliki satu puncak pada akhir selang kelas, dan berdasarkan pola frekuensi sebaran kelas beratnya juga memiliki satu puncak yang relatif berkumpul bagian tengah selang kelasnya. Hal ini mengindikasikan sampel ikan tembang yang didaratkan juga berasal dari satu populasi yang sama. Pada ikan tongkol, pola frekuensi sebaran kelas ukuran panjang relatif tidak jauh berbeda dengan pola frekuensi sebaran kelas ukuran beratnya, yakni memiliki pola satu puncak. Diduga sampel ikan tongkol yang didaratkan berasal dari satu populasi yang sama. Berlainan dengan ketiga jenis ikan diatas, pola frekuensi sebaran kelas panjang ikan etemansemar dan pola frekuensi sebaran kelas ukuran beratnya adalah relatif sama, yaitu memiliki dua puncak. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan etemansemar yang didaratkan berasal dari dua populasi yang berbeda atau dari dua wilayah populasi yang berbeda.

5.2 Proses Pendaratan dan Pelelangan di PPN Palabuhanratu 1 Pendaratan Hasil Tangkapan

Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu oleh nelayan dilakukan pada pagi dan sore hari. Untuk nelayan yang berangkat melaut pada malam hari mendaratkan hasil tangkapannya pada pagi hari, sedangkan untuk nelayan yang berangkat melaut pagi hari mendaratkan hasil tangkapannya pada 44 sore hari. Hal ini menunjukkan operasi penangkapan dilakukan selama sekitar 12 jam per trip. Nelayan mendaratkan hasil tangkapan ke fishing base atau PPN Palabuharatu setelah melakukan operasi penangkapan ikan. Nelayan yang melakukan pendaratan pagi hari yaitu bagan, pancing layur, gill net, pancing tonda, pancing ulur dan rampus, nelayan yang melakukan pendaratan pada sore hari yaitu payang, dan saat malam hari dilakukan oleh nelayan tuna longline. Kapal tuna mendaratkan hasil tangkapanya pada umumnya dilakukan saat malam hari, hal ini dilakukan untuk menjaga suhu hasil tangkapan tetap segar tidak terpengaruh oleh suhu pada siang hari. Ikan tuna itu sendiri didaratkan dengan cara menggunakan ganco sebagai alat untuk mengangkat atau memindah tuna dari kapal ke ruang pendingin. Nelayan payang, bagan, gill net, pancing ulur, pancing tonda dan rampus mendaratkan hasil tangkapan di dermaga pendaratan satu, sedangkan untuk nelayan tuna mendaratkan hasil tangkapannya di dermaga pendaratan dua. Dermaga pendaratan digunakan oleh nelayan untuk membongkar hasil tangkapan yang diperolehnya selama operasi penangkapan ikan. Untuk mendukung aktivitas pendaratan kini telah tersedia fasilitas dermaga pendaratan atau dermaga pembongkaran hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu sebanyak dua unit. Dermaga bongkar yang pertama, yaitu dermaga pembongkaran yang berada di sisi gedung TPI Palabuhanratu atau di dekat kolam pelabuhan kesatu dan dermaga bongkar yang kedua terletak di dekat kolam pelabuhan kedua. Dermaga kesatu digunakan untuk kapal yang berukuran lebih kecil dari 20 GT dan dermaga kedua digunakan untuk kapal yang berukuran lebih dari sama dengan 20 GT subbab 4.3. 2 Pelelangan Hasil tangkapan Aktivitas pelelangan ikan di TPI PPN Palabuhanratu belum optimal. Hal ini dikarenakan fungsi TPI saat ini sebagai tempat lelang tidak berjalan. TPI dipergunakan hanya sebagai pasar tempat jual beli biasa antara pedagang pembeli dan nelayan. Tidak ada pelelangan ikan. Tempat pelelangan ikan TPI Palabuhanratu tidak berfungsi secara optimal pada dasarnya diakibatkan oleh tidak berfungsinya KUD Mina Sinar Laut. 45 Menurut Pane 2007, kurangnya kemampuan sumberdaya manusia SDM untuk mengelola dan mengawasi pelelangan menjadi faktor penyebab tidak terselenggaranya pelelangan di TPI Palabuhanratu. Akibat dari hal tersebut diatas retribusi dari nelayan tidak ada, sehingga KUD tidak memiliki pemasukan untuk mendanai biaya operasional dan pembayaran gaji pengurus. Silalahi 2006 menambahkan, faktor yang menjadi alasan ketidakberfungsinya KUD Mina Sinar Laut adalah keterbatasan dana yang tersedia.

5.3 Pemasaran dan Pendistribusian Hasil Tangkapan di PPN Palabuhanratu