APBN Jangka Menengah Periode 2017-2019

1.2.2 APBN Jangka Menengah Periode 2017-2019

Selanjutnya, sebagaimana amanat UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, serta untuk mengukur kemampuan fiskal dalam jangka menengah, maka dilakukan pula penyusunan proyeksi APBN jangka menengah, baik kebijakan maupun besarannya. Penyusunan kerangka APBN jangka menengah tersebut dilakukan dengan mengacu dan mengantisipasi perkembangan dan perkiraan kinerja perekonomian dunia dan domestik, khususnya perkiraan indikator ekonomi yang digunakan sebagai asumsi dasar ekonomi makro dalam penyusunan APBN. Selain itu, APBN jangka menengah juga harus memperhitungkan berbagai kebutuhan, tantangan, dan permasalahan pembangunan ekonomi dan sosial yang akan dihadapi dalam jangka menengah ke depan. Sesuai visi dan misi pembangunan nasional dalam RPJPN dan RPJMN, kebijakan dan besaran APBN jangka menengah disusun untuk mendukung pencapaian target- target pembangunan nasional yang telah ditetapkan.

Tantangan pembangunan nasional dalam jangka menengah di bidang perekonomian diperkirakan masih terkait dengan persoalan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan ketergantungan dalam hal pangan, energi, keuangan, dan teknologi. Selain itu, risiko pasar keuangan dalam negeri, ketidakseimbangan neraca pembayaran, serta peningkatan daya saing ekonomi merupakan tantangan pada sisi internal. Tantangan lain dari sisi internal adalah menjaga keseimbangan pembangunan antardaerah, baik secara vertikal maupun secara horizontal, termasuk pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Sementara itu, tantangan lingkungan perekonomian global dalam jangka menengah antara lain risiko gejolak harga komoditas di pasar global, pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA); dan pelaksanaan agenda pembangunan global pasca-2015. Dalam menghadapi tantangan tersebut, serta memerhatikan perkiraan kinerja perekonomian dunia dan domestik, maka APBN dalam jangka menengah diharapkan tetap menjalankan peran sebagai instrumen kebijakan fiskal utama untuk melakukan fungsi alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Dalam hal ini, APBN jangka menengah diharapkan dapat berperan dalam menjaga stabilitas perekonomian nasional sekaligus meningkatkan daya dorong bagi perekonomian nasional.

Oleh karena itu, strategi kebijakan fiskal dalam jangka menengah diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong strategi industrialisasi dalam rangka transformasi ekonomi dengan tetap mempertahankan keberlanjutan fiskal melalui peningkatan pendapatan negara pada satu sisi, serta peningkatan efisiensi dan produktivitas belanja negara pada sisi lainnya. Dengan demikian, defisit anggaran dalam jangka menengah dapat terkendali, sehingga rasio utang pemerintah terhadap PDB juga dapat terkendali dan dapat memperkuat kemandirian pembiayaan pembangunan. Kebijakan fiskal ekspansi dan stimulus fiskal untuk mendorong perekonomian juga harus tetap diimbangi dengan pengelolaan kebijakan yang hati-hati dan meminimalkan risiko untuk tetap memberikan iklim yang kondusif

bagi pertumbuhan ekonomi. Untuk mencapai arah dan sasaran kebijakan jangka menengah tersebut, kebijakan pendapatan

negara dalam jangka menengah diarahkan pada upaya optimalisasi pendapatan negara dengan tetap menjaga iklim investasi dan keberlanjutan dunia usaha. Upaya untuk meningkatkan rasio pendapatan perpajakan terhadap PDB (tax ratio), akan terus dilakukan Pemerintah utamanya

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.1-7

Bagian II Bab 1: Pendahuluan

melalui perluasan basis pajak dan perbaikan administrasi perpajakan, sehingga pendapatan perpajakan secara nominal diharapkan dapat tumbuh lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan alaminya. Sementara itu, PNBP sebagai salah satu sumber pendapatan negara juga diharapkan terus mengalami peningkatan, termasuk upaya untuk menggali sumber-sumber pendapatan bukan pajak yang lain. Berbagai upaya optimalisasi sumber-sumber pendapatan dalam negeri tersebut dilakukan untuk mewujudkan kemandirian bangsa sesuai dengan visi Trisakti. Selain itu, kemampuan melakukan mobilisasi sumber-sumber pendapatan yang optimal juga akan memperbesar kapasitas fiskal dalam jangka menengah, sehingga memberikan ruang gerak yang lebih luas kepada Pemerintah untuk menjalankan pembangunan.

Sementara itu, kebijakan belanja negara jangka menengah yang akan ditempuh difokuskan pada upaya untuk meningkatan kualitas belanja negara agar lebih produktif, efisien, dan responsif, sehingga secara efektif mendukung pencapaian target-target pembangunan secara optimal. Belanja negara dalam jangka menengah akan diarahkan untuk pembangunan sarana-prasarana produktif, seperti infrastruktur perhubungan, ketahanan pangan, dan energi. Selain itu, untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan kesenjangan antarpendapatan, maka Pemerintah akan melanjutkan dan memperluas program-program perlindungan sosial, termasuk dalam bentuk layanan kesehatan, pendidikan, dan program perlindungan sosial lainnya. Belanja negara juga ditujukan untuk memastikan pelayanan publik yang disediakan Pemerintah tetap terjaga kualitasnya sesuai standar pelayanan minimum, sehingga pelaksanaan reformasi birokrasi terus akan ditingkatkan. Selain itu, belanja negara dalam jangka menengah juga harus mempunyai kemampuan adaptasi dan meredam gejolak perekonomian. Sejalan dengan tujuan tersebut, untuk menjalankan fungsi stabilisasi, maka kebijakan belanja negara dalam jangka menengah juga akan diarahkan untuk menjaga stabilitas ekonomi melalui stabilisasi harga-harga komoditas pokok, dan mendorong stabilitas nasional melalui dukungan di bidang pertahanan dan keamanan. Kebijakan transfer ke daerah dan dana desa difokuskan untuk mendorong pengurangan kesenjangan ekonomi antara pusat dan daerah dan antardaerah, serta penguatan kemandirian daerah. Selain itu, ke depan kebijakan transfer ke daerah akan lebih dioptimalkan guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berasal dari daerah dan pertumbuhan yang sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat.

Dengan strategi jangka menengah yang diarahkan untuk peningkatan pendapatan negara dan kualitas belanja negara, maka diharapkan kinerja keseimbangan primer dan defisit anggaran mengalami perbaikan. Keseimbangan primer diharapkan akan membaik dan menjadi positif pada tahun 2019, sementara defisit anggaran akan dijaga dalam batas aman sebagaimana diamanatkan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Selanjutnya, secara ringkas mengenai Proyeksi Kerangka Fiskal Jangka Menengah 2017 – 2019 disajikan dalam Tabel II.1.1.

Lebih lanjut mengenai uraian secara mendetail mengenai postur APBN tahun 2016 dan RAPBN Jangka Menengah 2017-2019 disajikan pada bab-bab berikutnya.

II.1-8 Nota Keuangan dan APBN 2016

Bab 1 : Pendahuluan Bagian II

TABEL II.1.1 PROYEKSI KERANGKA FISKAL JANGKA MENENGAH, 2017-2019

(per sen t a se t er h a da p PDB)

Tahun No.

1. Pendapatan Negara dan Hibah (%)

15,3 15,7 2. Belanja Negara (%)

16,9 16,9 3. Keseimbangan Primer (%)

(0,2) 0,2 4. Surplus/Defisit Anggaran (%)

(1,5) (1,2) 5. Pembiayaan Anggaran (%)

Sum ber: Kem enterian Keuangan

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.1-9

Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019 Bagian II