7 ekonomi selalu memerlukan keberadaan atau campur tangan pihak perbankan.
Penelitian ini nantinya akan menguji beberapa variabel diantaranya rasio leverage dengan proksi Debt to Equity Ratio DER, rasio profitabilitas dengan proksi
Return On Asset ROA, rasio likuiditas dengan proksi Current Ratio CR, ukuran perusahaan dengan rumus Log total asset ditambah dengan variabel umur
obligasi dan reputasi auditor, serta penelitian ini nantinya akan menambah variabel moderating yaitu umur obligasi yang berfungsi untuk memperkuat atau
memperlemah pengaruh variabel independen rasio leverage dengan variabel dependen peringkat obligasi.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti tertarik mengadakan
penelitian dengan
judul
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi pada Perusahaan Perbankan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Apakah variabel rasio leverage, rasio profitabilitas, rasio likuiditas, ukuran perusahaan, umur obligasi dan reputasi auditor secara parsial berpengaruh
terhadap peringkat obligasi ? 2. Apakah variabel rasio leverage, rasio profitabilitas, rasio likuiditas, ukuran
perusahaan, umur obligasi dan reputasi auditor secara simultan berpengaruh terhadap peringkat obligasi ?
Universitas Sumatera Utara
8 3. Apakah variabel umur obligasi memoderasi hubungan antara rasio leverage
terhadap peringkat obligasi ?
1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian ini terfokus pada topik yang dipilih, maka penulis memberi
batasan masalah sebagai berikut :
1. Obyek penelitian adalah perusahaan perbankan yang menggunakan jasa PT. PEFINDO dalam memberi peringkat atas obligasi yang beredar di masyarakat.
2. Variabel independen yang digunakan hanya berupa rasio keuangan seperti rasio likuiditas, rasio leverage, profitabilitas, dan ukuran perusahaan
sedangkan rasio non keuangan yang digunakan hanya meliputi umur obligasi dan reputasi auditor, dengan tambahan variabel moderating yaitu umur
obligasi. 3. Periode penelitian yang diamati adalah tahun 2010-2013.
1.4 Tujuan dan kegunaan penelitian
1.41 Tujuan penelitian:
Untuk menguji secara empiris mengenai pengaruh rasio keuangan dan non keuangan terhadap peringkat obligasi pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di BEI baik secara parsial maupun secara simultan bersama-sama. Dengan menguji sejumlah variabel-variabel rasio keuangan seperti rasio
leverage, likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan dan variabel rasio non keuangan seperti umur obligasi maturity dan reputasi auditor yang
Universitas Sumatera Utara
9 didasarkan pada data laporan keuangan perusahaan di Indonesia yang
mendaftarkan obligasinya pada agen pemeringkat obligasi PT PEFINDO, serta ingin mengetahui pengaruh umur obligasi sebagai variabel moderating
yang berfungsi untuk memoderasi rasio leverage apakah dapat memperkuat atau memperlemah pengaruhnya terhadap peringkat obligasi.
1.4.2 Kegunaan penelitian:
Adapun hasil penelitian diharapkan berguna bagi berbagai pihak, yaitu: 1. Bagi investor, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan
bahkan panduan untuk berinvestasi di instrumen obligasi perusahan perbankan.
2. Bagi perusahaan perbankan penerbit obligasi, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan mengernai faktor-faktor yang berpotensi
mempengaruhi peringkat obligasi yang dijualnya di pasar modal. 3. Bagi peneliti yang ingin melakukan kajian di bidang yang sama,
diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan memberikan landasan pijak untuk penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Peringkat obligasi mencerminkan kelayakan kredit perusahaan untuk bisa membayar kewajibannya terkait dengan suatu surat hutang tertentu. Peringkat
obligasi harus diperhatikan oleh investor apabila investor akan membeli obligasi karena peringkat obligasi dapat menunjukan risiko obligasi. Risiko obligasi terkait
dengan kemampuan perusahaan yang mengeluarkan obligasi untuk membayar pokok pinjaman dan bunga pada saat jatuh tempo. Misalnya, membeli obligasi
dengan peringakat BBB ke atas relative lebih aman dibandingkan dengan dengan obligasi dengan peringkat B ke bawah, dikarenakan obligasi yang memiliki
peringkat ke bawah memiliki yield yang tinggi, peringkat rendah, dan risiko default besar, yaitu peluang emitan atau peminjam akan mengalami kondisi tidak
mampu memenuhi kewajiban keuangannya.
2.1.1 Teori Sinyal Signaling Theory
Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal.
Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar. Konsep teori sinyal dan asimetri
informasi sangat berkaitan erat dimana teori asimetri informasi terjadi ketika pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi
yang sama mengenai prospek dan risiko perusahaan. Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan dengan pihak lainnya.
Universitas Sumatera Utara
11 Manajer biasanya mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan
dengan pihak luar seperti investor. Sehingga terjadi asimetri informasi antara manajer dan investor. Investor yang merasa mempunyai informasi sedikit,
akan berusaha menginterpretasikan perilaku manajer. Dengan kata lain, perilaku manajer dalam hal menentukan struktur modal bisa dianggap sebagai
sinyal oleh pihak luar investor. Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri dengan memberikan harga
yang rendah untuk perusahaan. Menurut Mamduh 2004:314 menyatakan bahwa “perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan
mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar termasuk
investor ”.
Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa
informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau
informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Informasi berupa pemberian peringkat obligasi
yang dipublikasikan diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan
hutang yang dimiliki.
Universitas Sumatera Utara
12
2.1.2 Pasar Modal
Dalam perkembangannya, para ahli ekonom dalam mendefenisikan ruang lingkup pasar modal memiliki cara pandang dan pemikiran yang sedikit
berbeda-beda. Menurut Latumaerissa 2011:353 mendefeniskan pasar modal sebagai “pasar yang menyediakan sumber pembelanjaan dengan jangka
waktu yang relatif panjang, yang diinvestasikan pada barang modal untuk menciptakan dan memperbanyak alat produksi dan pada akhirnya
meningkatkan kegiatan perekonomian. Sementara menurut Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 1995 dalam Syahyunan, 2013:300 memberikan
pengertian yang lebih spesifik mengenai pasar modal, yaitu: “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Efek adalah surat-surat pengakuan
utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti hutang, right bukti right, warrant, opsi, atau setiap derivatif dari efek atau
setiap instrumen yang ditetapkan oleh lembaga pasar modal sebagai efek. Pasar modal merupakan pasar yang menjadi penghubung antara pemilik dana
dalam hal ini pemodal atau investor dengan pengguna dana dalam hal ini emiten atau perusahaan. Efek-efek pasar modal ini lah yang diperdagangkan
dan nantinya dapat menunjang kestabilan perekonomian Indonesia melalui peningkatan kualitas kinerja perusahaan dan kesejaterahan masyarakat.
Obligasi diterbitkan dan diperdangkan di pasar modal sehingga secara otomatis tanpa keberadaan pasar modal maka instrument ini tidak akan
Universitas Sumatera Utara
13 pernah ada. Tentunya perusahaan-perusahaan yang sudah go public atau yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sajalah yang berhak mendapatkan instrumen-intrumen pasar modal ini.
Pasar modal memiliki peranan yang sangat besar bagi pelaku-pelaku ekonomi baik bagi perusahaan, investor atau bahkan bagi lembaga-lembaga
penunjang pasar modal. Bagi perusahaan, pasar modal dapat dijadikan sebagai sumber pendanaan untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan
proses produksinya, sementara bagi investor pasar modal dapat dijadikan sebagai instrumen untuk meningkatkan keuntungan atau balas jasa atas dana
yang telah di investasikan dalam pasar modal tersebut. Bersamaan dengan ini, dengan adanya pasar modal membuka kesempatan bagi lembaga-lembaga
penunjang pasar modal terkhusus PT PEFINDO selaku lembaga penilai sekuritas utang agar menjalankan kegiatannya secara independen dan
profesional.
2.1.3 Investasi
Investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih dari satu asset selama periode tertentu dengan harapan dapat
memperoleh penghasilan atau peningkatan nilai investasi dimasa yang akan datang atau dalam jangka waktu yang panjang. Investasi menurut Jogiyanto
1998:5 adalah sebagai berikut: Investasi merupakan suatu penundaan konsumsi sekarang untuk
digunakan didalam produksi yang efesien selama periode waktu tertentu. Investasi terbagi menjadi dua yaitu: investasi langsung dan
Universitas Sumatera Utara
14 investasi tak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli
langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara lain, sedangkan investasi tak langsung dilakukan
dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi.
Pengertian investasi menunjukkan bahwa tujuan investasi adalah meningkatkan kesejahteraan investor, baik sekarang maupun dimasa yang
akan datang. Pada umumnya para investor mempunyai sifat tidak menyukai resiko risk-aderse, yaitu apabila mereka dihadapkan pada suatu kesempatan
investasi yang mempunyai risiko tinggi maka para investor tersebut akan mensyaratkan tingkat keuntungan yang lebih besar. Semakin tinggi risiko
suatu kesempatan investasi, maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor. Konsep ini juga berlaku pada investasi dalam
saham maupun obligasi.
2.1.4 Obligasi 2.14.1 Pengertian Obligasi
Berkembangnya ilmu pengetahuan saat ini, para ekonom mendefenisikan obligasi sangat beragam namun secara keseluruhan
memiliki makna atau pengertian yang hampir sama. Menurut Latumaerissa 2011:366 menyatakan bahwa “obligasi adalah surat
utang yang berjangka waktu lebih dari satu tahun dan bersuku bunga tertentu, yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menarik dana dari
masyarakat, guna pembiayaan perusahaan atau oleh pemerintah untuk keperluan anggaran belanjanya debenture bond
”. Obligasi disebut
Universitas Sumatera Utara
15 surat berharga karena pemegang obligasi memiliki klaim terhadap
pembayaran bunga dan pokok pinjaman yang telah ditetapkan. Obligasi memiliki beberapa karakteristik menurut Latumaerissa
2011:367 antara lain sebagai berikut: 1. Nilai nominal face value, nilai pokok dari suatu
obligasi yang akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.
2. Kupon interest rate, nilai bunga yang diterima pemegang
obligasi secara
berkala kelaziman
pembayaran kupon obligasi adalah setiap tiga atau enam bulanan.
3. Jatuh tempo maturity, tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok
atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari
sampai dengan diatas 5 tahun.
4. Penerbitemiten issuer, dengan mengetahui dan mengenal penerbit obligasi merupakan faktor sangat
penting dalam melakukan investasi obligasi retail. Mengukur resiko atau kemungkinan dari penerbit
obligasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon atau pokok obligasi tepat waktu default risk dapat dilihat
dari peringkat atau rating obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga
pemeringkat dalam
hal ini
lembaga pemeringkatan PT PEFINDO.
Dari karakteristik yang ada suatu obligasi memiliki nilai nominal face value, kupon interest rate, dan jatuh tempo maturity
yaitu tanggal dimana pemegang obligasi mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya. Selain itu
obligasi memiliki peringkat atau rating yang di berikan oleh lembaga pemeringkat seperti PT. PEFINDO sebagai pengukur risiko
kemungkinan penerbit obligasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon danatau pokok obligasi tepat waktu default risk.
Universitas Sumatera Utara
16
2.1.4.2 Manfaat Obligasi
Obligasi memiliki banyak keuntungan atau manfaat menurut Syahyunan 2013:18 antara lain sebagai berikut:
1. Dapat memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus tidak dengan termin-termin.
2. Biaya relatif murah. 3. Proses relatif murah.
4. Dengan adanya keterbukaan berarti jugag mengharuskan
adanya peningkatan profesionalisme. 5. Emiten akan lebih dikenal masyarakat.
6. Obligasi merupakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi perusahaan, dengan jangka waktu sekurang-kurangnya 3
tiga tahun. 7. Bisa menggunakan jasa penanggung guarantor apabila
Debt to Equity Ratio DER emiten tinggi. 8. Pembayaran tingkat bunga dapat dilakukan berdasarkan
tingkat bunga tetap atau dengan tingkat bunga mengambang. Keuntungan obligasi yaitu memberikan pendapatan tetap fixed
income berupa kupon. Dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pendapatan bunga secara rutin selama waktu berlakunya obligasi.
Selain itu, perusahaan penerbit obligasi dapat memperoleh dana secara lansung untuk pembiayaan jangka panjangnya.
Menurut Sunariyah 2004 menyatakan bahwa “manfaat utama obligasi yaitu tingkat bunga obligasi bersifat konstan, dalam arti tidak
dipengaruhi harga pasar obligasi.
Pemegang obligasi
dapat memperkirakan pendapatan yang akan diterima, sebab dalam kontrak
perjanjian sudah ditentukan secara pasti hak-hak yang akan diterima pemegang obligasi
”. Apabila dibandingkan dengan saham, return saham sangat bervariasi, karena dividen saham sangat tergantung pada
Universitas Sumatera Utara
17 laba perusahaan. Apabila laba perusahaan turun, maka dividen juga
turun, dan sebaliknya. Dari sisi lain, karena pendapatan obligasi dapat diprediksi, maka pemegang obligasi dapat membuat portofolio obligasi
yang lebih baik, dibandingkan dengan portofolio saham. Dalam struktur keuangan perusahaan, obligasi mempunyai
urutan lebih diutamakan daripada saham untuk mendapatkan haknya apabila perusahaan melakukan likuidasi. Urutannya adalah pajak
pemerintah, hutang jangka pendek, obligasi hutang jangka panjang, kemudian preffered stock dan yang terakhir adalah common stock
Keown dkk, 2011:236. Sehingga pemegang obligasi lebih
dipentingkan daripada pemegang saham perusahaan publik apabila menuntut hak pembayaran pada saat perusahaan mengalami pailit.
Setelah hak pemegang obligasi terpenuhi maka baru dipenuhi hak pemegang preffered stock dan common stock.
2.1.4.3 Kelemahan Obligasi
Selain memiliki kelebihan, obligasi juga memiliki beberapa kelemahan yang nantinya akan menjadi resiko investasi yang dilakukan
oleh investor, adapun beberapa kelemahan obligasi menurut Syahyunan 2013:312 antara lain sebagai berikut:
1. Gagal bayar, Apabila perusahaan penerbit mempunyai masalah likuiditas dan tidak mampu melunasi kewajibannya
ataupun mengalami kebangkrutan maka pemegang obligasi akan menderita kerugian, karena perusahaan akhirnya tidak
dapat menepati janjinya.
Universitas Sumatera Utara
18 2. Capital loss atau kerugian dalam bentuk bunga, Meskipun
tingkat bunga konstan, harga obligasi sangat berfluktuasi. Harga obligasi sangat tergantung kepada kebijakan
pemerintah atau bank sentral. Tingkat bunga pasar keuangan dengan harga obligasi mempunyai hubungan negatif, apabila
harga obligasi naik maka tingkat bunga akan turun, demikian sebaliknya. Sehingga, pemodal harus memperhatikan
pergerakan harga obligasi agar dapat mempertimbangkan waktu beli yang menguntungkan.
3. Callability atau resiko penarikan, Apabila dalam kontrak perjanjian obligasi ada persyaratan penarikan obligasi,
perusahaan dapat menarik obligasi sebelum jatuh tempo dengan membayar sejumlah premium. Hal ini kelihatannya
menguntungkan pemegang obligasi, tetapi biasanya obligasi yang diambil dijual kembali dengan tingkat bunga yang
lebih rendah oleh penerbit obligasi yang disebut refunding. Sebagai akibatnya, pemegang obligasi belum siap untuk
reinvestasi, atau dinamakan reinvestment risk.
Salah satu kelemahan utama dalam obligasi yaitu gagal bayar, akan terjadi ketika sebuah perusahaan tidak mampu melunasi
kewajibannya ataupun mengalami kebangkrutan sehingga pemegang obligasi akan menderita kerugian. Ini merupakan risiko terbesar yang
harus di hindari investor. Selain itu kerugian dalam bentuk bunga capital loss dapat terjadi apabila harga obligasi mengalami penurunan,
harga obligasi sangat tergantung pada kebijakan pemerintah atau bank sentral. Sehingga, investor harus memperhatikan pergerakan harga
obligasi agar
dapat mempertimbangkan
waktu beli
yang menguntungkan.
Universitas Sumatera Utara
19
2.1.4.4 Jenis-jenis Obligasi
Beberapa ahli ekonom telah mengklasifikasikan jenis-jenis obligasi, secara umum terdapat jenis-jenis obligasi antara lain sebagai
berikut: 1. Obligasi atas dasar emiten penerbitnya
a. Obligasi Pemerintah Pusat Government Bond, adalah sekuritas pemerintah yang digunakan untuk pendanaan dalam hutang
pemerintah obligasi RI tahun 1950. b. Obligasi Badan Usaha Milik Negara State Owned Company
Bond, adalah obligasi yang diterbitkan oleh BUMN untuk pendanaan obligasi Jasa Marga, BAFINDO.
c. Obligasi Perusahaan Swasta Corporate Bonds, adalah sekuritas yang mencerminkan janji dari perusahaan yang menerbitkan
untuk memberikan sejumlah pembayaran berupa pembayaran kupon dan pokok pinjaman kepada pemilik obligasi, selama
jangka waktu tertentu. Obligasi ini terdiri dari: 1 Participating Bonds, Pemilik obligasi selain memperoleh
bunga yang tetap juga memperoleh pembagian keuntungan yang diperoleh perusahaan.
2 Client Bonds, obligasi yang diberikan kepada langganan perusahaan dalam rangka mengembangkan pemilikan efek
kepada masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
20 3 Debenture Bonds, obligasi yang tidak dijamin atau tanpa suatu
jaminan. 2. Obligasi atas tingkat bunga. Obligasi yang tingkat bunganya berbeda-
beda, antara lain sebagai berikut: a. Fixed Coupon Rate, obligasi yang memberikan bunga yang tetap
jumlahnya kepada pemiliknya. Contohnya: Obligasi dengan bunga ditangguhkan, obligasi dengan premi, obligasi indeks.
b. Floatingvariable coupon rate,obligasi yang menawarkan suku bunga mengambang tidak tetap kepada pemiliknya. Contohnya:
Obligasi dengan bunga variabel, obligasi indeks. c. Zero coupon bond,obligasi dengan tingkat bunga nol artinya
obligasi ini dijual dengan diskon pada awal periode dan kemudian dilunasi sesuai nominal pada akhir periode.
3. Obligasi atas dasar jaminan, terdiri dari: a. Secured Bonds, obligasi yang dikeluarkan dengan jaminan.
Contohnya: obligasi dengan garansi, obligasi dengan jaminan aset, obligasi dengan klausal hipotek negatif.
b. Unsecured Bonds, obligasi yang tidak disertai jaminan apapun. Contohnya: debenture bonds.
4. Obligasi atas dasar jangka waktu, terdiri dari: a. Obligasi dengan jangka waktu terbatas Limited Bonds, obligasi
yang memiliki jangka waktu jatuh tempo untuk pengambilan hutang-hutangnya.
Universitas Sumatera Utara
21 b. Obligasi dengan jangka waktu tidak terbatas Unlimited Bonds,
obligasi yang tidak dibatasi oleh jangka waktu tertentu untuk pengambilan hutangnya.
2.1.4.5 Peringkat Obligasi Bonds Rating
Secara umum, bond rating merupakan suatu tingkat pengukuran kualitas dan keamanan dari sebuah bond yang didasarkan oleh kondisi
finansial dari bond issuer. Secara spesifik, bond rating merupakan hasil dari evaluasi yang dilakukan lembaga pemeringkat yang merupakan
indikator kemungkinan bond issuer untuk dapat membayar hutang dan bunganya tepat waktu. Tujuan utama proses rating adalah memberikan
informasi akurat mengenai kinerja keuangan, posisi bisnis industri perseroan yang menerbitkan surat hutang obligasi dalam bentuk
peringkat kepada calon investor. Manfaat umum dari proses bond rating menurut Rahardjo 2004
dalam Nugraha, 2010:7 antara lain sebagai berikut: 1. Sistem informasi keterbukaan pasar yang transparan yang
menyangkut berbagai produk obligasi akan menciptakan pasar obligasi yang sehat dan transparan juga.
2. Efisiensi biaya. Hasil rating yang bagus biasanya memberikan keuntungan, yaitu menghindari kewajiban
persyaratan keuangan
yang biasanya
memberatkan perusahaan seperti penyediaan sinking fund, ataupun
jaminan aset. 3. Menentukan besarnya coupon, semakin bagus rating
cenderung semakin rendah nilai kupon dan begitu pula sebaliknya.
4. Memberikan informasi yang obyektif dan independen menyangkut kemampuan pembayaran hutang, tingkat risiko
Universitas Sumatera Utara
22 investasi yang mungkin timbul, serta jenis dan tingkatan
hutang tersebut. 5. Mampu menggambarkan kondisi pasar obligasi dan kondisi
ekonomi pada umumnya. Peringkat obligasi memiliki banyak manfaat, terutama bagi
investor. Peringkat obligasi dapat digunakan sebagai acuan apakah investor layak untuk berinvestasi pada obligasi tertentu, karena dalam
peringkat obligasi terdapat sinyal akan kemampuan emiten dalam melunasi kewajiban financialnya. Jadi, investor dapat menggunakan
peringkat obligasi untuk mengidentifikasi risiko default. Sehingga investor dapat berinvestasi pada obligasi yang tingkat resikonya dapat
di toleransi. Investor tidak perlu melakukan penelitian sendiri untuk mengetahui rating dari suatu obligasi, melainkan cukup melihat
pengumuman peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat kredit.
Dengan melakukan analisis dari segi keuangan atau manajemen dan bisnis fundamentalnya, setiap investor akan dapat menilai
kelayakan bisnis usaha emiten tersebut. Selain itu, investor akan dapat menilai tingkat risiko yang timbul dari investasi obligasi tersebut.
Beberapa manfaat rating bagi investor adalah sebagai berikut : a. Informasi risiko investasi. Tujuan utama investasi adalah untuk
meminimalkan risiko serta mendapatkan keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu, dengan adanya bond rating diharapkan informasi
risiko dapat diketahui lebih jelas posisinya.
Universitas Sumatera Utara
23 b. Rekomendasi investasi. Investor akan dengan mudah mengambil
keputusan investasi berdasarkan hasil peringkat kinerja emiten obligasi tersebut. Dengan demikian investor dapat melakukan
strategi investasi akan membeli atau menjual sesuai perencanaannya. c. Perbandingan. Hasil rating akan dijadikan patokan dalam
membandingkan obligasi yang satu dengan yang lain, serta membandingkan struktur yang lain seperti suku bunga dan metode
penjaminannya. Untuk melakukan proses penerbitan obligasi, perusahaan harus
melakukan proses pemeringkatan yang dilakukan oleh lembaga pemeringkat. Beberapa manfaat yang akan didapatkan dari emiten di
antaranya adalah: a. Informasi posisi bisnis. Dengan melakukan rating, pihak perseroan
akan dapat mengetahui posisi bisnis dan kinerja usahanya dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya.
b. Menentukan struktur obligasi. Setelah diketahui keunggulan dan kelemahan manajemen, bisa ditentukan beberapa syarat atau struktur
obligasi yang meliputi tingkat suku bunga, jenis obligasi, jangka waktu jatuh tempo, jumlah emisi obligasi serta berbagai struktur
pendukung lainnya. c. Mendukung kinerja. Apabila emiten mendapatkan rating yang cukup
bagus maka kewajiban menyediakan sinking fund atau jaminan kredit bisa dijadikan pilihan alternative.
Universitas Sumatera Utara
24 d. Alat pemasaran. Dengan mendapatkan rating yang bagus, daya tarik
perusahaan di mata investor bisa meningkat. Dengan demikian, adanya rating bisa membantu system pemasaran obligasi tersebut
supaya lebih menarik. e. Menjaga kepercayaan investor. Hasil rating yang independent akan
membuat investor merasa lebih aman, sehingga kepercayaan investor bisa terjaga.
Definisi peringkat berdasarkan PEFINDO adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Peringkat Obligasi berdasarkan PEFINDO
Peringkat Keterangan
IdAAA Merupakan peringkat tertinggi yang menggambarkan
obligor memiliki kapasitas yang superior untuk
memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia
lainnya.
IdAA
Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang sangat kuat untuk memenuhi
komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya.
IdA
Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang kuat untuk memenuhi komitmen
finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Bagaimanapun,
sekuritas hutang ini lebih mudah terpengaruh terhadap perubahan kondisi ekonomi dibandingkan sekuritas
hutang dengan rating yang lebih tinggi.
IdBBB Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor
memiliki kapasitas yang cukup untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran
hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Bagaimanapun, perubahan kondisi ekonomi dianggap
dapat melemahkan kapasitas obligor dalam memenuhi
Universitas Sumatera Utara
25 komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran
hutangnya.
IdBB Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor
memiliki kapasitas yang agak lemah untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran
hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Kapasitas obligor untuk memenuhi komitmen finansial
jangka panjang dalam pembayaran hutangnya mudah terpengaruh oleh ketidakpastian, atau perubahan kondisi
bisnis, keuangan dan kondisi ekonomi lainnya.
IdB
Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang lemah untuk memenuhi
komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya.
Walaupun obligor kini memiliki kapasitas untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam
pembayaran hutangnya, adanya perubahan kondisi kondisi bisnis, keuangan dan kondisi ekonomi lainnya
dapat melemahkan kapasitas atau willingness pemenuhan kewajiban obligor tersebut.
IdCCC
Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang sangat lemah dan rentan untuk
tidak memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor
Indonesia lainnya.
IdD Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor tidak
memiliki kapasitas untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif
terhadap obligor Indonesia lainnya. Dengan kata lain obligor dalam kondisi default.
Pada peringkat dari idAA sampai idB dapat dimodifikasi menggunakan notasi plus + atau minus - untuk menunjukkan
kekuatan relatif dalam kategori peringkat tersebut.
Sumber: PEFINDO
2.1.5 PT PEFINDO
PT. PEFINDO atau PT Pemeringkat Efek Indonesia didirikan di Jakarta pada tanggal 21 Desember 1993, melalui inisiatif Otoritas Jasa Keuangan
dahulu di kenal sebagai Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM dan
Universitas Sumatera Utara
26 Bank Indonesia. Pada tanggal 31 Agustus 1994, Pefindo memperoleh izin
usahanya dengan Nomor. 39PM-PI1994 dan menjadi salah satu lembaga penunjang pasar modal di Indonesia. Tugas utama Pefindo adalah untuk
menyediakan suatu peringkat atas risiko kredit yang objektif, independen, serta dapat dipertanggungjawabkan atas penerbitan surat hutang yang
diperdagangkan kepada masyarakat luas. Disamping melaksanakan kegiatannya dalam melakukan pemeringkatan surat hutang, Pefindo juga
menerbitkan dan mempublikasikan informasi kredit sehubungan dengan pasar perdagangan efek. Publikasi ini terdiri dari opini kredit atas perusahaan-
perusahaan penerbit obligasi beserta sektor aset acuannya. Pefindo merupakan perseroan terbatas yang saat ini dimiliki oleh 86 badan hukum per
31 Desember 2014 yang mempresentasikan pasar modal Indonesia dengan tidak satupun pemegang saham yang dimiliki lebih dari 50 saham.
2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi, dalam penelitian ini peneliti mengambil beberapa variable-variabel yang
mempengaruhi peringkat obligasi antara lain sebagai berikut:
2.1.6.1 Leverage
Rasio leverage disebut juga sebagai rasio solvitabilitas, menurut Syahyunan 2013:92 menyatakan bahwa rasio leverage
adalah “rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh
utang-utangnya atau dengan kata lain rasio ini dapat pula digunakan
Universitas Sumatera Utara
27 untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya
apakah lebih banyak menggunakan utang atau ekuitas”. Rasio leverage yang umum dipakai antara lain adalah debt to asset ratio, debt to equity
ratio, time interest earned ratio, fixed charge coverage ratio, dan debt service coverage. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan satu
proksi yaitu debt to equity ratio. Menurut Sudana 2011:20 debt to equity ratio
adalah “rasio yang mengukur proporsi dana yang bersumber dari utang untuk membiayai modal perus
ahaan”. Semakin besar rasio ini menunjukan bahwa semakin besar pula porsi penggunaan
utang dalam membiayai investasi pada modal, yang berarti pula resiko keuangan meningkat. Menurut Burton at al 2000 menyatakan bahwa
“semakin besar leverage perusahaan, semakin besar risiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik
peringkat yang
diberikan terhadap
perusahaan ”. Hal ini
mengindikasikan perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi
kewajibannya. Semakin tinggi rasio ini berarti sebagian besar aset didanai dari hutang. Kondisi tersebut menyebabkan perusahaan
dihadapkan pada default risk atau peringkat obligasi yang rendah. Semakin tinggi leverage, semakin besar risiko kegagalan perusahaan.
Dengan demikian, semakin rendah leverage perusahaan maka akan semakin tinggi peringkat yang diberikan pada perusahaan. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Yohanes 2012 dan Prandana 2014
Universitas Sumatera Utara
28 menyatakan bahwa leverage secara signifikan berpengaruh terhadap
peringkat obligasi.
2.1.6.2 Profitabilitas
Menurut Kasmir 2008:196 menyatakan bahwa “rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan ”. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Rasio
profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Ada beberapa macam rasio profitabilitas namun penilitian
ini menggunakan satu proksi profitabilitas yaitu return on asset ROA. Menurut Sudana 2011:22 menyatakan bahwa “ROA adalah
rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki guna untuk menghasilkan laba setelah
pajak”. Rasio ini sangat penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi manajemen perusahaan dalam
mengelola seluruh aktiva perusahaan. Semakin besar ROA, berarti semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan atau dengan kata lain
dengan jumlah aktiva yang sama bisa dihasilkan laba yang lebih besar, dan sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
29 Menurut Murcia et al 2014 menyata
kan bahwa “semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin rendah risiko
ketidakmampuan membayar default atau semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan tersebut
”. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Magreta dan Nurmayanti 2009, Linandarini 2010 dan
Yohanes 2012 menyatakan bahwa rasio profitabilitas secara signifikan dapat mempengaruhi peringkat suatu obligasi.
2.1.6.3 Likuiditas
Defenisi rasio likuiditas menurut Syahyunan 2013:92 adalah “rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu”. Sedangkan
menurut Gill
2006 dalam
Kasmir, 2008:130
mendefenisikan bahwa “rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat dikonversikan
atau diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran, tagihan, dan seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo”. Rasio likuiditas
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban hutang jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan
akan mampu memenuhi uang tersebut terutama utang yang telah jatuh tempo.
Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur likuiditas yaitu current ratio, quick ratio, cash ratio, dan net working capital. Dalam
Universitas Sumatera Utara
30 penelitian ini, peneliti menggunakan proksi current ratio. Menurut
Sudana 2011:21 menyatakan bahwa “current ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar utang lancar dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki”. Semakin besar rasio ini berarti semakin likuid perusahaan.
Penelitian Linandarini 2010, Adrian 2011 dan Sari 2012 menemukan hubungan antara likuiditas dengan peringkat obligasi
dimana semakin tinggi likuiditas maka semakin tinggi peringkat obligasi perusahaan tersebut. Burton et al 2000 menyatakan bahwa
“tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan sehingga secara finansial akan mempengaruhi
prediksi peringkat obligasi ”.
2.1.6.4 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva penjualan
dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan tersebut. Ketiga variabel ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan
karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin
banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang, dan semakin besar kapitalisasi pasar semakin besar pula perusahaan dikenal
masyarakat. Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan diukur dengan
Universitas Sumatera Utara
31 menggunakan total aktiva karena nilai aktiva relatif stabil dibandingkan
dengan nilai penjualan dan kapitalisasi pasar. Ukuran perusahaan merupakan salah suatu variabel akuntansi
yang mempengaruhi peringkat obligasi. Murcia 2014 menyatakan bahwa “perusahaan-perusahaan besar kurang berisiko dibandingkan
perusahaan-perusahaan kecil karena perusahaan kecil memiliki resiko yang lebih besar. Apabila semakin besar perusahaan, potensi
mendiversifikasikan resiko non sistematik juga semakin besar sehingga membuat r
isiko obligasi perusahaan tersebut menurun”. Penelitian yang dilakukan oleh Sari 2012 menyatakan bahwa ukuran perusahaan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peringkat obligasi.
2.1.6.5 Umur Obligasi
Umur Obligasi merupakan tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal
obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh
tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk diprediksi, sehingga memilki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi
yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Obligasi dengan umur obligasi yang lebih pendek mempunyai resiko yang lebih
kecil. Sehingga
perusahaan yang
rating obligasinya
tinggi
Universitas Sumatera Utara
32 menggunakan umur obligasi yang lebih pendek daripada perusahaan
yang menggunakan umur obligasi lebih lama Latumaerissa, 2011:367. Oleh karena itu investor akan memilih obligasi dengan umur
pendek di banding dengan obligasi berumur panjang. Karena obligasi yang berumur pendek memiliki resiko yang kecil dibanding dengan
obligasi berumur panjang. Umur obligasi yang pendek ternyata menunjukan peringkat obligasi yang investment grade.
Penelitian yang dilakukan oleh Adrian 2011, Sari 2012, Yohanes 2012 dan Prandana 2014 menyatakan bahwa umur obligasi
berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.
2.1.6.6 Reputasi Uditor
Reputasi dalam arti sempit adalah nama baik. Argumen yang mendasari dimasukkannya reputasi auditor adalah semakin tinggi
reputasi auditor didalam melakukan proses audit maka semakin tinggi pula tingkat kepastian laporan keuangan perusahaan sehingga semakin
kecil tingkat kegagalan perusahaan tersebut Almilia Vieka, 2007. Tambahan pula, menurut Magreta dan Nurmayanti, 2009:148
menyatakan bahwa “dengan reputasi auditor yang baik maka akan
memberikan hasil audit yang dapat dipercaya ”. Dengan demikian,
emiten yang diaudit oleh auditor big four akan mempunyai obligasi yang investment grade karena semakin baik reputasi auditor maka akan
mempengaruhi peringkat obligasi.
Universitas Sumatera Utara
33 Adapun yang termasuk kedalam big four antara lain sebagai
berikut: 1. Ernst and Young ET, dengan pertnernya di Indonesia
Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja. 2. Delotte Touche Tohmatsu, dengan pertnernya di Indonesia Osman
Ramli Satrio dan Rekan. 3. Price WaterHouse Coopers PWC, dengan pertnernya di Indonesia
Haryanto Sahari dan Rekan. 4. Klynveld Peat Marwick Goerdeler KPMG International, dengan
partnernya di Indonesia yaitu Siddarta dan Harsono. Penelitian yang dilakukan oleh Sari 2012 menyatakan bahwa
reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti mengenai analisis faktor- faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi. Dimana masing-masing penelitian
mempunyai variabel independen yang berbeda-beda dari tahun ke tahun dan penelitan tersebut biasanya selalu bervariasi sesuai dengan kebutuhan sipeneliti
menambah atau mengembangkan penelitian yang sudah ada sebelumnya dengan objek perusahaan yang berbeda dan periode penelitian yang berbeda.
Berikut penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi, diantaranya sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
34 Margareta dan Nurmayanti 2009 melakukan penelitian mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi pada seluruh perusahaan dari sudut akuntansi dan non akuntansi. Dimana sampel perusahaan yang digunakan adalah
sebanyak 80 perusahaan yang terdaftar di PEFINDO kecuali perusahaan yang bergerak di bidang perbankan dan lembaga keuangan lainnnya dari periode 2005-
2008. Dari sisi faktor akuntansi yang digunakan adalah size Log.Total Asset, likuiditas
Current AssetCurrent
Liabilities, profitabilitas
Operating IncomeInvestment, leverage Total LiabilitiesTotal Equity, dan produktivitas
SalesTotal Asset, sementara dari faktor non akuntansi yang digunakan adalah secure, umur obligasi dan reputasi auditor. Metode analisis menggunakan logistic
regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya profitabilitas dan produktivitas dari sudut akuntansi dan secure jaminan dari sudut non akuntansi
saja yang berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Sementara rasio leverage, likuiditas, maturity, ukuran perusahaan dan reputasi auditor tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi. Linandari 2010 juga melakukan penelitian yang mengenai kemampuan rasio
keuangan didalam memprediksi peringkat obligasi. Dimana sampel yang digunakan didalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di
PEFINDO kecuali perusahaan perusahaan dibidang perbankan dan lembaga keuangan lainnya periode 2007-2008. Rasio keuangan yang dijadikan penelitian
ini adalah rasio leverage Long Term LiabilityTotal Asset, rasio likuiditas Current AssetCurrent Liability, rasio solvabilitas Cash Flow from
OperationTotal Liabilities, rasio profitabilitas Operating IncomeSales,dan
Universitas Sumatera Utara
35 rasio produktivitas SalesTotal Asset. Penelitian ini menggunakan Multiple
Discriminant Analysis MDA. Hasil penelitian terdapat tiga variabel rasio keuangan yang dapat membentuk model prediksi peringkat obligasi. Ketiga
variabel rasio keuangan tersebut berasal dari rasio likuiditas, rasio profitabilitas, dan rasio produktivitas. Sementara rasio solvabilitas dan leverage tidak dapat
dijadikan sebagai prediksi didalam menentukan peringkat obligasi. Sementara Maharti 2011 juga menguji mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi peringkat obligasi. Variabel independen yang diuji adalah profitabilitas Laba setelah pajakTotal Aset, likuiditas Aset lancarUtang
lancar, ukuran perusahaan Log.Total Asset, leverage Utang jangka panjangTotal Asset, dan jaminan obligasi memberikan jaminan atau tidak.
Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kriteria sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive
sampling. Total sampel yang diambil adalah 45 perusahaan selama tahun 2007- 2010. Pengujian hipotesis dengan menggunakan analysis ordinal regresission
karena variabel terikat berupa skala ordinal peringkat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap
peringkat obligasi. Kemudian, Adrian 2011 melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi peringkat obligasi. Penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan terdaftar dalam peringkat
obligasi yang dikeluarkan oleh PT. PEFINDO periode tahun 2006 hingga tahun 2009. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 perusahaan
Universitas Sumatera Utara
36 manufaktur. Teknik pengambilan sampel ditentukan dengan metode penyampelan
bersasaran purposive sampling, sedangkan metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik. Dimana variabel independen yang digunakan
didalam penelitian ini adalah rasio leverage Total hutangTotal modal, rasio likuiditas Aset lancarHutang lancar, rasio profitablititas Laba bersih Total
aset dan umur obligasi. Penelitian ini menghasilkan bahwa likuiditas dan umur obligasi berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan
leverage dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.
Yohanes 2012 melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio keuangan dan karakteristik obligasi terhadap rating obligasi korporasi di Indonesia. Sampel
pada penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling, dengan kriteria, Obligasi yang diperingkat oleh PT. Pefindo pada April 2012, obligasi yang
diterbitkan oleh perusahaan yang bergerak di sektor keuangan Banking, Finance Company, dan Securities Company, obligasi yang waktu jatuh temponya
berdasarkan satuan tahun. Berdasarkan pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling, terdapat 117 obligasi yang sesuai dengan kriteria
pengambilan sampel. Analisis data menggunakan regresi berganda. Variabel independen yang digunakan didalam memprediksi peringkat obligasi adalah rasio
leverage Total DebtTotal Equity, dan profitabilitas Net IncomeCommon Equity sedangkan karateristik obligasi yang digunakan adalah maturity dan
subordination. Hasil penelitian menujukkan bahwa rasio leverage, profitability, umur obligasi dan subordination secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
Universitas Sumatera Utara
37 peringkat obligasi. Sedangkan secara parsial hanya subordination yang tidak
berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi suatu perusahaan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sari 2012 yaitu melakukan
penelitan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi rating obligasi. Penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan terdaftar dalam peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT. PEFINDO periode tahun 2008 hingga tahun 2011. Sampel yang digunakan dalam
penelitian tersebut adalah 11 perusahaan manufaktur. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dengan jenis
data sekunder. Dimana variabel independen yang digunakan dalam penilitian ini adalah ukuran perusahaan size, pertumbuhan perusahaan growth, rasio
solvabilitas, rasio likuiditas, rasio profitabilitas, jaminan secure, umur obligasi maturity, dan reputasi auditor auditor reputation. Penelitian ini menghasilkan
bahwa variabel ukuran perusahaan, rasio likuiditas, jaminan, umur obligasi dan reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan
variabel pertumbuhan perusahaan, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Prandana 2014 melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio keuangan dan non keuangan terhadap
peringkat obligasi. Penilitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode
purposive sampling dengan jumlah sampel 16 perusahaan manufaktur dari tahun 2010-2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data
Universitas Sumatera Utara
38 sekunder. Dimana variabel independen yang di gunakan dalam penelitian ini
adalah rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, produktivitas, umur obligasi dan reputasi auditor. Penelitian ini memberikan hasil bahwa variabel leverage dan
umur obligasi berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan rasio likuiditas, profitabilitas, produktivitas dan reputasi auditor tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap peringkat obligasi.
Tabel : 2.2 Review Penelitian Terdahulu
Nama, Tahun dan
Judul penelitian Variabel penelitian
Hasil penelitan
Magreta dan
Nurmayanti 2009
“Faktor-faktor yang
Mempe- ngaruhi Prediksi
Peringkat Obli- gasi ditinjau dari
Faktor Akuntansi dan Non Akun-
tansi” Variabel independen:
Ukuran perusahaan, rasio likuiditas, profitabilitas,
leverage, produktivitas, umur obligasi, jaminan
obligasi, reputasi auditor.
Variebel dependen: Peringkat obligasi
Profitabilitas, produktivitas dan jaminan obligasi yang ber-
pengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan
rasio
likuiditas, leverage,
reputasi auditor,
ukuran perusahaan dan umur obligasi
tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap peringkat
obligasi.
Linandarini 2010 “Kemam-
puan Rasio Ke- uangan
dalam Memprediksi
Peringkat Obli- gasi Perusahaan
di Indonesia” Variabel independen:
Rasio leverage, liquidity, solvability, profitability,
productivity. Variabel dependen:
Peringkat obligasi Rasio liquidity, profitability
produktivity dapat mempenga- ruhi prediksi peringkat obligasi
sementara solvability, leverage tidak
berpengaruh secara
signifikan didalam mempenga- ruhi prediksi peringkat obligasi.
Universitas Sumatera Utara
39 Maharti
2011 “Analisis Faktor-
faktor yang
Mempengaruhi Peringkat Obli-
gasi” Variabel independen:
Rasio leverage profita- bilitas, likuiditas, ukuran
perusahaan, Jaminan obli- gasi.
Variabel dependen: Peringkat obligasi
Semua variabel independen tidak berpengaruh signifikan
terhadap peringkat obligasi.
Andrian 2011 “Analisis Faktor-
faktor yang
Mempengaruhi Peringkat Obli-
gasi pada Perusa- haan
Manufak- tur yang Terdaf-
tar di BEI” Variabel independen:
Rasio leverage, profita- bilitas, likuiditas, umur
obligasi
Variabel dependen: Peringkat obligasi
Rasio likuiditas dan umur obligasi berpengaruh signifikan
terhadap peringkat obligasi. Sedangkan rasio leverage dan
profitabilitas tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap
peringkat obligasi.
Yohanes 2012 “Pengaruh Rasio
Keuangan dan
Karakteristik Obligasi
terha- dap Rating Obli-
gasi Korporasi di Indonesia”
Variabel independen: Rasio leverage, profita-
bility, umur obligasi, dan subordinasi
Variabel dependen: Peringkat obligasi
Rasio leverage, profitability, umur obligasi dan subordinasi
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap peringkat
obligasi
sedangkan secara
parsial hanya subordinasi yang tidak berpengaruh signifikan
terhadap peringkat obligasi.
Sari 2012
“Faktor-faktor yang
Mempe- ngaruhi Prediksi
Peringkat Obligasi
pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI”
Variabel independen: Ukuran perusahaan, per -
tumbuhan perusahaan,
rasio solvabilitas, rasio likuiditas,
rasio profi-
tabilitas, jaminan, umur obligasi,
dan reputasi
auditor. Variabel dependen:
Peringkat obligasi Ukuran
perusahaan, rasio
likuiditas, jaminan,
umur obligasi dan reputasi auditor
berpengaruh signifikan
ter- hadap
peringkat obligasi.
Sedangkan variabel
per- tumbuhan perusahaan, rasio
solvabilitas dan rasio profi- tabilitas
tidak berpengaruh
signifikan terhadap peringkat obligasi.
Prandana 2014 “Analisis Peng-
aruh Rasio Keu- angan dan non
Variabel independen: Rasio likuiditas, leverage,
profitabilitas, produk-
Leverage dan umur obligasi berpengaruh
signifikan ter-
hadap peringkat
obligasi. Sedangkan
rasio likuiditas,
Universitas Sumatera Utara
40 Keuangan
Ter- hadap Peringkat
Obligasi pada
Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI” tivitas, umur obligasi dan
reputasi auditor. Variabel dependen:
Peringkat obligasi profitabilitas, produktivitas dan
reputasi auditor tidak ber- pengaruh
secara signifikan
terhadap peringkat obligasi.
2.3 Kerangka Konseptual