Validitas Validitas dan Reabilitas Alat Ukur

soal yang tidak terlalu mudah dan idak terlalu sukar, bilangan yang menunjukan skar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Kriteria besarnya indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut : Soal dengan P 0,0 sampai 0,30 dikategori sukar Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 dikategori sedang Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 dikategori mudah Sudjono 2008: 372 mengungkapkan untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus berikut : Keterangan: P : Angka indeks kesukaran item N p : Banyaknya siswa yang dapat menjawab dengan betul N : Jumlah siswa yang mengikuti tes hasil belajar Hasil perhitungan tingkat kesukaran menggunakan bantuan aplikasi komputer yaitu Excel. Hasil perhitungan Tingkat Kesukaran terdapat pada lampiran B.3

4. Daya Pembeda

Daya pembeda mengkaji butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu dan siswa yang tergolang kurang prestasinya. Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah. Kemudian diambil 33 siswa yang memperoleh nilai tertinggi disebut kelompok atas dan 33 siswa yang memperoleh nilai terendah disebut kelompok bawah. Rumus daya pembeda adalah: D = P A – P B Keterangan : D : daya pembeda item soal; B A : banyaknya peserta tes kelompok atas yang menjawab benar butir item yang bersangkutan. B B : banyaknya peserta tes kelompok bawah yang menjawab benar butir item yang bersangkutan; JA : banyaknya peserta kelompok atas JB : banyaknya peserta kelompok bawah Sudjono 2008: 389 menyatakan bahwa hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera pada tabel berikut ini : Tabel 6. Interpretasi Nilai Daya Pembeda Nilai Interpretasi Kurang dari 0,20 Buruk 0,20 – 0,40 Sedang 0,40 – 0,70 Baik 0,70 – 1,00 Sangat Baik Bertanda Negatif Bruk Sekali Hasil perhitungan daya beda soal menggunakan bantuan aplikasi komputer yaitu Excel . Hasil perhitungan daya beda terdapat pada lampiran B.4

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan

1 10 130

Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw Pada Konsep Pencernaan

2 14 198

Pengaruh teknik kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Guided Note Taking (GNT) terhadap hasil belajar siswa pada konsep archaebacteria dan eubacteria: kuasi eksperimen di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.

0 9 243

PENGARUH KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

3 20 49

PENGGUNAAN MODEL KOMBINASI TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS DI SMA MUHAMMADIYAH 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

2 18 59

perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan pendekatan sts, sets, dan stem pada pembelajaran konsep virus

3 22 77

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE “TWO STAY TWO STRAY” (TSTS) Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Metode “Two Stay Two Stray” (Tsts) Pada Siswa Kelas Iv Sdn 02 Jatiharjo Kecamatan Jatipuro Tahun Ajaran 2011/2012.

0 1 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI AKUNTANSI 2 SMK NEGERI 1 TEMPEL TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 0 194

Pengaruh Model Two Stay Two Stray Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa

1 0 9

Keyword: Cooperative Learning, Two Stay Two Stray (TSTS), question card,

0 5 14