Mitigasi Risiko Kewajiban Kontinjensi Pemerintah Pusat

3.2 Mitigasi Risiko Kewajiban Kontinjensi Pemerintah Pusat

Dalam mengelola risiko fiskal yang muncul dari kewajiban kontinjensi, telah disediakan beberapa langkah mitigasi diantaranya adalah memantau mitigasi risiko yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait (seperti PT PLN (Persero) dan PDAM yang mendapat jaminan dari Pemerintah), mengelola dan memantau risiko residual yang tidak dapat dimitigasi oleh pihak- pihak dimaksud dan mengelola anggaran kewajiban kontinjensi Pemerintah.

Sebagai salah satu bentuk mitigasi atas risiko fiskal yang timbul dari sisi penjaminan proyek infrastruktur dengan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha

(KPBU), Pemerintah mendirikan sebuah badan usaha untuk menjamin proyek- proyek infrastruktur, yakni Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur (PT PII (Persero)). PT PII (Persero) akan melakukan upaya-upaya mitigasi risiko infrastruktur berdasarkan prinsip alokasi risiko sehingga kemungkinan terjadinya risiko

infrastruktur menjadi berkurang. Penyediaan fasilitas penjaminan infrastruktur melalui PT PII (Persero) disajikan pada Boks III.3.1.

BOKS III.3.1

PENYEDIAAN FASILITAS PENJAMINAN INFRASTRUKTUR MELALUI PT PENJAMINAN INFRASTRUKTUR INDONESIA (PERSERO)

Dalam rangka memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur di Indonesia, Pemerintah telah mengupayakan pembangunan infrastruktur melalui skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) sebagai salah satu resources dalam penyediaan infrastruktur sebagaimana telah diatur pada Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur (peraturan pengganti Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 dan perubahan terakhirnya).

Dalam penyediaan infrastruktur melalui skema KPBU dimaksud, Pemerintah memberikan penjaminan infrastruktur guna meningkatkan kelayakan kredit ( credit worthiness) proyek,

Bab 3 Mitigasi Risiko Fiskal Bagian III

memperoleh pemenuhan pembiayaan ( financial close), dan menciptakan biaya infrastruktur yang efisien sekaligus kompetitif. Penjaminan infrastruktur ini harus dilaksanakan sesuai dengan prinsip pengendalian dan pengelolaan risiko keuangan negara guna menjaga kesinambungan APBN ( fiscal sustainability).

Sebagai upaya pengendalian atau mitigasi atas risiko fiskal yang timbul dari pelaksanaan penjaminan infrastruktur, Pemerintah mendirikan sebuah Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur yakni PT PII (Persero) yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2009 untuk menyediakan penjaminan infrastruktur yang dilakukan melalui skema KPBU. Pelaksanaan penjaminan infrastruktur yang dilakukan oleh PT PII (Persero) telah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang Dilakukan Melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur.

PT PII (Persero) diharapkan dapat melakukan upaya mitigasi yang relevan sesuai dengan alokasi risiko antara Pemerintah dengan Badan Usaha. Penjaminan yang dilakukan oleh PT PII (Persero) ini juga dimaksudkan untuk memagari ( ring fencing) APBN dari kewajiban kontinjensi dalam hal terjadi klaim atas jaminan infrastruktur yang diberikan.

Selanjutnya, dalam rangka memitigasi potensi risiko fiskal yang bersumber dari penyelenggaraan program jaminan kesehatan nasional, beberapa hal yang dilakukan antara lain sebagai berikut.

1. Untuk memitigasi risiko ketidaksesuaian iuran dengan paket tarif JKN, saat ini Pemerintah sedang mengevaluasi kesesuaian besaran iuran dengan tarif Indonesia Case Based Groups (INA-CBG’s). Sesuai amanat Perpres Nomor 111 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, untuk menanggulangi defisit DJS, Pemerintah dapat melakukan reviu besaran iuran setiap

2 tahun sekali.

2. Risiko adverse selection dapat dimitigasi dengan cara memastikan target cakupan kepesertaan dapat dipenuhi. Pemerintah telah menetapkan target bahwa secara bertahap cakupan kepesertaan akan bersifat universal di tahun 2019. Salah satu hal yang saat ini sudah diterapkan oleh Pemerintah dalam upaya memenuhi target tersebut adalah dengan cara mensosialisasikan tentang manfaat program JKN bagi masyarakat. Selain itu, Pemerintah juga telah mengeluarkan peraturan terkait sanksi pemberhentian pemberian layanan publik bagi mereka yang tidak membayar iuran (sesuai dengan penahapannya). Saat ini, Pemerintah terus mengkaji berbagai upaya alternatif lain yang lebih efektif dan efisien dalam meningkatkan partisipasi kepesertaan, khususnya bagi kelompok PBPU dan kelompok bukan pekerja (selama ini dikenal dengan sektor informal).

3. Dalam upaya untuk memperbaiki penyelenggaraan Program THT PNS di masa mendatang, dan menjaga tingkat kesehatan keuangan PT Taspen (Persero) serta agar Pemerintah memiliki ruang untuk pembayaran cicilan UPSL, maka Pemerintah melakukan evaluasi dan monitoring kewajiban pembayaran THT PNS setiap tahun. Selain itu dengan telah disahkannya UU Nomor 13 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, akan menjadi momentum bagi Pemerintah untuk melakukan perubahan skema pensiun dan tabungan hari tua bagi PNS.

Selanjutnya, dalam rangka mitigasi risiko penugasan khusus, diperlukan kajian ekonomi dan finansial yang feasible serta meminta masukan dari berbagai pihak terkait pada setiap usulan Program Ekspor yang akan dijadikan penugasan khusus, sehingga transaksi/proyek

Bagian III Bab 3 Mitigasi Risiko Fiskal

penugasan khusus dapat terukur risikonya. Dalam hal modal LPEI menjadi kurang dari Rp4,0 triliun, Pemerintah dengan persetujuan DPR menutup kekurangan tersebut berdasarkan mekanisme yang berlaku.