Pembelajaran Tematik dalam Kurikulum 2013

B u k u A j a r 91 dalam waktu yang bersamaan. Pembelajaran tematik sebagai suatu konsep menurut Akbar 2014 dapat diartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik ini, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami. Fokus perhatian pembelajaran tematik menurut Hernawan 2011 terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk kompetensi yang harus dikembangkannya. Pengembangan pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang dapat membantu siswa memahami konsep menjadi lebih mudah melalui tema yang disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari. Karakteristik Pembelajaran Tematik Terdapat beberapa karakteristik yang perlu dipahami dari pembelajaran tematik ini menurut Hernawan 2011, yaitu: a. Berpusat pada siswa student centered. Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Peran guru lebih banyak sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. b. Dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa direct experiences. Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata konkrit sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. c. Pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas, bahkan dalam pelaksanaan di kelas-kelas awal sekolah dasar, fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. d. Menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep- konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. e. Bersifat luwes fleksibel, sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan B u k u A j a r 92 siswa berada. f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Dengan demikian, siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

10.4.5 Pendekatan Scientific dalam kurikulum 2013

Pendekatan Scientific adalah cara pandang untuk memecahkan masalah pembelajaran secara ilmiah. Pendekatan scientifik pada dasarnya adalah sebuah pola berfikir yang berawal dari adanya suatu masalah yang diperoleh melalui pengamatan, merumuskan dalam rumusan masalah dengan mempertanyakan, kemudian melakukan penalaran dalam bentuk membangun hipotesis atau memberi jawaban yang bersifat tentatif—mungkin benar mungkin salah, kemudian mencoba atau menguji coba—untuk mencipta, kemudian menyajikanmengomunikasikan hasil uji cobanya. Pendekatan scientific ilmiah tersebut menjadi icon dalam proses pembelajaran yang dituntut diharapkan terjadi dalam proses pembelajaran tematik integratif pada Kurikulum 2013. Pada implementasi kurikulum 2013 anak-anak SD dibiasakan untuk untuk melakukan pengamatan pada objek realitas tertentu dengan cermat, dari hasil pengamatan itu kemudian dilatih untuk mempertanyakan—mepersoalakan realitas itu, sehingga berkembang ide-ide kreatif dengan penalaran secara logis rasional hingga melahirkan alternatif-alternatif jawaban ide-ide penciptaan sesuatu yang baru untuk pemecahan masalah yang dipertanyakandipersoalkan tersebut. Dengan menggunakan pendekatan scientific dalam pembelajaran yang dilakukan bagi anak bangsa sejak dini sebut saja usia SD maka akan berpeluang lebih besar bagi dunia pendidikan di negeri ini mampu menghasilkan generasi yang cerdas dan kreatif mampu menghasilkan ciptaan-ciptaan barang dan jasa baru sehingga bangsa Indonesia tidak lagi menjadi bangsa konsumen tetapi menjadi produsen barang dan jasa baru untuk memenuhi kebutuhan umat manusia secara mendunia. Pendekatan scientific ini diharapkan mewarnai pengalaman belajar siswa yang tampak mulai dari Kompetensi Inti, kompetensi Dasar, dan indikator- indikator pencapaian tujuan pembelajaran, pengalaman belajar—yang tampak dari langkah-langkah pembelajaran baik dalam kegiatan-kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Akbar ,2014 B u k u A j a r 93

10.4.6 Implementasi Kurikulum 2013

a. Merancang pembelajaran efektif dan bermakna Pembelajaran menyenangkan, efektif dan bermakna dapat dirancang oleh setiap guru, dengan prosedur sebagi berikut Mulyasa, 2015: 1 Pemanasan dan apersepsi 2 Eksplorasi 3 Konsolidasi pembelajaran 4 Pembentukan sikap, kompetensi, dan karakter 5 Penilaian formatif b. Mengorganisasikan pembelajaran Terdapat lima hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pengorganisasian pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013, yaitu pelaksanaan pembelajaran, pengadaan dan pembinaan tenaga ahli, pendayagunaan lingkungan dan sumber daya masyarakat, serta pengembangan dan penataan kebijakan Mulyasa, 2015. c. Memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran Selain menggunakan pendekatan pedagogi, dalam implementasi Kurikulum 2013 juga dianjurkan menggunakan pendekatan andragogi, yang berbeda dengan pedagogi terutama dalam pendangannya terhadap peserta didik. Andragogi menempatkan peran peserta didik lebih dominan dalam pembelajaran, yang meletakkan perhatian dasar terhadap individu secara utuh Mulyasa, 2015. Pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi dalam menyukseskan implementasi kurikulum merupakan alternatif pembinaan peserta didik, melalui penanaman berbagai kompetensi yang berorientasi pada karakteristik, kebutuhan, dan pengalaman peserta didik, serta melibatkannya dalam proses pembelajaran seoptimal mungkin. Agar setelah menamatkan suatu program pendidikan mereka memiliki kepribadian yang kukuh dan siap menghadapi serta mengikuti berbagai perubahan Mulyasa, 2015. d. Melaksanakan pembelajaran, pembentukan kompetensi dan karakter Pada umumnya kegiatan pembelajaran mencakup kegiatan awal atau pembukaan, kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan karakter, serta kegaiatan akhir atau penutup Mulyasa, 2015.