Correlated Curriculum kurikulum korelasi atau pelajaran saling

B u k u A j a r 29 daerah. Pendekatan struktural bertitik tolak dari struktur tertentu suatu disiplin ilmu. Pendekatan fungsional bertitik tolak dari masalah tertentu di masyarakat atau lingkungan sekolah tertentu. Pendekatan daerah bertitik tolak dari pemilihan suatu daerah tertentu sebagai materi pokok yang akan dipelajari. Ciri-ciri kurikulum bidang studi antara lain: 1 kurikulum terdiri atas bidang studi yang merupakan perpaduan beberapa mata pelajaran yang serumpun dan memiliki ciri yang sama, 2 bahan pelajaran bertitik tolak pada suatu inti masalah, 3 bahan pelajaran disusun berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan, 4 strategi pembelajaran bersifat terpadu, 5 guru berperan sebagai guru bidang studi, 6 penyusunan kurikulum mempertimbangkan minat, masalah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat.

d. Integrated Curriculum

Jenis organisasi kurikulum ini disusun berdasarkan analisis bidang kehidupan atau kegiatan utama manusia dalam masyarakat. Strate meyer dan kawan-kawan dalam Arifin, 2014 menyusun kurikulum terpadu berdasarkan situasi hidup yang dialami peserta didik yang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: 1 situasi mengenai perkembangan individu, seperti kesehatan, perkembangan intelektual, pilihan moral, pernyataan dan penghargaan kehidupan, 2 situasi untuk perkembangan partisipasi sosial seperti hubungan antar pribadi, keanggotaan kelompok, dan hubungan antar kelompok, dan 3 situasi untuk perkembangan kemampuan menghadapi faktor-faktor dan daya lingkungan. Integrasi ini dapat tercapai dengan memusatkan pelajaran pada masalah tertentu yang pemecahannya memerlukan berbagai disiplin atau mata pelajaran. Proses belajar dilakukan melalui pemecahan masalah yang dihubungkan dengan bidang kehidupan. Kurikulum terpadu bersifat fleksibel dan tidak mengharapkan hasil belajar yang sama dari semua peserta didik. Kelemahan kurikulum ini antara lain sulit menentukan ruang lingkup dan urutan bidang kehidupan yang esensial, sulit menggunakan buku sumber disusun sesuai dengan mata pelajaran, sulit mencari guru yang cocok, sulit melakanakan ujian akhir yang bersifat uniform, sulit bagi peserta didik untuk melanjutkan keperguruan tinggi yang menuntut pengetahuan logis-sistematis, mengabaikan warisan budaya, dan peserta didik hanya berpikir praktis dan pragmatis.