Pabrik Es atau Unit Pelayanan Es

32 Air yang berasal dari sumber air tersebut tidak dapat langsung dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih karena masih memerlukan pengolahan lebih lanjut agar air yang dihasilkan memenuhi syarat kebersihan. Instalasi pengolahan air bersih di suatu pelabuhan perikanan harus mampu memenuhi kebutuhan air bersih seluruh fasiitas yang ada di pelabuhan perikanan tersebut. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak PPN Palabuhanratu, penyaluran kebutuhan air bersih untuk kapal perikanan di PPN Palabuhanratu dipenuhi oleh PT. Eko Mulyo. Air yang disalurkan berasal dari air PDAM dan dialirkan ke kapal perikanan melalui jaringan pipa dan slang plastik dengan ukuran penjualan dalam bentuk “blong” drum plastik yang berkapasitas 250 liter dan 120 liter serta dalam bentuk jerigen plastik 30 liter untuk kolam satu, sedangkan untuk kolam dua menggunakan jaringan pipa dan slang langsung sampai ke dalam kapal. Kemampuan mensuplai air bersih di PPN Palabuhanratu masih cukup besar dengan tersedianya tangki air yang berkapasitas 400 m 3 Anonimus, 2007. Disamping itu telah terpasang instalasi baru air bersih khusus untuk kegiatan masyarakat perikanan, baik untuk nelayan maupun pihak investor dalam rangka meningkatkan pelayanan air bersih kepada masyarakat perikanan.

b. Pabrik Es atau Unit Pelayanan Es

Es penting digunakan untuk menjaga mutu hasil tangkapan agar tetap segar, baik ketika operasi penangkapan maupun selama proses pendaratan dan pemasaran hingga didistribusikan ke konsumen. Ciri-ciri es balok yang berkualitas baik adalah bening dan padat. Es balok yang berwarna putih juga baik, namun cepat mencair dan rapuh. Ciri-ciri es balok yang rusak adalah yang berwarna agak kehijauan, asin dan mudah rapuh. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak PPN Palabuhanratu, di Pelabuhan ini tidak memiliki pabrik es sendiri, tetapi bekerjasama dengan KUD Mina Mandiri Sinar Laut yang melaksanakan kemitraan dengan perusahaan swasta, yaitu pabrik es Ratu Tirta, Sari 33 Petojo dan Tirta Jaya. Dengan demikian, berkat kemitraan harga es yang diperoleh oleh nelayan dan pedagang ikan menjadi lebih terjangkau.

3. Fasilitas yang berkaitan dengan aktivitas pelelangan a. Gedung TPI

Syarat-syarat gedung TPI yang baik menurut Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan vide Rahadiansyah 2003, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :  Mempunyai persediaan air bersih,  Mempunyai wadah untuk melelang hasil tangkapan,  Tidak terdapat genangan air di lantai pelelangan ikan,  Ruangan yang ada pada gedung TPI dibagi menjadi Lubis, 2005 : 1. Ruang sortir, yaitu tempat membersihkan, menyortir dan memasukkan hasil tangkapan ke dalam wadah atau keranjang; 2. Ruang pelelangan, yaitu tempat menimbang, memperagakan dan melelang hasil tangkapan; 3. Ruang pengepakan, yaitu tempat memindahkan hasil tangkapan ke dalam peti lain dengan diberi es dan atau garam, selanjutnya siap untuk di kirim; 4. Ruang administrasi pelelangan terdiri dari loket-loket untuk pembayaran transaksi hasil pelelangan, gedung peralatan lelang, ruang duduk untuk peserta lelang, toilet dan ruang cuci umum. Letak dan pembagian ruang di gedumg pelelangan harus direncanakan agar aliran produk flow of product berjalan dengan cepat. Hal ini dengan pertimbangan bahwa produk perikanan merupakan produk yang cepat mengalami penurunan mutu sehingga aliran produk ini terganggu akan menyebabkan terjadinya penurunan mutu ikan Lubis, 2005. Luas gedung TPI ditentukan oleh faktor-faktor jumlah produksi yang harus ditampung oleh gedung pelelangan, jenis hasil tangkapan yang dilelang dan cara peragaan hasil tangkapan saat dilelang. Lantai gedung pelelangan harus miring kira-kira 2 . Hal ini dimaksudkan, air dari penyemprotan kotoran sisa-sisa hasil tangkapan setelah selesai aktivitas pelelangan dapat mengalir ke 34 saluran pembuangan dengan mudah sehingga kebersihan tempat pelelangan senantiasa terpelihara Lubis, 2005. Berdasarkan informasi dari pihak PPN Palabuhanratu, luas gedung TPI sebesar 864 m 2 . Hasil pengamatan peneliti memperlihatkan bahwa pemanfaatan gedung TPI oleh nelayan, pedagang ikan dan pembeli bakul hanya sepertiga dari luas seluruh gedung untuk melakukan aktivitas pemasarana hasil tangkapan, sisanya digunakan untuk parkir motor dan aktivitas berdagang oleh beberapa pedagang lain. 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1 Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu mencapai lebih dari 54 jenis dengan jumlah volume produksi 5.461,6 ton. Beragamnya jenis alat tangkap yang dioperasikan di PPN ini subbab 4.1 Tabel 1 menghasilkan beragamnya jenis hasil tangkapan tersebut. Tabel 6 Produksi hasil tangkapan didaratkan menurut jenisnya di PPN Palabuhanratu tahun 2006 No. Jenis Ikan Jumlah ton Komposisi 1 Cakalang 1.001,3 18,3 2 Tuna Madidihang 677,8 12,4 3 Tuna Mata Besar 562,0 10,3 4 Tongkol Abu-abu 506,5 9,3 5 Eteman Semar 485,8 8,9 6 Tongkol Lisong 454,3 8,3 7 Tembang 369,6 6,8 8 Layur 222,6 4,1 9 Udang Rebon 214,5 3,9 10 Tongkol Banyar 152,0 2,8 11 Peperek 144,0 2,6 12 Tuna Albakora 143,8 2,6 13 Deles 106,0 1,9 14 Ikan Lainnya 421,2 7,7 Jumlah 5.461,6 100,0 Keterangan: Pendaratan asal dari laut Sumber: Anonimus, 2007 diolah kembali Jenis hasil tangkapan dominan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu pada tahun 2006, yang diperoleh dengan melihat persentase volume produksi per jenis hasil tangkapan yang memiliki komposisi lebih besar atau sama dengan 5, adalah cakalang dengan volume produksi 1.001,3 ton 18,3, tuna madidihang dengan volume produksi 677,8 ton 12,4, tuna mata besar dengan volume produksi 562,0 ton 10,3, tongkol abu-abu dengan volume produksi 506,5 ton 9,3, etemansemar dengan volume produksi 485,8 ton 8,9, tongkol lisong dengan volume produksi 454,3 ton 8,3, dan tembang dengan volume produksi 36 369,6 ton 6,8. Data volume produksi dan komposisi ikan laut menurut jenis tahun 2006 dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 6 dan Gambar 6. Cakalang 19 Tuna Madidihang 12 Tuna Mata Besar 10 Tongkol abu- abu 9 SemarEteman 9 Tongkol Lisong 8 Tembang 7 Ikan Lainnya 15 Tongkol Banyar 3 Udang Rebon 4 Layur 4 Gambar 7 Komposisi jenis hasil tangkapan dominan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu pada tahun 2006. Sepanjang tahun 2006, besaran volume produksi bulanan adala berbeda- beda untuk tiap jenis hasil tangkapan didaratkan di PPN Palabuhanratu Gambar 8. Hal ini diduga adanya pengaruh musim penangkapan terhadap hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu. Di daerah Palabuhanratu itu sendiri terdapat dua musim penangkapan, yaitu musim barat dan musim timur. Pada umumnya musim barat berlangsung mulai dari bulan Desember sampai dengan Februari, sedangkan musim timur berlangsung mulai dari bulan Juni sampai dengan Agustus. Selama tahun 2006 tersebut, hampir seluruh jenis hasil tangkapan didaratkan setiap bulannya. Akan tetapi, ada beberapa jenis ikan yang jumlah volume produksinya sangat kecil atau sama sekali tidak didaratkan pada bulan- bulan tertentu, yaitu ikan etemansemar pada bulan Maret dan April, tongkol lisong pada bulan Februari dan Mei serta udang rebon pada bulan Juli. Hal ini diduga pada bulan-bulan tersebut merupakan bulan peralihan musim penangkapan musim barat-musim timur atau disebut dengan musim peralihan atau musim pancaroba, dimana pada musim tersebut nelayan yang beroperasi di luar teluk Palabuhanratu jarang melaut sehingga jumlah hasil tangkapan menurun. 37 1. Cakalang 2. Tuna Madidihang 3. Tuna Mata Besar 4. Tongkol Abu-abu 5. EtemanSemar Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata 83,44 56,49 46,84 42,21 40,48 Bulan Produksi Jenis Hasil Tangkapan ton 2 6 . 1 3 1 4 2 . 7 3 4 . 3 2 7 . 2 3 6 2 . 7 5 8 2 . 5 3 1 5 1 . 4 7 1 2 4 . 3 8 1 7 . 3 8 5 . 7 5 8 . 6 9 2 . 9 8 2 2 . 9 9 6 . 2 6 3 9 . 5 6 2 9 . 4 6 3 . 5 3 7 5 . 2 5 8 . 1 4 3 . 6 9 8 8 . 7 6 9 9 . 2 2 3 5 . 3 5 1 2 6 . 7 9 1 7 1 . 1 7 2 5 . 3 3 7 . 7 7 3 7 . 2 1 2 2 . 9 2 6 . 3 8 2 . 9 7 4 4 . 1 7 1 9 . 7 6 2 . 8 2 2 9 . 3 7 5 . 4 2 1 7 7 . 3 5 9 8 . 4 4 9 1 . 3 5 1 1 . 5 3 1 5 . 5 8 3 . 3 9 1 8 . 1 4 6 . 6 5 . 4 4 3 . 1 1 . 2 . 6 2 3 . 4 1 1 3 9 . 6 1 5 . 1 9 3 9 . 2 7 3 . 7 7 . 7 9 . 8 - - 1 1 . 1 3 . 2 3 2 7 . 4 2 6. Tongkol Lisong 7. Tembang 8. Layur 9. Udang Rebon 10. Tongkol Banyar Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata 37,86 30,80 18,55 17,88 12,67 Produksi Jenis Hasil Tangkapan ton Bulan - . 5 6 - . 6 8 2 3 3 . 2 1 4 2 . 8 1 2 4 . 3 7 6 1 . 3 6 2 9 . 6 2 3 1 . 6 2 . 3 7 9 . 7 . 9 2 6 . 2 2 7 . 8 9 6 . 7 2 1 . 9 1 2 8 . 3 1 1 8 . 7 9 6 2 . 4 1 8 . 8 7 4 3 . 2 4 1 6 . 3 1 1 3 7 . 9 8 2 2 . 3 2 1 1 . 9 4 5 8 . 5 6 6 . 3 4 9 . 8 7 6 . 5 4 8 . 2 9 . 9 1 1 . 7 3 1 1 . 4 3 5 2 . 1 3 1 3 . 7 - 1 . 5 1 . 7 6 7 . 7 3 1 . 1 9 . 3 3 . 7 4 2 . 3 6 3 3 . 8 3 8 1 . 2 3 2 5 . 4 4 1 . 9 4 . 2 8 2 . 2 3 . 5 1 9 . 1 3 1 . 4 1 . 4 4 1 7 . 1 1 5 . 3 9 1 . 8 8 2 2 . 2 1 1 5 . 1 9 5 1 . 1 9 Sumber: Anonimus, 2007 diolah kembali Gambar 8 Histogram volume pendaratan hasil tangkapan dominan menurut jenis dan bulan di PPN Palabuhanratu pada tahun 2006. Musim pendaratan hasil tangkapan perbulan dari setiap jenis hasil tangkapan didaratkan di PPN Palabuhanratu dapat diindikasikan dari volume produksi masing-masing jenis hasil tangkapan. Ikan cakalang, dengan rata-rata volume produksi per bulan pada tahun 2006 sebesar 83,44 ton, memiliki musim pendaratan atau volume produksi bulanan diatas rata-rata terjadi pada bulan Februari-April, Juni-Juli, dan bulan September; dengan produksi maksimum atau puncak pendaratan terjadi pada bulan September sebesar 151,47 ton. 38 Musim pendaratan ikan tuna madidihang atau dimana volume produksi diatas rata-ratanya terjadi pada bulan Januari-Maret dan bulan Mei-Juni, memiliki puncak pendaratan terjadi pada bulan Januari dengan produksi bulanan maksimumnya sebesar 126,7 ton. Pada ikan tuna mata besar, puncak pendaratan atau produksi maksimum bulanan terjadi pada bulan Desember 171,17 ton dan dengan musim pendaratan terjadi pada bulan Januari, Juni, dan Desember. Jenis ikan tongkol seperti tongkol abu-abu, tongkol lisong dan tongkol banyar masing-masing memliki puncak pendaratan atau produksi bulanan maksimum pada bulan Desember 177,35 ton, November 233,21 ton dan Februari 51,19 ton. Musim pendaratan ikan etemansemar terjadi pada bulan September- November dengan produksi maksimum 207,42 ton atau puncak pendaratan terjadi pada bulan September. Pada ikan tembang, puncak pendaratan terjadi pada bulan Juli 137,98 ton dengan musim pendaratan atau volume produksi bulanan diatas rata-rata terjadi pada bulan Mei dan bulan Juni-Juli. Musim pendaratan ikan layur atau volume produksi diatas rata-rata terjadi pada bulan Oktober-Desember; dan bulan Agustus-September merupakan produksi maksimum 52,13-58,56 ton atau puncak pendaratan; sedangkan untuk udang rebon, musim pendaratan atau produksi bulanan diatas rata-rata terjadi pada bulan Agustus, Oktober dan November, dengan produksi maksimum atau puncak pendaratan terjadi pada bulan September 81,23 ton. Berdasarkan nilai produksi maksimum bulanan yang ada diatas, pendaratan hasil tangkapan per jenis ikan terbanyak terjadi pada bulan September yaitu untuk jenis cakalang, etemansemar, dan udang rebon; bulan Desember pada jenis tuna mata besar dan tongkol abu-abu; tuna pada bulan Januari; tongkol banyar pada bulan Februari; tembang pada bulan Juli; layur pada bulan Agustus serta tongkol lisong pada bulan November. Hampir sepanjang tahun 2006 terdapat produksi maksimum atau puncak pendaratan pada jenis-jenis tertentu hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu; kecuali pada bulan Maret-Juni dan Oktober. 39 a b c d Sumber: Pane, et al 2008 Gambar 9 Sampel Hasil tangkapan dominan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu, bulan November 2007: a. layur Trichurus sp.; b. etemansemar Mene maculata; c. tembang Clupea fimbriata; d. tongkol Auxis sp.. Pada saat penelitian dilakukan, pada bulan November, hasil tangkapan yang dominan di PPN Palabuhanratu Gambar 9 antara lain adalah layur, tongkol, etemansemar dan tembang. Berdasarkan sampel hasil tangkapan dominan yang diambil Gambar 10 pada bulan tersebut, volume produksi paling besar dari jenis hasil tangkapan dominan tersebut adalah ikan layur 41,37 kg atau 44,5 , kemudian, disusul oleh ikan tongkol tongkol abu-abu, tongkol lisong dan tongkol banyar 33,43 kg atau 36,0 , etemansemar 12,29 kg atau 13,2 , dan tembang 5,83 kg atau 6,3 . Apabila dibandingkan antara volume sampel hasil tangkapan diatas dengan volume produksi hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu untuk keempat jenis hasil tangkapan dominan yang sama sepanjang tahun 2006, maka untuk sampel hasil tangkapan layur diatas pada bulan November tahun 2007 yang memiliki volume terbesar dibandingkan dengan volume ketiga sampel hasil tangkapan yang lain, 40 ternyata pada bulan November tahun 2006, volume produksi hasil tangkapan layur paling kecil dibandingkan dengan volume hasil tangkapan lainnya tongkol, etemansemar dan tembang. Hal ini diduga karena layur yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah hasil tangkapan yang dipasarkan di TPI, sedangkan produksi hasil tangkapan pada bulan November 2006 selain memasukan hasil tangkapan dipasarkan di TPI juga dipasarkan melalui PT. AGB Asia Great Business yang berlokasi di dermaga diseberang dermaga pendaratan dan TPI. PT. AGB merupakan perusahaan yang menampung ikan layur segar berukuran 300-500 gram per ekor untuk tujuan ekspor ke korea selatan. Layur EtemanSemar Tembang Tongkol Bulan Berat Jenis Ikan Sampel kg November 41,37 12,29 5,83 33,43 Gambar 10 Histogram volume pendaratan empat jenis sampel hasil tangkapan dominan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu bulan November, tahun 2007. 2 Ukuran Sampel Hasil Tangkapan Didaratkan Ukuran panjang dan berat keempat sampel hasil tangkapan dominan yang yang telah diperoleh pada bulan November di PPN Palabuhanratu adalah sangat beragam sesuai dengan jenis ikannya. Keempat jenis sampel hasil tangkapan dominan bulan november pada umum memiliki kisaran ukuran panjang antara 140-920 mm, sedangkan kisaran ukuran beratnya antara 50-880 gram Tabel 7. Ikan layur memiliki kisaran ukuran panjang antara 600-920 mm dan beratnya berkisar antara 300-880 gram. Ikan tembang memiliki kisaran ukuran panjang antara 140-200 mm dan kisaran ukuran beratnya antara 20-120 gram. Ikan tongkol ukuran panjangnya berkisar antara 205-370 mm dan kisaran ukuran beratnya antara 140-800 gram, serta ikan etemansemar ukuran panjangnya berkisar antara 140-225 mm dan kisaran ukuran beratnya berkisar 50-270 gram. Selain keempat jenis sampel hasil tangkapan dominan diatas, terdapat pula hasil tangkapan lainnya yang didaratkan pada bulan yang sama November yaitu 41 ikan cucut, pari dan tuna. Menurut Pane 2007, ikan cucut memiliki kisaran ukuran panjang antara 1.100-1.350 mm dan kisaran ukuran beratnya antara 9.500- 13.000 gram. Ikan pari ukuran panjang antara 850-1.800 mm dan kisaran ukuran beratnya antara 6.500-9.500 gram, serta ikan tuna ukuran panjangnya berkisar antara 1.150-1.250 mm dan kisaran ukuran beratnya antara 15.000-20.000 gram. Tabel 7 Kisaran ukuran panjang dan berat dari keempat jenis hasil tangkapan dominan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu bulan November, tahun 2007 November Kisaran Panjang mm Kisaran Berat gram Jenis Ikan Min - Max Min - Max I. Sampel Hasil Tangkapan Dominan 1 Layur 600 - 920 300 - 880 2 Tembang 140 - 200 20 - 120 3 Tongkol 205 - 370 140 - 800 4 EtemanSemar 140 - 255 50 - 270 Ikan Lainnya 1 Cucut 1.100 - 1.350 9.500 - 13.000 2 Pari 850 - 1.800 6.500 - 9.500 II. 3 Tuna 1.150 - 1.250 15.000 - 20.000 Keterangan: Sumber: Pane, 2007 Sumber: Data Primer Penelitian 2007 Sebaran kelas panjang dari keempat jenis hasil tangkapan dominan pada bulan November masing-masing memiliki nilai frekuensi yang berbeda-beda. Berdasarkan Gambar 11, pada ikan layur frekuensi terbesar berada pada selang kelang 728-792 mm, yaitu 30 ekor. Pada ikan tembang frekuensi terbesar berada pada selang kelas 164-176 mm yaitu 28 ekor. Pada ikan tongkol dan etemansemar frekuensi terbesar masing-masing berada pada selang kelas 205-238 mm 32 ekor dan 140-163 mm 39 ekor. 42 600 - 664 664 - 728 728 - 792 792 - 856 856 - 920 140 - 152 152 - 164 164 - 176 176 - 188 188 - 200 205 - 238 238 - 271 271 - 304 304 - 337 337 - 370 140 - 163 163 - 186 186 - 209 209 - 232 232 - 255 2. Tembang 3. Tongkol 4. Eteman Selang Kelas Panjang mm Jenis 1. Layur Bulan November Frekuensi 6 24 30 28 2 24 25 28 9 4 17 10 28 3 32 6 15 9 21 39 Gambar 11 Histogram frekuensi sebaran kelas ukuran panjang sampel hasil tangkapan dominan di PPN Palabuhanratu bulan November, tahun 2007. 300 - 416 416 - 532 532 - 648 648 - 764 764 - 880 20 - 40 40 - 60 60 - 80 80 - 100 100 - 120 140 - 272 272 - 404 404 - 536 536 - 668 668 - 800 50 - 94 94 - 138 138 - 182 182 - 226 226 - 270 Selang Kelas Berat gram Frekuensi Bulan November 2. Tembang 3. Tongkol 4. Eteman Jenis 1. Layur 1 4 8 34 43 3 17 25 31 14 5 12 28 8 37 20 10 1 27 32 Gambar 12 Histogram frekuensi sebaran kelas ukuran berat sampel hasil tangkapan dominan di PPN Palabuhanratu bulan November, tahun 2007. 43 Sebaran kelas berat dari keempat jenis sampel hasil tangkapan dominan pada bulan November masing-masing memiliki nilai frekuensi yang berbeda- beda. Pada ikan layur frekuensi terbesar berada pada selang kelas 416-532 gram 43 ekor. Pada ikan tembang frekuensi terbesar berada pada selang kelas 40-60 gram 31 ekor. Pada ikan tongkol selang kelas 140-272 gram merupakan frekuensi terbesar dalam sebaran ukuran berat ikan tersebut, yaitu 37 ekor. Untuk ikan etemansemar frekuensi terbesar berada pada selang kelas 50-94 gram yaitu 32 ekor Gambar 12. Pola frekuensi sebaran kelas ukuran panjang dan berat ikan layur adalah relatif sama Gambar 11 dan Gambar 12. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan layur sampel yang didaratkan berasal dari satu populasi yang sama. Pola frekuensi sebaran kelas panjang ikan tembang, hanya memiliki satu puncak pada akhir selang kelas, dan berdasarkan pola frekuensi sebaran kelas beratnya juga memiliki satu puncak yang relatif berkumpul bagian tengah selang kelasnya. Hal ini mengindikasikan sampel ikan tembang yang didaratkan juga berasal dari satu populasi yang sama. Pada ikan tongkol, pola frekuensi sebaran kelas ukuran panjang relatif tidak jauh berbeda dengan pola frekuensi sebaran kelas ukuran beratnya, yakni memiliki pola satu puncak. Diduga sampel ikan tongkol yang didaratkan berasal dari satu populasi yang sama. Berlainan dengan ketiga jenis ikan diatas, pola frekuensi sebaran kelas panjang ikan etemansemar dan pola frekuensi sebaran kelas ukuran beratnya adalah relatif sama, yaitu memiliki dua puncak. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan etemansemar yang didaratkan berasal dari dua populasi yang berbeda atau dari dua wilayah populasi yang berbeda.

5.2 Proses Pendaratan dan Pelelangan di PPN Palabuhanratu 1 Pendaratan Hasil Tangkapan