Mitigasi Risiko Fiskal Tertentu

3.3 Mitigasi Risiko Fiskal Tertentu

Mitigasi risiko fiskal tertentu mencakup serangkaian tindakan yang dilakukan Pemerintah dalam mitigasi terhadap bencana alam, stabilisasi harga pangan, tuntutan hukum kepada Pemerintah, transaksi internasional, dan program pembiayaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Bencana alam berpotensi memberikan tekanan pada kesinambungan APBN. Untuk itu, di masa yang akan datang perlu dilakukan diversifikasi pembiayaan risiko bencana, baik dari segi sumber maupun pola pengalokasiannya. Dengan mempertimbangkan naiknya probabilitas

kejadian bencana, meningkatnya nilai kerusakan dan kerugian akibat bencana dan perubahan iklim serta laju urbanisasi yang cepat, Pemerintah saat ini sedang mengkaji kemungkinan meningkatkan keragaman dalam pilihan-pilihan pembiayaan risiko bencana termasuk untuk asuransi bencana. Pembiayaan risiko bencana yang efisien merupakan kombinasi yang optimal antara risiko yang diretensi (ditanggung langsung) dan yang ditransfer. Kombinasi pembiayaan tersebut diharapkan dapat memberikan ketahanan yang lebih tinggi bagi kesinambungan APBN.

Selanjutnya, untuk memitigasi risiko fiskal yang bersumber dari fluktuasi harga pangan, Pemerintah mengeluarkan kebijakan harga serta kebijakan perizinan dan pengendalian. Penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) merupakan salah satu contoh kebijakan harga yang diambil Pemerintah untuk menjaga stabilisasi harga pangan, seperti beras/gabah. Sedangkan kebijakan perijinan dan pengendalian bertujuan agar ketersediaan pasokan bahan pokok terjamin.

Selain kebijakan yang bersifat kuratif, Pemerintah juga menerapkan kebijakan/program yang bersifat preventif, seperti asuransi pertanian. Dalam rangka melindungi petani dari risiko gagal panen yang disebabkan oleh bencana alam, kekeringan, dan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), Pemerintah melaksanakan program asuransi pertanian. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani pasal 37 yang mengamanatkan bahwa “Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya berkewajiban melindungi usaha tani yang dilakukan oleh petani dalam bentuk asuransi pertanian”. Asuransi pertanian akan memberikan perlindungan kepada petani dalam bentuk bantuan modal kerja jika terjadi kerusakan tanaman atau gagal panen. Dengan adanya asuransi pertanian, diharapkan petani tetap bisa melakukan usaha tani, yaitu menanam kembali setelah terjadi gagal panen. Sehingga ketersediaan pangan tetap terjaga dan harga pangan di pasaran tetap stabil.

Selanjutnya, mitigasi dalam rangka mengurangi dampak risiko gugatan hukum kepada Pemerintah dilakukan melalui pelaksanaan prinsip kehati-hatian dalam proses pengambilan kebijakan dan upaya semaksimal mungkin oleh masing-masing K/L guna meminimalisir tuntutan hukum kepada Pemerintah.

Terhadap risiko transaksi internasional, maka Pemerintah akan selalu memantau dan memonitor defisit neraca berjalan, dan senantiasa berupaya untuk melakukan peningkatan

Bab 3 Mitigasi Risiko Fiskal Bagian III

ekspor. Secara umum, strategi yang dilakukan Pemerintah adalah dengan melakukan pengembangan investasi pada industri dan pendukung industri, pengembangan metode pembiayaan ekspor, perbaikan mekanisme biaya di pelabuhan dan lain sebagainya.

Terhadap risiko penerimaan negara yang berasal dari perjanjian FTA dan perjanjian lain yang sejenis, maka Pemerintah mulai melakukan perubahan terhadap Tarif Bea Masuk MFN ( Most Favourable Nations). Pemerintah dapat mengoptimalkan penerimaan negara dari bea masuk khususnya dari impor negara-negara yang tidak terikat dengan perjanjian FTA. Tarif Bea Masuk MFN dimaksud akan menjadi acuan dalam penyusunan perjanjian FTA baru.

Dalam rangka memitigasi risiko fiskal dari program pembiayaan perumahan MBR, Pemerintah memberikan penugasan kepada Badan Layanan Umum (BLU) Pusat Pembiayaan Perumahan untuk menyalurkan FLPP bagi MBR, dukungan pembiayaan sekunder perumahan oleh PT Sarana Multigriya Finansial (SMF), dan perluasan manfaat oleh BPJS Ketenagakerjaan untuk menyediakan pilihan manfaat Jaminan Hari Tua sebagai alternatif pembiayaan perumahan serta rencana pemanfaatan dana Bapertarum PNS dan PT Taspen (Persero).

Agar program pembiayaan tepat sasaran, salah satu langkah mitigasi risiko adalah menetapkan kriteria-kriteria debitur yang dapat memanfaatkan KPR-FLPP. Selanjutnya, BLU Pusat Pembiayaan Perumahan akan memeriksa kesesuaian pemohon KPR-FLPP dengan kategori debitur MBR yang dapat memanfaatkan KPR dengan bunga 5 persen. Kegiatan ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya salah sasaran penyaluran kredit KPR-FLPP.

Sementara itu, guna mempercepat proses penerbitan izin-izin terkait pembangunan perumahan, Pemerintah melakukan langkah-langkah koordinasi bersama seluruh instansi Pemerintah terkait dengan memantau progress dari penerbitan izin yang harus diperoleh para pengembang. Adapun upaya mitigasi risiko atas kenaikan harga tanah dan material bangunan adalah mendorong pemerintah daerah melalui Kementerian Dalam Negeri untuk menyediakan lahan murah bagi pembangunan rumah sederhana.

Upaya mitigasi terhadap risiko keengganan dan keterbatasan kapasitas pengembang menyediakan rumah untuk MBR dilakukan melalui kebijakan pemberian fasilitas umum, seperti jalan bagi perumahan, melanjutkan kebijakan pemberian PPh sebesar nol persen dan PPN nol persen bagi rumah dengan harga tertentu, serta mendorong Pemda melalui Kementerian Dalam Negeri untuk memberikan kemudahan perizinan.

Bab 1 : Pendahuluan Bagian IV