Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi

4.1.2 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi

Dalam pengelolaan keuangan negara setidaknya terdapat tiga pihak yang memiliki peran vital, yaitu Menteri Keuangan selaku Chief Financial Officer (CFO) atau Bendahara Umum Negara (BUN) yang bertugas mengelola fiskal dan penganggaran, Menteri Perencanaan Pembangunan

II.4-18 Nota Keuangan dan APBN 2016

APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019 Bagian II

Nasional /Kepala Bappenas selaku Chief Planning Officer (CPO) yang bertugas merencanakan arah pembangunan dan mendesain kebijakannya, serta Menteri/Pimpinan lembaga selaku Chief Operational Officer (COO) yang bertugas membantu Presiden dalam menjalankan program dan kegiatan untuk mencapai tujuan bernegara. COO pada dasarnya melaksanakan tugas sesuai dengan rencana pembangunan yang telah disusun bersama dengan CPO dengan alokasi anggaran sebagaimana telah dibahas dengan CFO.

Sejalan dengan fungsi tersebut, anggaran belanja pemerintah pusat sebagai bagian dari belanja negara secara umum dikelompokkan dalam dua bagian: (1) anggaran yang dialokasikan melalui bagian anggaran (BA) K/L dengan menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran; dan (2) anggaran yang dialokasikan melalui BA BUN yang dialokasikan melalui Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.

Berdasarkan struktur K/L yang berlaku pada tahun 2016, jumlah BA K/L adalah 87 bagian anggaran yang terdiri dari 34 kementerian dan 53 lembaga. Sementara itu, BA BUN terkait belanja pemerintah pusat terdiri atas: (1) BA BUN Pengelolaan Utang Pemerintah (BA 999.01); (2) BA BUN Pengelolaan Hibah (BA 999.02); (3) BA BUN Pengelolaan Belanja Subsidi (BA 999.07); (4) BA BUN Pengelolaan Belanja Lainnya (BA 999.08); (5) BA BUN Pengelolaan Transaksi Khusus (BA 999.99).

Dari anggaran belanja pemerintah pusat dalam APBN Tahun 2016 sebesar Rp1.325.551,4 miliar, anggaran yang dialokasikan melalui K/L mencapai 59,2 persen atau Rp784.125,7 miliar. Sementara 40,8 persen atau Rp541.425,7 miliar dialokasikan melalui BA BUN (belanja non- K/L) sebagaimana disajikan dalam Tabel II.4.2.

TABEL II.4.2 BELANJA PEMERINTAH PUSAT, 2015-2016 (Miliar Rupiah)

Selisih thd Uraian

-1,4% II. Belanja Non K/L

I. Belanja K/L

Sumber: Kementerian Keuangan

Penjelasan lebih lanjut atas rencana anggaran belanja K/L dan rencana anggaran belanja BUN akan diuraikan sebagai berikut.

4.1.2.1 Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga

Berdasarkan arah kebijakan dan sasaran-sasaran strategis yang akan dicapai pada tahun 2016 dan keberlanjutan upaya yang telah dimulai tahun 2015 serta mempertimbangkan masalah dan tantangan yang akan dihadapi, Pemerintah telah menyusun Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2016, dengan tema: “Mempercepat Pembangunan Infrastruktur untuk Memperkuat Fondasi Pembangunan yang Berkualitas”.

Sebagai penjabaran dari tema RKP di atas, diidentifikasi sektor-sektor prioritas yang tertuang dalam tiga dimensi pembangunan dan kondisi perlu sebagai berikut.

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.4-19

Bagian II APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

BAGAN II.4.1 STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL

3 DIMENSI PEMBANGUNAN

DIMENSI PEMBANGUNAN

DIMENSI PEMERATAAN & MANUSIA

DIMENSI PEMBANGUNAN

KEWILAYAHAN Pendidikan

SEKTOR UNGGULAN

Kedaulatan Pangan

Antarkelompok

Pendapatan Kesehatan

Kedaulatan Energi &

Antarwilayah: (1) Desa, Perumahan

Ketenagalistrikan

(2) Wilayah Pinggiran, (3) Luar Jawa, Mental / Karakter

Kemaritiman

Pariwisata dan Industri

(4) Kawasan Timur

KONDISI PERLU

Tata Kelola & Penegakan Hukum

Kepastian dan

Keamanan dan

Sumber: Kementerian PPN/Bappenas

RKP tahun 2016 merupakan penjabaran tahun kedua dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang merupakan keberlanjutan upaya yang telah dimulai tahun 2015. Untuk mendukung pencapaian target-target dalam RKP tahun 2016 dan penyelenggaraan pemerintahan, kebijakan penyusunan rencana anggaran belanja K/L ditetapkan sebagai berikut:

1. Mempertahankan tingkat kesejahteraan aparatur pemerintah dengan memerhatikan tingkat inflasi untuk memacu produktivitas dan peningkatan pelayanan publik;

2. Melanjutkan kebijakan efisiensi pada belanja barang operasional (termasuk moratorium pembangunan gedung pemerintah, pengendalian perjalanan dinas, konsinyering, dan

kebijakan sewa/leasing kendaraan dinas operasional);

3. Mendukung pelaksanaan program pembangunan seperti infrastruktur konektivitas, kedaulatan pangan, energi, kemaritiman, dan pariwisata;

4. Peningkatan kualitas pelayanan pada Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), baik dari sisi demand maupun supply;

5. Peningkatan kualitas pendidikan yang difokuskan pada perbaikan sarana dan prasarana pendidikan serta kemudahan akses pendidikan;

6. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui program bantuan sosial yang lebih tepat sasaran, termasuk perluasan cakupan penerima bantuan tunai bersyarat menjadi 6 juta KSM.

Sejalan dengan upaya peningkatan kualitas belanja negara, kebijakan belanja K/L dalam tahun 2016 akan diarahkan untuk mendukung upaya tersebut melalui: (1) Perbaikan kualitas perencanaan untuk mempertajam kualitas belanja; (2) Perbaikan kualitas manajemen dan administrasi perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan anggaran, termasuk melalui penyempurnaan KPJM dan penataan arsitektur dan informasi kinerja (ADIK).

Besaran anggaran belanja K/L dalam APBN Tahun 2016 telah menampung kebutuhan untuk biaya operasional antara lain belanja pegawai yang meliputi pembayaran gaji dan tunjangan (termasuk gaji dan tunjangan bulan ketigabelas), serta menampung anggaran yang sifatnya

II.4-20 Nota Keuangan dan APBN 2016

APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019 Bagian II

mandatory seperti pendanaan program SJSN dan anggaran pendidikan. Selain itu, dalam APBN Tahun 2016, Pemerintah mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar 5 persen dari belanja negara (sebagai komitmen pemerintah untuk melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan) yang sebagian dilakukan melalui penambahan alokasi belanja K/L di bidang kesehatan. Dalam upaya mengoptimalkan dan menyelaraskan pelaksanaan desentralisasi fiskal, besaran belanja K/L tersebut juga telah memperhitungkan pengalihan sebagian belanja K/L (termasuk sebagian dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan) ke alokasi transfer ke daerah.

Selanjutnya, dalam menyusun belanja K/L tahun 2016, Pemerintah tetap memerhatikan prinsip- prinsip akuntabilitas dan good corporate governance melalui tahapan proses penganggaran yang memerhatikan evaluasi pelaksanaan anggaran tahun-tahun sebelumnya, kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan prioritas pembangunan sebagaimana telah digariskan dalam RKP tahun 2016, serta melibatkan pihak-pihak yang terkait dengan proses perencanaan dan penganggaran. Dengan demikian diharapkan anggaran yang direncanakan sudah memenuhi prinsip efisien, efektif, dan akuntabel.

Sejalan dengan upaya untuk mendukung tercapainya sasaran-sasaran pokok RKP tahun 2016, serta memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan, anggaran belanja K/L tahun 2016 sebesar Rp784.125,7 miliar. Jumlah tersebut lebih rendah Rp11.354,7 miliar atau 1,4 persen bila dibandingkan dengan APBNP Tahun 2015 sebesar Rp795.480,4 miliar. Alokasi belanja tersebut menurut sumber dana disajikan sebagaimana Tabel II.4.3.

TABEL II.4.3 BELANJA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA MENURUT SUMBER DANA (Miliar Rupiah)

No.

Sumber Dana

APBN TA 2016

1 Rupiah Murni

2 Pagu Penggunaan PNBP

3 Pagu Penggunaan BLU

4 Pinjaman Luar Negeri

5 Hibah Luar Negeri

6 Pinjaman Dalam Negeri

Sumber : Kementerian Keuangan

Selanjutnya, rencana anggaran beserta sasaran yang akan dicapai akan dielaborasi lebih lanjut ke dalam empat kelompok besar bidang, yaitu Bidang Perekonomian, Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, serta Bidang Kemaritiman. Secara persentase, komposisi belanja untuk empat kelompok bidang tersebut terhadap total belanja K/L tahun 2016 dapat dilihat pada Grafik II.4.1.

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.4-21

Bagian II APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

GRAFIK II.4.1 KOMPOSISI BELANJA K/L PER KELOMPOK BIDANG PEMERINTAHAN TAHUN 2016

Pembangunan Manusia dan Kebudayaan; 31,8%

Politik, Hukum, dan Keamanan; 29,8%

Perekonomian; 28,6% Kemaritiman; 9,8%

Sumber: Kementerian Keuangan

Di samping itu, perkembangan belanja K/L per kelompok bidang pada tahun 2015 dan 2016

dapat dilihat pada Grafik II.4.2. dan Tabel II.4.4.

GRAFIK II.4.2 BELANJA K/L PER KELOMPOK BIDANG PEMERINTAHAN, 2015-2016

Miliar Rupiah

Bidang Perekonomian

Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

Bidang Kemaritiman

Sumber: Kementerian Keuangan

APBNP 2015

APBN 2016

II.4-22 Nota Keuangan dan APBN 2016

APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019 Bagian II

TABEL II.4.4 BELANJA K/L PER BIDANG PEMERINTAHAN, 2015-2016

(miliar rupiah)

No Kode

Kementerian Negara/Lembaga

APBNP APBN BA

2015 2016 Bidang Perekonomian

1 035 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 326,7 361,6 2 004

Badan Pemeriksa Keuangan 3.015,5 3.471,2 3 015

Kementerian Keuangan 25.686,3 39.278,3 4 018

Kementerian Pertanian 32.798,0 31.507,2 5 019

Kementerian Perindustrian 4.548,3 3.256,7 6 026

Kementerian Ketenagakerjaan 4.223,1 3.801,7 7 029

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 6.667,8 6.113,9 8 033

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 118.546,1 104.080,7 9 041

Kementerian Badan Usaha Milik Negara 148,1 345,0 10 044

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 1.633,1 1.233,2 11 054

Badan Pusat Statistik 5.030,8 5.439,7 12 055

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas 1.088,1 1.463,9 13 056

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional 5.623,9 6.387,9 14 065

Badan Koordinasi Penanaman Modal 635,9 520,9 15 075

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika 1.813,5 1.554,5 16 079

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 1.291,1 1.178,2 17 080

Badan Tenaga Nuklir Nasional 854,9 814,9 18 081

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 956,2 977,1 19 082

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 673,1 777,5 20 083

Badan Informasi Geospasial 721,0 865,5 21 084

Badan Standardisasi Nasional 164,8 246,9 22 085

Badan Pengawas Tenaga Nuklir 137,1 190,8 23 089

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 1.667,4 1.633,4 24 090

Kementerian Perdagangan 3.532,1 3.952,7 25 106

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 158,4 240,8 26 109

Badan Pengembangan Wilayah Suramadu 295,5 318,6 27 112

Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam 1.097,2 1.169,8 28 116

Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia 889,0 864,4 29 117

Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia 866,6 930,3 30 118

Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang 246,5 261,4 31 121

Badan Ekonomi Kreatif - 1.113,8

Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan 254.895,3 249.736,2

1 036 Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan 444,8 487,4 2 023

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 53.278,5 49.232,8 3 024

Kementerian Kesehatan 51.277,3 63.481,6 4 025

Kementerian Agama 60.284,4 57.120,5 5 027

Kementerian Sosial 22.421,8 14.681,0 6 042

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 43.570,3 40.627,4 7 047

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 217,7 769,3 8 057

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia 473,5 701,1 9 063

Badan Pengawas Obat dan Makanan 1.221,6 1.617,4 10 067

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi 9.028,0 8.554,5 11 068

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 3.294,7 3.864,7 12 087

Arsip Nasional Republik Indonesia 172,1 206,7 13 088

Badan Kepegawaian Negara 614,1 555,2 14 092

Kementerian Pemuda dan Olah Raga 3.034,1 3.302,3 15 103

Badan Nasional Penanggulangan Bencana 1.705,8 1.186,9 16 104

Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia 393,3 415,0 17 105

Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) 843,2 500,0 18 107

Badan SAR Nasional 2.620,0 2.432,4

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.4-23

Bagian II APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

TABEL II.4.4 (lanjutan) BELANJA K/L PER BIDANG PEMERINTAHAN, 2015-2016

(miliar rupiah)

No Kode

Kementerian Negara/Lembaga

APBNP APBN BA

2015 2016 Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

1 034 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan 519,6 292,7 2 001

Majelis Permusyawaratan Rakyat 977,3 953,3 3 002

Dewan Perwakilan Rakyat 5.191,7 5.223,3 4 005

Mahkamah Agung 8.575,7 8.964,9 5 006

Kejaksaan Republik Indonesia 4.735,2 4.527,6 6 007

Kementerian Sekretariat Negara 2.083,9 2.158,5 7 010

Kementerian Dalam Negeri 6.110,7 5.124,5 8 011

Kementerian Luar Negeri 6.251,8 7.331,3 9 012

Kementerian Pertahanan 102.283,3 99.462,1 10 013

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI 11.178,6 9.531,9 11 048

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 195,9 205,4 12 050

Badan Intelijen Negara 2.616,6 2.018,3 13 051

Lembaga Sandi Negara 1.656,6 905,4 14 052

Dewan Ketahanan Nasional 144,3 46,0 15 059

Kementerian Komunikasi dan Informatika 4.929,8 5.174,3 16 060

Kepolisian Negara Republik Indonesia 57.100,4 73.002,9 17 064

Lembaga Ketahanan Nasional 378,9 314,3 18 066

Badan Narkotika Nasional 1.403,2 1.367,8 19 074

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia 80,5 94,0 20 076

Komisi Pemilihan Umum 1.615,8 1.648,1 21 077

Mahkamah Konstitusi RI 214,5 250,4 22 078

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan 76,5 190,0 23 086

Lembaga Administrasi Negara 269,8 273,1 24 093

Komisi Pemberantasan Korupsi 898,9 1.061,5 25 095

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) 1.138,9 1.027,0 26 100

Komisi Yudisial Republik Indonesia 128,3 148,9 27 108

Komisi Pengawas Persaingan Usaha 100,6 116,5 28 110

Ombudsman Republik Indonesia 66,3 146,3 29 111

Badan Nasional Pengelola Perbatasan 210,6 200,6 30 113

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme 311,8 531,9 31 114

Sekretariat Kabinet 183,1 222,8 32 115

Badan Pengawas Pemilihan Umum 457,0 446,9 33 119

Badan Kemanan Laut - 334,8

Bidang Kemaritiman 93.163,2 76.739,7

1 120 Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman 125,0 500,0 2 020

Kementerian ESDM 15.070,5 8.563,9 3 022

Kementerian Perhubungan 64.954,1 48.465,6 4 032

Kementerian Kelautan dan Perikanan 10.597,8 13.801,2 5 040

Kementerian Pariwisata 2.415,8 5.409,0

Jumlah

Sumber: Kementerian Keuangan

Penjelasan secara garis besar mengenai program-program pada masing-masing kelompok bidang di atas yang mencakup tujuan, indikator kinerja, dan outcome-nya sebagai berikut.

Kelompok Bidang Perekonomian

Dalam mewujudkan kemandirian ekonomi seperti tertuang dalam Trisakti, pembangunan di bidang ekonomi ditujukan untuk mendorong perekonomian Indonesia ke arah yang lebih maju dan lebih baik untuk menciptakan peningkatan kesejahteraan rakyat. Tercapainya kesejahteraan

II.4-24 Nota Keuangan dan APBN 2016

APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019 Bagian II

rakyat ini harus didukung oleh berbagai kondisi penting yang meliputi: (a) terciptanya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta berkelanjutan; (b) terciptanya sektor ekonomi yang kokoh; (c) terlaksananya pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan. Untuk mencapai kondisi penting tersebut berbagai kebijakan Pemerintah di bidang perekonomian diarahkan pada program-program sebagai berikut, antara lain: (1) Penyelenggaraan Jalan; (2) Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman; (3) Pengembangan Perumahan; (4) Pengelolaan Sumber Daya Air; (5) Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian; (6) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Tanaman Pangan; (7) Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat; (8) Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem; (9) Pengendalian DAS dan Hutan Lindung; (10) Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Usaha Kehutanan; (11) Peningkatan dan Pengamanan Penerimaan Pajak; (12) Pengawasan, Pelayanan, dan Penerimaan di Bidang Kepabeanan dan Cukai. Selanjutnya terdapat 31 K/L yang bertugas menjalankan program dan kegiatan di bidang perekonomian sebagai berikut.

TABEL II.4.5 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA KELOMPOK BIDANG PEREKONOMIAN

No. Kementerian Negara/Lembaga

No.

Kementerian Negara/Lembaga

1 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

17 Badan Tenaga Nuklir Nasional

2 Badan Pemeriksa Keuangan

18 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

3 Kementerian Keuangan 19 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 4 Kementerian Pertanian

20 Badan Informasi Geospasial

5 Kementerian Perindustrian

21 Badan Standardisasi Nasional

6 Kementerian Ketenagakerjaan

22 Badan Pengawas Tenaga Nuklir

7 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 23 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 8 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

24 Kementerian Perdagangan

9 Kementerian Badan Usaha Milik Negara 25 Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 10 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

26 Badan Pengembangan Wilayah Suramadu

11 Badan Pusat Statistik 27 Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam 12 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas

28 Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia 13 Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

29 Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia 14 Badan Koordinasi Penanaman Modal

30 Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang 15 Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika

31 Badan Ekonomi Kreatif

16 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Sumber : Kementerian Keuangan

Untuk menjalankan hal-hal tersebut di atas, alokasi anggaran untuk kelompok bidang perekonomian pada APBN Tahun 2016 sebesar Rp224.352,6 miliar. Jumlah tersebut lebih rendah Rp983,7 miliar atau 0.4 persen bila dibandingkan dengan APBNP tahun 2015 sebesar Rp225.336,2 miliar. Anggaran tersebut akan dimanfaatkan oleh K/L untuk melaksanakan berbagai program, antara lain sebagai berikut.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melaksanakan program- program antara lain: (1) Program Penyelenggaraan Jalan; (2) Program Pengelolaan Sumber Daya Air; (3) Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman; (4) Program Pengembangan Perumahan. Rincian indikator kinerja dan outcomenya sebagai berikut.

Program Penyelenggaraan Jalan mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jalan dan jembatan yang dibangun masing-masing sepanjang 768,7 km dan 8.051,7 m; (2) jalan dan jembatan yang terpelihara masing-masing sepanjang 44.570,2 km dan 378.310,0 m; (3) jalan bebas hambatan yang dibangun sepanjang 28,95 km. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah: (a) meningkatnya dukungan konektivitas untuk penguatan daya saing; (b) meningkatnya kemantapan jalan nasional.

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.4-25

Bagian II APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

Program Pengelolaan Sumber Daya Air mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah embung dan bangunan penampung air lainnya yang dibangun/ditingkatkan sebanyak 387 buah; (2) panjang normalisasi sungai dan pembuatan tanggul yang dibangun/ditingkatkan sepanjang 119 km; (3) jumlah bendungan baru yang dibangun sebanyak 8 buah dan intake air baku yang dibangun/ditingkatkan sebanyak 36 buah. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya layanan infrastruktur sumber daya air untuk ketahanan air, pangan, dan energi.

Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Pemukiman mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah kota, kawasan perkotaan metropolitan, dan kawasan perkotaan terfasilitasi pemenuhan standar pelayanan perkotaan dan pengembangan Kota Layak Huni, Kota Hijau, dan Kota Cerdas sebanyak 168 kawasan perkotaan; (2) jumlah kota/ kabupaten yang terlayani Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan tempat pengolah sampah terpadu masing-masing sebanyak 52 kabupaten/kota dan 178 kabupaten/kota; (3) jumlah Sambungan Rumah (SR) infrastruktur SPAM di kawasan kumuh perkotaan, kawasan nelayan, dan kawasan rawan air/perbatasan/pulau terluar masing-masing sebanyak 17.000 SR, 2.560 SR, dan 157.440 SR. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah: (a) meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang menerapkan NSPK dalam pengembangan kawasan permukiman sesuai rencana tata ruang wilayah/kawasan bagi terwujudnya pembangunan permukiman; (b) jumlah kawasan yang mendapat akses pelayanan infrastruktur bidang permukiman; (c) meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat dan pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat.

Program Pengembangan Perumahan mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah rumah tangga berpenghasilan rendah yang menghuni rumah susun sebanyak 11.642 unit; (2) jumlah rumah tangga yang menghuni rumah khusus sebanyak 6.350 unit; (3) jumlah rumah tangga berpenghasilan rendah yang difasilitasi bantuan peningkatan kualitas rumah swadaya sebanyak 94.000 unit; (4) jumlah rumah tangga berpenghasilan rendah yang menghuni rumah umum melalui stimulasi penyediaan Prasarana, Sarana, dan Utillitas (PSU) sebanyak 42.009 unit. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah menurunnya kekurangan tempat tinggal (backlog) dan menurunnya rumah tidak layak huni.

Selanjutnya, Kementerian Pertanian melaksanakan beberapa program: (1) Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian; (2) Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Tanaman Pangan; (3) Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat. Rincian indikator kinerja dan outcomenya sebagai berikut.

Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah penambahan luas baku lahan padi seluas 200.600 ha; (2) jumlah penambahan luas tanam padi seluas 60.000 ha; (3) jumlah pengembangan jaringan dan optimasi air, termasuk di dalamnya perbaikan irigasi rusak seluas 400.000 ha. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah penambahan luas pertanaman.

Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Hasil Tanaman Pangan mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) produktivitas padi, jagung, dan kedelai masing-masing sebesar 76,2 juta ton (52,3 ku/ha), 21,4 juta ton (51,4 ku/ha), dan 1,82 juta ton (15,7 ku/ha); (2) luas areal tanaman pangan aman dari gangguan OPT dan DPI padi, jagung, dan kedelai masing-

II.4-26 Nota Keuangan dan APBN 2016

APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019 Bagian II

masing sebanyak 14.425 ha (padi) dan 350 ha (jagung dan kedelai); (3) penggunaan benih unggul bersertifikat untuk padi, jagung, dan kedelai masing-masing sebanyak 1,06 ribu ton (padi) dan 259 ribu ton (jagung dan kedelai). Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah peningkatan produksi tanaman pangan.

Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) produksi daging sapi/kerbau sebesar 588,56 ribu ton; (2) produksi telur sebesar 3.393,36 ribu ton; (3) produksi susu sebesar 850,77 ribu ton. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya pangan hewani asal ternak, daya saing peternakan, dan kesejahteraan peternak.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melaksanakan beberapa program antara lain: (1) Program Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem; (2) Program Pengendalian DAS dan Hutan Lindung; (3) Program Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Usaha Kehutanan. Rincian indikator kinerja dan outcomenya sebagai berikut.

Program Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) sumbangan hutan konservasi pada devisa dan penerimaan negara (termasuk industri) meningkat setiap tahun sebesar ekspor Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL) sebesar Rp5 triliun; (2) nilai indeks efektivitas kawasan konservasi meningkat setiap tahun sebanyak 100 unit. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah: (a) meningkatnya penerimaan devisa dan PNBP dari pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati; (b) meningkatnya efektivitas pengelolaan hutan konservasi dan upaya konservasi keanekaragaman hayati.

Program Pengendalian DAS dan Hutan Lindung mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) luas tutupan hutan lindung dan lahan meningkat setiap tahun sebesar lahan kritis (50.000 ha) dan hutan kota (200 ha); (2) kualitas air di DAS prioritas meningkat setiap tahun sebanyak 7

DAS prioritas dan 1 danau prioritas; (3) kesehatan DAS prioritas serta internalisasi RPDAST ke dalam RTRW meningkat setiap tahun sebanyak 40 RPDAS. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah: (a) meningkatnya tutupan hutan di hutan lindung dan lahan; (b) kualitas air di DAS prioritas meningkat setiap tahun; (c) meningkatkan daya dukung DAS serta internalisasi RPDAST ke dalam RTRW.

Program Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Usaha Kehutanan mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) luas restorasi ekosistem di hutan produksi meningkat setiap tahun seluas 100.000 ha; (2) sumbangan hutan produksi (termasuk industri) pada devisa dan penerimaan negara meningkat setiap tahun sebesar Rp2,7 triliun dari PNBP; (3) jumlah unit pengelolaan hutan meningkat setiap tahun sebanyak 149 unit KPHP. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah: (a) meningkatnya tutupan hutan di hutan produksi; (b) meningkatnya sumbangan hutan produksi (termasuk industri) pada devisa dan penerimaan negara; (c) meningkatnya pengelolaan hutan produksi di tingkat tapak secara lestari

Sementara itu, terkait dengan pengelolaan fiskal, Kementerian Keuangan melaksanakan beberapa program, antara lain: (1) Program Peningkatan dan Pengamanan Penerimaan Pajak;

(2) Program Pengawasan, Pelayanan, dan Penerimaan di Bidang Kepabeanan dan Cukai. Rincian indikator kinerja dan outcomenya sebagai berikut.

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.4-27

Bagian II APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

Program Peningkatan dan Pengamanan Penerimaan Pajak mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) persentase realisasi penerimaan pajak terhadap target sebesar 100 persen; (2) persentase tingkat kepatuhan formal wajib pajak sebesar 72,5 persen; (3) tingkat kepuasan pengguna layanan DJP sebesar 72,99 (Skala 100). Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah peningkatan penerimaan pajak negara yang optimal.

Program Pengawasan, Pelayanan, dan Penerimaan di Bidang Kepabeanan dan Cukai mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) persentase realisasi penerimaan bea dan cukai terhadap target sebesar 100 persen; (2) waktu penyelesaian proses kepabeanan (customs clearance) sebesar 1,4 hari; (3) persentase kepatuhan importir jalur prioritas kepabeanan sebesar 80 persen. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah: (a) optimalisasi pengawasan dalam rangka mendukung fungsi community protection serta melaksanakan fungsi sebagai border management; (b) penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai yang optimal dan peningkatan kelancaran arus barang dalam rangka mendukung Sistem Logistik Nasional.

Kelompok Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

Untuk mencapai tujuan pembangunan terkait dengan peningkatan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia, berbagai kebijakan Pemerintah dalam bidang pembangunan manusia dan kebudayaan diarahkan pada pelaksanaan program-program sebagai berikut, antara lain: (1) Pendidikan Dasar dan Menengah; (2) Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat; (3) Pembelajaran dan Kemahasiswaan; (4) Peningkatan Kualitas Kelembagaan Iptek dan Pendidikan Tinggi; (5) Peningkatan Kualitas Sumber Daya Iptek dan Pendidikan Tinggi; (6) Penguatan Riset dan Pengembangan; (7) Penguatan Inovasi; (8) Pendidikan Islam; (9) Bimbingan Masyarakat Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha; (10) Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional; (11) Pembinaan Upaya Kesehatan; (12) Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak; (13) Perlindungan dan Jaminan Sosial; (14) Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan . Saat ini terdapat 18 K/L yang bertugas menjalankan program di bidang pembangunan manusia dan kebudayaan, sebagai berikut.

TABEL II.4.6 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA KELOMPOK BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

No. Kementerian Negara/Lembaga

No.

Kementerian Negara/Lembaga

1 Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan 10 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi 2 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

11 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 3 Kementerian Kesehatan

12 Arsip Nasional Republik Indonesia

4 Kementerian Agama

13 Badan Kepegawaian Negara

5 Kementerian Sosial

14 Kementerian Pemuda dan Olah Raga

6 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 15 Badan Nasional Penanggulangan Bencana 7 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

16 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia 8 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

17 Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) 9 Badan Pengawas Obat dan Makanan

18 Badan SAR Nasional

Sumber : Kementerian Keuangan

Untuk menjalankan hal-hal tersebut di atas, kelompok program bidang pembangunan manusia dan kebudayaan mendapat alokasi anggaran sebesar Rp249.736,2 miliar pada APBN Tahun 2016. Jumlah tersebut lebih rendah Rp5.159,1 miliar atau 2,0 persen bila dibandingkan dengan APBNP tahun 2015 sebesar Rp254.895,3 miliar. Anggaran tersebut akan dimanfaatkan oleh K/L untuk melaksanakan berbagai program, antara lain sebagai berikut.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan program-program, antara lain: (1) Program Pendidikan Dasar dan Menengah; (2) Program Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Rincian indikator kinerja dan outcomenya sebagai berikut.

II.4-28 Nota Keuangan dan APBN 2016

APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019 Bagian II

Program Pendidikan Dasar dan Menengah mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) APK SD/SDLB/Paket A dan APK SMP/SMPLB/Paket B masing-masing sebesar 97,85 persen dan 81,89 persen; (2) jumlah siswa pendidikan dasar dan menengah yang menerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) sebanyak 17,9 juta siswa; (3) jumlah perolehan medali tertimbang dari kompetisi internasional tingkat pendidikan dasar sebanyak 148 medali. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah pemenuhan hak terhadap pelayanan pendidikan dasar yang berkualitas.

Program Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) APK PAUD sebesar 72,1 persen; (2) jumlah lembaga PAUD terakreditasi sebanyak 36.051 lembaga; (3) Persentase angka melek aksara penduduk usia dewasa usia 15-59 tahun sebesar 96,8 persen. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah terciptanya keluasan dan kemerataan akses PAUD dan pendidikan masyarakat bermutu, berkesetaraan jender, dan berwawasan pendidikan pembangunan berkelanjutan (ESD) di semua provinsi, kabupaten, dan kota.

Selanjutnya, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi melaksanakan beberapa program antara lain: (1) Program Pembelajaraan dan Kemahasiswaan; (2) Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan IPTEK dan Pendidikan Tinggi; (3) Program peningkatan Kualitas Sumber Daya IPTEK dan Pendidikan Tinggi; (4) Program Penguatan Riset dan Pengembangan; (5) Program Penguatan Inovasi. Rincian indikator kinerja dan outcomenya sebagai berikut.

Program Pembelajaraan dan Kemahasiswaan mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) APK Perguruan Tinggi sebesar 28,16 persen; (2) jumlah mahasiswa peraih medali emas tingkat nasional dan internasional sebanyak 390 mahasiswa; (3) persentase lulusan yang langsung bekerja sebesar 60 persen. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya kualitas pembelajaran dan mahasiswa pendidikan tinggi.

Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan IPTEK dan Pendidikan Tinggi mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah perguruan tinggi masuk top 500 dunia sejumlah 3

perguruan tinggi; (2) jumlah perguruan tinggi berakreditasi A (unggul) sebanyak 39 perguruan tinggi; (3) jumlah Taman Sains dan Teknologi yang mature sebanyak 14 taman. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya kualitas kelembagaan IPTEK dan Dikti.

Program peningkatan Kualitas Sumber Daya IPTEK dan Pendidikan Tinggi mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah dosen berkualifikasi S3 sebanyak 11.930 dosen; (2) jumlah pendidik yang mengikuti sertifikasi dosen sebanyak 10.000 dosen; (3) jumlah SDM litbang berkualifikasi Master dan Doktor sebanyak 3.700 orang. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya relevansi, kualitas, dan kuantitas sumber daya IPTEK dan Dikti.

Program Penguatan Riset dan Pengembangan mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah publikasi internasional sebanyak 6.229 publikasi; (2) jumlah HKI yang didaftarkan sebanyak 1.735 HKI; (3) jumlah prototipe R&D dan industri masing-masing sebanyak 75 dan 20 prototipe. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya relevansi dan produktivitas riset dan pengembangan.

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.4-29

Bagian II APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

Program Penguatan Inovasi mempunyai indikator kinerja yaitu jumlah produk inovasi sebanyak

15 inovasi. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah menguatnya kapasitas inovasi.

Sementara itu, Kementerian Agama akan melaksanakan program, antara lain: (1) Program Pendidikan Islam; (2) Program Bimbingan Masyarakat Islam; (3) Program Bimbingan Masyarakat Kristen; (4) Program Bimbingan Masyarakat Katolik; (5) Program Bimbingan Masyarakat Hindu; (6) Program Bimbingan Masyarakat Budha. Rincian indikator kinerja dan outcomenya sebagai berikut.

Program Pendidikan Islam mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) APK MI/Ula, APK Mts/Wustha, dan APK MA/Ulya masing-masing sebesar 13,29 persen, 22,59 persen, dan 8,83 persen; (2) jumlah siswa MI/Ula, Mts/Wustha, dan MA/Ulya penerima KIP masing-masing sebanyak 567.480 siswa, 671.000 siswa, dan 374.000 siswa; (3) persentase ruang kelas madrasah dalam kondisi baik sebesar 74,0 persen. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah tercapainya akses, mutu, dan tata kelola pendidikan Islam.

Program Bimbingan Masyarakat Islam mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) persentase lembaga zakat, wakaf yang difasilitasi dalam memenuhi standar minimal lembaga keagamaan sebesar 33 persen; (2) persentase KUA yang memenuhi standar pelayanan sebesar 52 persen.

Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya kualitas pemahaman, pengamalan, dan pelayanan keagamaan Islam.

Program Bimbingan Masyarakat Kristen mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah peserta didik penerima KIP pada semua jenjang sekolah pendidikan agama Kristen sebanyak 6.601 siswa; (2) jumlah SDTK, SMPTK, dan SMTK yang berakreditasi minimal B sebanyak 40 unit. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya kualitas pembinaan dan pelayanan pendidikan agama Kristen.

Program Bimbingan Masyarakat Katolik mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah peserta didik Sekolah Keagamaan Katolik-SMAK penerima KIP sebanyak 800 siswa; (2) jumlah SMAK yang memiliki sarana dan prasarana sesuai standar nasional pendidikan sebanyak 17 unit; (3) jumlah penyuluh keagamaan Katolik yang difasilitasi dalam pembinaan dan pengembangan sebanyak 4.800 orang. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya kualitas pemahaman dan pelayanan agama Katolik serta kualitas pengelolaan pendidikan agama dan pendidikan keagamaan Katolik.

Program Bimbingan Masyarakat Hindu mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) persentase lembaga sosial keagamaan Hindu yang difasilitasi dalam memenuhi standar minimal lembaga keagamaan sebesar 32,2 persen; (2) jumlah penyuluh dan tenaga teknis keagamaan Hindu yang difasilitasi dalam pembinaan dan pengembangan sebanyak 1.000 orang; (3) jumlah siswa dan mahasiswa yang memperoleh layanan Pendidikan Agama dan Keagamaan Hindu sebanyak 2.288 siswa/mahasiswa. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya kualitas pemahaman, pengamalan, dan pelayanan agama Hindu serta kualitas pembinaan dan penyelenggaraan pendidikan agama dan keagamaan Hindu.

Program Bimbingan Masyarakat Budha mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) persentase lembaga sosial keagamaan Budha yang difasilitasi dalam memenuhi standar minimal lembaga keagamaan sebesar 38 persen; (2) jumlah penyuluh dan tenaga teknis keagamaan Budha yang difasilitasi dalam pembinaan dan pengembangan sebanyak 2.140 orang; (3) meningkatnya

jumlah peserta didik yang difasilitasi dalam pembinaan dan pengembangan sebanyak 3.555

II.4-30 Nota Keuangan dan APBN 2016

APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019 Bagian II

orang. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya kualitas pemahaman, pengamalan, dan pelayanan agama Budha serta tersedianya akses, mutu, kesejahteraan dan subsidi pendidikan agama Budha.

Di bidang kesehatan, Kementerian Kesehatan akan melaksanakan berbagai program, antara lain: (1) Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional; (2) Program Pembinaan Upaya Kesehatan; (3) Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Rincian indikator kinerja dan outcomenya sebagai berikut.

Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional mempunyai indikator kinerja antara lain jumlah penduduk yang menjadi peserta penerima bantuan iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) sebanyak 92,4 juta jiwa. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah terselenggaranya penguatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Program Pembinaan Upaya Kesehatan mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 puskesmas terakreditasi sebanyak 700 kecamatan; (2) jumlah kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD tersertifikasi akreditasi nasional sebanyak 190 kabupaten/kota; (3) jumlah RS Pratama yang dibangun sebanyak 34 rumah sakit. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat.

Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan sebesar 77 persen; (2) persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif sebesar 42 persen; (3) kunjungan neonatal pertama (KN1) sebesar 78 persen. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan

program tersebut adalah meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh masyarakat.

Sementara itu, Kementerian Sosial akan melaksanakan program-program, antara lain: (1) Program Perlindungan dan Jaminan Sosial; (2) Program Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan. Rincian indikator kinerja dan outcomenya sebagai berikut.

Program Perlindungan dan Jaminan Sosial mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) persentase keluarga miskin dan rentan yang menerima bantuan pemenuhan kebutuhan dasar sebesar 58,30 persen; (2) persentase korban bencana alam dan bencana sosial yang menerima bantuan pemenuhan kebutuhan dasar sebesar 11,82 persen; (3) jumlah keluarga sangat miskin yang mendapat bantuan tunai bersyarat sebanyak 6 juta KSM. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya akses keluarga miskin dan rentan serta pekerja sektor informal dalam pemenuhan kebutuhan dasar.

Program Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) persentase keluarga miskin dan rentan perdesaan dan perkotaan yang menerima bantuan pemenuhan kebutuhan dasar melalui Usaha Ekonomi Produktif (UEP) sebesar 3,17 persen; (2) persentase warga Komunitas Adat Terpencil (KAT) yang menerima bantuan pemenuhan kebutuhan dasar sebesar 2,88 persen; (3) persentase kabupaten/kota yang memiliki pelayanan sosial yang efektif dalam sistem layanan dan rujukan terpadu sebesar 6,62 persen. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya akses keluarga miskin dan rentan terhadap pemenuhan kebutuhan dasar dan pemberdayaan ekonomi produktif.

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.4-31

Bagian II APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

Kelompok Bidang Politik, Hukum dan Keamanan

Terkait dengan bidang politik, hukum, dan keamanan, beberapa tujuan yang ingin dicapai meliputi: (1) mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum; (2) mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu; (3) memantapkan kemampuan untuk melindungi dan mengayomi masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, berbagai kebijakan Pemerintah di bidang politik, hukum dan keamanan diarahkan untuk melaksanakan berbagai program, seperti: (1) Modernisasi Alutsista dan Non-Alutsista/Sarana dan Prasarana Matra Darat, Udara dan Laut; (2) Modernisasi Alutsista/Non-Alutsista/ Sarpras Integratif; (3) Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat; (4) Penanggulangan Gangguan Keamanan Dalam Negeri Berkadar Tinggi; (5) Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana; (6) Pembinaan Pemerintahan Desa; (7) Penataan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil; (8) Pendidikan Kepamongprajaan. Saat ini terdapat 33 K/L yang bertugas menjalankan program dan kegiatan di bidang politik, hukum dan keamanan, sebagai berikut.

TABEL II.4.7 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA KELOMPOK BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

No. Kementerian Negara/Lembaga

No.

Kementerian Negara/Lembaga

1 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan

18 Badan Narkotika Nasional

2 Majelis Permusyawaratan Rakyat

19 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

3 Dewan Perwakilan Rakyat

20 Komisi Pemilihan Umum

4 Mahkamah Agung

21 Mahkamah Konstitusi RI

5 Kejaksaan Republik Indonesia 22 Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan 6 Kementerian Sekretariat Negara

23 Lembaga Administrasi Negara

7 Kementerian Dalam Negeri

24 Komisi Pemberantasan Korupsi

8 Kementerian Luar Negeri

25 Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

9 Kementerian Pertahanan

26 Komisi Yudisial Republik Indonesia

10 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI

27 Komisi Pengawas Persaingan Usaha

11 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

28 Ombudsman Republik Indonesia

12 Badan Intelijen Negara 29 Badan Nasional Pengelola Perbatasan 13 Lembaga Sandi Negara

30 Badan Nasional Penanggulangan Terorisme 14 Dewan Ketahanan Nasional

31 Sekretariat Kabinet

15 Kementerian Komunikasi dan Informatika

32 Badan Pengawas Pemilihan Umum

16 Kepolisian Negara Republik Indonesia

33 Badan Keamanan Laut

17 Lembaga Ketahanan Nasional Sumber : Kementerian Keuangan

Untuk menjalankan hal-hal tersebut di atas, alokasi anggaran untuk kelompok bidang politik, hukum dan keamanan sebesar Rp233.297,2 miliar pada APBN Tahun 2016. Jumlah tersebut lebih tinggi Rp11.211,4 miliar atau 5,0 persen bila dibandingkan dengan APBNP tahun 2015 sebesar Rp222.085,7 miliar. Anggaran tersebut akan dimanfaatkan oleh K/L untuk melaksanakan berbagai program, antara lain sebagai berikut.

Kementerian Pertahanan melaksanakan berbagai program, antara lain: (1) Program Modernisasi Alutsista dan Non-Alutsista Matra Darat; (2) Program Modernisasi Alutsista dan

Non-Alutsista serta Pengembangan Fasilitas dan Sarpras Pertahanan Negara Matra Laut; (3) Program Modernisasi Alutsista dan Non-Alutsista serta Pengembangan Fasilitas dan Sarpras Pertahanan Negara Matra Udara; (4) Program Modernisasi Alutsista/Non-Alutsista/Sarpras Integratif. Rincian indikator kinerja dan outcomenya sebagai berikut.

II.4-32 Nota Keuangan dan APBN 2016

APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019 Bagian II

Program Modernisasi Alutsista dan Non-Alutsista Matra Darat mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) persentase penambahan alutsista dan non alutsista fasilitas serta Sarpras sebesar

20 persen; (2) jumlah pengadaan kendaraan taktis sebanyak 143 unit; (3) jumlah pos perbatasan yang dibangun sebanyak 26 pos. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah terwujudnya modernisasi Alutsista/non-Alutsista/Sarpras pertahanan yang memenuhi kebutuhan standar mutu, sesuai kemajuan Iptek serta dikembangkan secara mandiri.

Program Modernisasi Alutsista dan Non-Alutsista serta Pengembangan Fasilitas dan Sarpras Pertahanan Negara Matra Laut mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah pembangunan dan peningkatan fasilitas dan Sarpras pangkalan TNI AL seluas 199.495 m 2 , (2) jumlah pengadaan KRI, KAL, Alpung, Ranpur, dan Rantis sebanyak 130 unit; (3) jumlah pos terluar dan wilayah perbatasan yang diperbaiki sebanyak 14 pos. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah terlaksananya modernisasi dan peningkatan Alutsista dan fasilitas/Sarpras pertahanan dalam rangka pencapaian sasaran pembinaan kekuatan serta kemampuan TNI AL menuju MEF.

Program Modernisasi Alutsista dan Non-Alutsista serta Pengembangan Fasilitas dan Sarpras Pertahanan Negara Matra Udara mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah pesawat yang siap operasional sebanyak 150 unit; (2) Sarpras dan dan fasilitas pangkalan TNI AU yang

dibangun seluas 189.259 m 2 ; (3) jumlah PSU dan Alkomlek yang siap operasional sebanyak 27 paket. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah terlaksananya modernisasi dan peningkatan Alutsista dan fasilitas/Sarpras pertahanan dalam rangka pencapaian sasaran pembinaan kekuatan serta kemampuan TNI AU menuju MEF.

Program Modernisasi Alutsista/Non-Alutsista/Sarpras Integratif mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah pengadaan Rantis sebanyak 10 unit; (2) jumlah pengadaan munisi khusus sebanyak 1.000 butir; (3) jumlah pengadaan Alpasus dan Alpakom sebanyak 98 unit. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah terwujudnya modernisasi Alutsista/ non-Alutsista/Sarpras pertahanan yang memenuhi kebutuhan standar mutu sesuai kemajuan Iptek serta dikembangkan secara mandiri.

Selanjutnya, Kepolisian Negara Republik Indonesia akan melaksanakan beberapa program, antara lain: (1) Program Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat; (2) Program Penanggulangan Gangguan Kemanaan Dalam Negeri Berkadar Tinggi; (3) Program Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana. Rincian indikator kinerja dan outcomenya sebagai berikut.

Program Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah kegiatan pengaturan, penjagaan, patroli, dan pengawalan di jalan raya sebanyak 5,3 juta kegiatan; (2) berkurangnya daerah rawan kejahatan dan premanisme sebesar

15 persen; (3) menurunnya persentase gangguan keamanan pada jalur aktivitas masyarakat yang menggunakan moda transportasi laut sebesar 35 persen. Outcome yang ingin dicapai

dari pelaksanaan program tersebut adalah terpelihara dan meningkatnya kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat agar mampu melindungi seluruh warga masyarakat Indonesia dalam beraktifitas untuk meningkatkan kualitas hidup yang bebas dari bahaya, ancaman, dan gangguan yang dapat menimbulkan cidera.

Program Penanggulangan Gangguan Keamanan Dalam Negeri Berkadar Tinggi mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah efisiensi pelaksanaan mobilisasi pasukan bersenjata

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.4-33

Bagian II APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

sebanyak 6 kali; (2) persentase kemampuan fungsi Brimob merata di seluruh satuan Brimob pusat dan daerah sebesar 75 persen; (3) persentase modernisasi sistem peralatan utama dan peralatan khusus yang mendukung penanggulangan keamanan berkadar tinggi sebesar 65 persen. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah menanggulangi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat berkadar tinggi, kerusahan massa, kejahatan terorganisir bersenjata api dan bahan peledak.

Program Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah perkara dan clearance rate tindak pidana terorisme tingkat nasional sebesar

88 persen; (2) persentase penyelesaian tindak pidana narkoba dan umum masing-masing sebesar 95 persen dan 79 persen; (3) persentase pengungkapan tindak pidana konvensional, transnasional, dan kekayaan negara masing-masing sebesar 51 persen, 65 persen, dan 45 persen. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah terciptanya rasa aman terhadap kejahatan konvensional, kejahatan transnasional, kejahatan terhadap kekayaan negara dan kejahatan berimplikasi kontinjensi.

Sementara itu, di bidang administrasi pemerintahan dan kependudukan, Kementerian Dalam Negeri akan melaksanakan beberapa program, antara lain: (1) Program Bina Pemerintahan Desa; (2) Program Penataan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil; (3) Program Pendidikan Kepamongprajaan. Rincian indikator kinerja dan outcomenya sebagai berikut.

Program Bina Pemerintahan Desa mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebanyak 7.094 desa; (2) peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan aset desa sebanyak 7.094 desa. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah

mewujudkan pemerintahan desa yang mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Program Penataan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil mempunyai indikator

kinerja antara lain: (1) penyediaan data base kependudukan nasional yang akurat untuk memenuhi semua kepentingan dalam pelayanan publik, perencanaan pembangunan, alokasi anggaran, pembangunan demokrasi, serta penegakan hukum sebanyak 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota; (2) meningkatnya pemanfaatan NIK, data base kependudukan, dan KTP-el oleh lembaga pengguna pusat sebanyak 25 K/L (kumulatif); (3) meningkatnya kualitas pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil di semua kabupaten/kota sebanyak 514 kabupaten/kota. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya kualitas data base kependudukan nasional sebagai dasar penerbitan dokumen kependudukan, pelayanan publik, dan pembangunan nasional serta mendukung penyelenggaraan Pemilu/Pemilukada.

Program Pendidikan Kepamongprajaan mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) program studi yang terakreditasi B; (2) jumlah hasil penelitian dan pengabdian masyarakat yang dipublikasikan dalam jurnal nasional/internasional yang terakreditasi sebanyak 13 hasil penelitian dan 3 hasil pengabdian masyarakat; (3) persentase tingkat kepuasan stakeholder terhadap etos kerja alumni sebesar 70 persen baik. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya kualitas pendidikan kepamongprajaan dan meningkatnya kepuasan stakeholder terhadap etos kerja alumni IPDN, serta meningkatnya hasil penelitian dan pengabdian masyarakat

II.4-34 Nota Keuangan dan APBN 2016

APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019 Bagian II

Kelompok Bidang Kemaritiman

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan 70 persen wilayahnya berupa laut dan memiliki 17.504 pulau. Luas lautan Indonesia yang mencapai 70 persen dari luas wilayah NKRI yang menghubungkan pulau besar dan kecil merupakan media transportasi yang sangat potensial untuk dikembangkan. Namun demikian, pemanfaatan laut sebagai media transportasi masih sangat terbatas. Sampai saat ini sarana dan prasarana pelabuhan perintis masih belum memadai, terutama di wilayah timur. Demikian juga, jumlah rute dan moda angkutan perintis yang menghubungkan antarpulau kecil dan antara pulau kecil dengan pulau besar masih perlu ditingkatkan. Selain itu, laut Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang besar, baik perikanan dengan potensinya sebesar 6,5 juta ton per tahun, mineral dan pertambangan pada 40 cekungan di lepas pantai dan 14 cekungan berada di pesisir, energi laut berupa arus laut, panas laut, gelombang dan pasang surut, serta jasa lingkungan berupa pariwisata dan iklim global.

Aset pembangunan yang demikian besar perlu didukung dengan upaya konservasi dan rehabilitasi sumber daya kelautan. Untuk mencapai tujuan tersebut, berbagai program Pemerintah bidang kemaritiman diarahkan untuk: (1) Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Darat, Laut, Udara dan Perkeretaapian; (2) Pengelolaan dan Penyediaan Minyak dan Gas Bumi; (3) Pengelolaan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi; (4) Pengaturan dan Pengawasan

Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Pengangkutan Gas Bumi melalui Pipa; (5) Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap; (6) Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Budidaya; (7) Peningkatan Daya Saing Usaha dan Produk Kelautan dan Perikanan; (8) Pengembangan Kepariwisataan. Saat ini terdapat 5 K/L yang bertugas menjalankan program dan kegiatan di bidang kemaritiman, sebagai berikut.

TABEL II.4.8 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA KELOMPOK BIDANG KEMARITIMAN

No.

Kementerian Negara/Lembaga

1 Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman 2 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 3 Kementerian Perhubungan 4 Kementerian Kelautan dan Perikanan 5 Kementerian Pariwisata

Sumber : Kementerian Keuangan

Untuk menjalankan hal-hal tersebut di atas, kelompok bidang Kemaritiman mendapat alokasi anggaran sebesar Rp76.739,7 miliar pada APBN Tahun 2016. Jumlah tersebut lebih rendah Rp16.423,4 miliar atau 17,6 persen bila dibandingkan dengan APBNP tahun 2015 sebesar Rp93.163,2 miliar. Anggaran tersebut akan dimanfaatkan oleh K/L untuk melaksanakan berbagai program, antara lain sebagai berikut.

Kementerian Perhubungan melaksanakan program, antara lain sebagai berikut: (1) Program Pengelolaan dan Penyelenggaran Transportasi Laut; (2) Program Pengelolaan dan Penyelenggaran Transportasi Darat; (3) Program Pengelolaan dan Penyelenggaran Transportasi Udara; (4) Program Pengelolaan dan Penyelenggaran Transportasi Perkeretapian. Rincian indikator kinerja dan outcomenya sebagai berikut.

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.4-35

Bagian II APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

II.4-36 Nota Keuangan dan APBN 2016

Program Pengelolaan dan Penyelenggaran Transportasi Laut mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah pembangunan kapal perintis penumpang dan barang sebanyak 100 unit; (2) jumlah pembangunan sarana bantu navigasi pelayaran sebanyak 221 unit; (3) trayek perintis dan PSO sejumlah 96 trayek dan 22 kapal. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya kinerja pelayanan transportasi laut.

Program Pengelolaan dan Penyelenggaran Transportasi Darat mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah BRT sebanyak 813 unit; (2) jumlah lokasi pembangunan jembatan timbang sebanyak 1 lokasi; dan (3) jumlah paket pembangunan dermaga sungai dan danau baru masing-masing sebanyak 7 dermaga dan 1 dermaga. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya kinerja pelayanan transportasi darat.

Program Pengelolaan dan Penyelenggaran Transportasi Udara mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah rute pelayanan perintis untuk angkutan udara sebanyak 209 rute; (2) jumlah bandar udara yang dikembangkan di daerah perbatasan dan rawan bencana masing-masing sebanyak 26 lokasi dan 59 lokasi; (3) jumlah bandar udara baru yang dibangun sebanyak 15 lokasi. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya pelayanan dan pengelolaan perhubungan udara yang lancar, terpadu, aman, dan nyaman, sehingga mampu meningkatkan efisiensi pergerakan orang dan barang, memperkecil kesenjangan pelayanan angkutan udara antarwilayah serta mendorong ekonomi nasional.

Program Pengelolaan dan Penyelenggaran Transportasi Perkeretapian mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jalur kereta api yang dibangun sepanjang 142,12 km sp; (2) jumlah jembatan/underpass/ flyover KA yang dibangun sebanyak 33 unit. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya kinerja pelayanan transportasi perkeretaapian.

Selanjutnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral akan melaksanakan berbagai program, antara lain: (1) Program Pengelolaan Minyak dan Gas Bumi; (2) Program Pengelolaan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi; (3) Program Pengaturan dan Pengawasan Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Pengangkutan Gas Bumi melalui Pipa. Rincian indikator kinerja dan outcomenya sebagai berikut.

Program Pengelolaan Minyak dan Gas Bumi mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) lifting minyak bumi dan gas bumi masing-masing sebesar 830 ribu bopd dan 1.155 ribu boepd; (2) jumlah sambungan rumah tangga yang tersambung jaringan gas sebanyak 121 ribu sambungan; (3) kapasitas terpasang kilang LPG sebesar 4,62 juta ton. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut antara lain: (a) optimalisasi penyediaan energi fosil; (b) meningkatkan alokasi energi domestik; (c) meningkatkan akses dan infrastruktur energi.

Program Pengelolaan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah kapasitas terpasang PLT Bioenergi sebesar 2.069,4 MW; (2) Jumlah kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi, Air, Surya, dan Angin masing-masing sebesar 1.712,5 MW, 5.534 MW, 92,1 MW, dan 11,2 MW; (3) jumlah produksi biofuel, biogas,

dan uap panas bumi masing-masing sebesar 6,48 juta KL , 22.995 ribu m 3 , dan 83,05 juta ton. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut antara lain meningkatnya pembangunan infrastruktur energi dan kemampuan pasokan energi untuk domestik.

Program Pengaturan dan Pengawasan Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Pengangkutan Gas Bumi melalui Pipa mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) persentase

APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019 Bagian II

peningkatan volume konsumsi BBM nonsubsidi dalam rangka menuju pasar terbuka yang diatur sebesar 2 persen; (2) jumlah hari ketahanan cadangan BBM nasional dari masing-masing badan usaha sebanyak 21 hari; (3) jumlah peningkatan pengembangan infrastruktur ruas transmisi dan/atau wilayah jaringan distribusi gas bumi melalui pipa sepanjang 10.296 km. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut antara lain tersedianya pengaturan dan penetapan serta terlaksananya pengawasan, penyediaan dan pendistribusian BBM di seluruh wilayah NKRI dan peningkatan pengembangan infrastruktur gas bumi.

Berikutnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan akan melaksanan program-program, antara lain: (1) Program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap; (2) Program Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Budidaya; (3) Program Peningkatan Daya Saing Usaha dan Produk Kelautan dan Perikanan. Rincian indikator kinerja dan outcomenya sebagai berikut.

Program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) volume produksi perikanan tangkap sebanyak 6,45 juta ton; (2) Jumlah WPP yang dikelola sesuai Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) sebanyak 5 WPP; (3) nilai tukar nelayan sebesar 105,0. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah: (a) meningkatnya produksi, usaha, dan investasi di bidang perikanan tangkap; (b) meningkatnya kesejahteraan nelayan; (c) meningkatnya pengelolaan sumber daya ikan berkelanjutan.

Program Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Budidaya mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) produksi perikanan budidaya sebanyak 8,35 juta ton ikan, 11,11 juta ton rumput laut, dan 1,9 miliar ekor ikan hias; (2) nilai tukar pembudidaya ikan sebesar 102,25. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya produksi perikanan budidaya dan kesejahteraan masyarakat perikanan budidaya.

Program Peningkatan Daya Saing Usaha dan Produk Kelautan dan Perikanan mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) rata-rata konsumsi ikan per kapita nasional sebesar 43,88 Kg/ Kap; (2) volume produk olahan hasil perikanan sebanyak 5,9 juta ton; (3) nilai tukar pengolah sebesar 102. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut antara lain: (a) meningkatnya produk kelautan dan perikanan yang dikembangkan dan dipasarkan di dalam dan luar negeri; (b) meningkatnya produksi, usaha, dan investasi bidang kelautan perikanan; (c) meningkatnya kesejahteraan pengolah dan pemasar hasil perikanan.

Di bidang pariwisata, Kementerian Pariwisata akan melaksanakan program-program yang salah satunya adalah Program Pengembangan Kepariwisataan. Program tersebut mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan di 15 lokasi; (2) kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional sebesar 3,7 persen; (3) jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia dan jumlah perjalanan

wisatawan nusantara masing-masing sebanyak 12 juta orang dan 260 juta perjalanan. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya investasi di sektor pariwisata dan meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara.

Rincian belanja K/L menurut sumber dana disajikan dalam Tabel II.4.9, sementara uraian lengkap mengenai program, indikator kinerja, target dan outcome untuk seluruh K/L disajikan

dalam Matriks II.4.1 pada bagian akhir bab.

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.4-37

Bagian II APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

TABEL II.4.9 BELANJA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA MENURUT SUMBER DANA (miliar rupiah)

APBN Tahun 2016

No Kode BA Kementerian Negara/Lembaga

Rupiah Murni

Dalam SBSN PBS Jumlah

1 001 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT 953,3 - - - - - - 953,3 2 002 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

5.223,3 - - - - - - 5.223,3 3 004 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

3.469,6 1,7 - - - - - 3.471,2 4 005 MAHKAMAH AGUNG

8.964,9 - - - - - - 8.964,9 5 006 KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

4.527,6 - - - - - - 4.527,6 6 007 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA

1.844,2 1,1 313,1 - - - - 2.158,5 7 010 KEMENTERIAN DALAM NEGERI

5.038,4 49,3 - 28,4 8,4 - - 5.124,5 8 011 KEMENTERIAN LUAR NEGERI

7.009,9 321,4 - - - - - 7.331,3 9 012 KEMENTERIAN PERTAHANAN

88.387,3 - - 8.074,8 - 3.000,0 - 99.462,1 10 013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI

7.067,6 2.464,2 - - - - - 9.531,9 11 015 KEMENTERIAN KEUANGAN

28.153,2 - 10.988,5 106,0 30,7 - - 39.278,3 12 018 KEMENTERIAN PERTANIAN

30.996,6 85,8 26,3 379,6 18,9 - - 31.507,2 13 019 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

3.055,5 124,1 77,2 - - - - 3.256,7 14 020 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

8.130,4 346,0 87,4 - - - - 8.563,9 15 022 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

37.551,5 2.229,3 401,3 3.285,6 15,0 - 4.983,0 48.465,6 16 023 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

48.820,7 - - - 412,1 - - 49.232,8 17 024 KEMENTERIAN KESEHATAN

53.930,9 446,9 9.103,8 - - - - 63.481,6 18 025 KEMENTERIAN AGAMA

53.344,6 1.391,0 799,7 117,3 - - 1.467,9 57.120,5 19 026 KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN

3.014,9 443,5 - 343,3 - - - 3.801,7 20 027 KEMENTERIAN SOSIAL

14.675,9 5,1 - - - - - 14.681,0 21 029 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

4.824,9 1.128,2 30,6 - 130,2 - - 6.113,9 22 032 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

13.254,0 63,6 - 418,8 64,8 - - 13.801,2 23 033 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

87.991,1 21,6 95,2 8.631,4 115,1 - 7.226,3 104.080,7 24 034 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN

292,7 - - - - - - 292,7 25 035 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

355,3 - - - 6,3 - - 361,6 26 036

487,4 - - - - - - 487,4 27 040 KEMENTERIAN PARIWISATA

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

5.383,8 25,2 - - - - - 5.409,0 28 041 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

345,0 - - - - - - 345,0 29 042 KEMENTERIAN RISTEK DAN PENDIDIKAN TINGGI

28.372,2 2.956,5 7.160,6 2.122,8 15,3 - - 40.627,4 30 044 KEMENTERIAN KOPERASI DAN PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH

1.080,8 - 152,4 - - - - 1.233,2 31 047 KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

769,3 - - - - - - 769,3 32 048

205,4 - - - - - - 205,4 33 050 BADAN INTELIJEN NEGARA

KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

2.018,3 - - - - - - 2.018,3 34 051 LEMBAGA SANDI NEGARA

905,4 - - - - - - 905,4 35 052 DEWAN KETAHANAN NASIONAL

46,0 - - - - - - 46,0 36 054 BADAN PUSAT STATISTIK

5.237,5 40,4 - 161,8 - - - 5.439,7 37 055 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

816,5 - - 297,0 350,4 - - 1.463,9 38 056 KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

4.536,4 1.851,5 - - - - - 6.387,9 39 057 PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

700,2 0,9 - - - - - 701,1 40 059 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

1.109,9 1.139,7 2.567,1 357,6 - - - 5.174,3 41 060 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

60.391,9 7.518,7 1.046,1 3.336,2 - 710,0 - 73.002,9 42 063 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

1.548,1 69,4 - - - - - 1.617,4 43 064 LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL

314,3 - - - - - - 314,3 44 065 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

520,9 - - - - - - 520,9 45 066 BADAN NARKOTIKA NASIONAL

1.367,8 - - - - - - 1.367,8 46 067 KEMENTERIAN DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI

6.450,6 - - 1.805,3 298,6 - - 8.554,5 47 068 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

3.864,7 - - - - - - 3.864,7 48 074 KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

94,0 - - - - - - 94,0 49 075 BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

1.491,8 62,7 - - - - - 1.554,5 50 076 KOMISI PEMILIHAN UMUM

1.648,1 - - - - - - 1.648,1 51 077 MAHKAMAH KONSTITUSI RI

250,4 - - - - - - 250,4 52 078 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

190,0 - - - - - - 190,0 53 079 LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

1.071,5 69,2 - 32,5 5,0 - - 1.178,2 54 080 BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

791,5 23,4 - - - - - 814,9 55 081 BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

854,8 77,2 45,1 - - - - 977,1 56 082 LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

769,8 - 7,7 - - - - 777,5 57 083 BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

834,4 9,1 - 22,0 - - - 865,5 58 084 BADAN STANDARISASI NASIONAL

234,4 12,5 - - - - - 246,9 59 085 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

180,0 10,8 - - - - - 190,8 60 086 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

215,9 57,3 - - - - - 273,1

II.4-38 Nota Keuangan dan APBN 2016

APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019 Bagian II

TABEL II.4.9 BELANJA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA MENURUT SUMBER DANA (LANJUTAN) (miliar rupiah)

APBN Tahun 2016

No Kode BA Kementerian Negara/Lembaga

Rupiah Murni

Dalam SBSN PBS Jumlah

61 087 ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 198,0 8,7 - - - - - 206,7 62 088 BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

555,2 - - - - - - 555,2 63 089 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

1.357,0 18,2 - 258,2 - - - 1.633,4 64 090 KEMENTERIAN PERDAGANGAN

3.908,4 44,3 - - - - - 3.952,7 65 092 KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAH RAGA

3.302,3 - - - - - - 3.302,3 66 093 KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

1.061,5 - - - - - - 1.061,5 67 095 DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD)

1.027,0 - - - - - - 1.027,0 68 100 KOMISI YUDISIAL RI

148,9 - - - - - - 148,9 69 103 BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

1.186,9 - - - - - - 1.186,9 70 104 BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA

415,0 - - - - - - 415,0 71 105 BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO (BPLS)

500,0 - - - - - - 500,0 72 106 LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

240,8 - - - - - - 240,8 73 107 BADAN SAR NASIONAL

2.432,4 - - - - - - 2.432,4 74 108 KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

116,5 - - - - - - 116,5 75 109 BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU

318,6 - - - - - - 318,6 76 110 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

146,3 - - - - - - 146,3 77 111 BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN

200,6 - - - - - - 200,6 78 112 BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM

170,5 - 834,9 164,4 - - - 1.169,8 79 113 BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME

531,9 - - - - - - 531,9 80 114 SEKRETARIAT KABINET

222,8 - - - - - - 222,8 81 115 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

446,9 - - - - - - 446,9 82 116 LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

864,4 - - - - - - 864,4 83 117 LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA

930,3 - - - - - - 930,3 84 118 BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS & PELABUHAN BEBAS SABANG

257,9 - 3,5 - - - - 261,4 85 119 BADAN KEAMANAN LAUT

334,8 - - - -

86 120 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN 500,0 - - - - - - 500,0 87 121 BADAN EKONOMI KREATIF

1.113,8 - - - - - - 1.113,8

JUMLAH 678.465,8 23.118,4 33.740,5 29.942,9 1.470,9 3.710,0 13.677,2 784.125,7

Sumber: Kementerian Keuangan

4.1.2.2 Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara

Dalam APBN Tahun 2016, belanja pemerintah pusat melalui BA BUN dialokasikan sebesar Rp541.425,7 miliar (40,8 persen dari belanja pemerintah pusat). Jumlah tersebut dialokasikan

antara lain untuk: (1) pemenuhan kewajiban pemerintah terhadap pihak lain, seperti pembayaran manfaat pensiun, iuran jaminan kesehatan aparatur pemerintah, dan kewajiban pembayaran bunga utang; (2) penyaluran berbagai jenis subsidi, (3) penyediaan dana cadangan untuk keperluan mendesak, seperti antisipasi terhadap risiko yang timbul akibat ketidaksesuaian asumsi dasar ekonomi makro dengan realisasinya dan dana cadangan bencana alam. Pengalokasian belanja melalui BA BUN dikelompokkan ke dalam beberapa program, yaitu: Program Pengelolaan Utang Negara, Program Pengelolaan Subsidi, Program Pengelolaan Hibah, Program Pengelolaan Belanja Lainnya, dan Program Pengelolaan Transaksi Khusus. Penjelasan lebih lanjut untuk masing-masing program adalah sebagai berikut.

Program Pengelolaan Utang Negara

Alokasi anggaran Program Pengelolaan Utang Negara untuk pembayaran bunga utang dalam APBN Tahun 2016 mencapai Rp184.940,4 miliar (1,5 persen dari PDB) atau mengalami kenaikan sebesar Rp29.209,8 miliar (18,8 persen) dari pagunya dalam APBNP tahun 2015. Jumlah tersebut terdiri atas: (1) pembayaran bunga utang dalam negeri sebesar Rp168.510,9 miliar (1,3 persen dari PDB), atau mengalami kenaikan sebesar Rp27.307,2 miliar (19,3 persen) dari pagunya dalam APBNP tahun 2015; (2) pembayaran bunga utang luar negeri sebesar Rp16.429,5 miliar atau mengalami kenaikan sebesar Rp1.902,6 miliar (13,1 persen) dari pagunya dalam

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.4-39

Bagian II APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

APBNP tahun 2015. Alokasi program pengelolaan utang negara untuk pembayaran bunga utang pada tahun 2015-2016 dapat dilihat pada Tabel II.4.10.

TABEL II.4.10

PROGRAM PENGELOLAAN UT ANG NEGARA UNT UK PEMBAY ARAN BUNGA UT ANG, 2015-2016

(miliar rupiah)

a. Pembayaran Bunga Utang Dalam negeri 141.203,8 168.510,9 b. Pembayaran Bunga Utang Luar Negeri

Sum ber : Kem enterian Keuangan

Peningkatan pembayaran bunga utang dalam APBN Tahun 2016 seiring dengan peningkatan outstanding utang yang antara lain merupakan konsekuensi pengadaan utang untuk menutup defisit anggaran. Secara rinci, perhitungan besaran pembayaran bunga utang tahun berjalan meliputi pembayaran bunga atas: (1) outstanding utang yang berasal dari akumulasi utang tahun- tahun sebelumnya (legacy debts); (2) rencana penambahan utang tahun anggaran berjalan;

(3) rencana utang terkait dengan program pengelolaan portofolio utang (liabilities management). Sementara itu, perhitungan besaran pembayaran bunga utang juga didasarkan pada asumsi- asumsi antara lain: (1) asumsi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama US$, YEN, dan EURO; (2) tingkat bunga SPN 3 bulan yang digunakan juga sebagai referensi bunga untuk instrumen surat berharga negara (SBN) seri variable rate; (3) asumsi yield dan imbalan SBN; (4) asumsi referensi tingkat suku bunga pinjaman London Interbank Offerred Rate (LIBOR) dan Jakarta Interbank Offerred Rate (JIBOR) serta asumsi spread-nya; (5) asumsi diskon penerbitan SBN; (6) perkiraan biaya pengadaan utang baru.

Dalam situasi kecenderungan peningkatan pembayaran bunga utang, Pemerintah tetap berupaya untuk secara konsisten menjaga dan menurunkan imbal hasil (yield) penerbitan SBN melalui langkah-langkah, antara lain: (1) efisiensi dalam pengelolaan utang; (2) meningkatkan likuiditas pasar SBN dalam negeri; (3) meningkatkan kepercayaan pasar melalui pengelolaan fiskal yang kredibel dan pengelolaan utang yang prudent; (4) mengoptimalkan pilihan tenor penerbitan dan pilihan instrumen yang tepat sehingga dapat mengurangi realisasi diskon yang harus dibayarkan oleh Pemerintah.

Sejalan dengan langkah-langkah tersebut, kebijakan pemerintah untuk pembayaran bunga utang dalam APBN Tahun 2016 masih tetap diarahkan untuk: (1) memenuhi kewajiban pemerintah secara tepat waktu dan tepat jumlah dalam rangka menjaga kredibilitas dan kesinambungan pembiayaan; (2) meminimasi dan menjaga efisiensi pembayaran bunga utang antara lain melalui pemilihan komposisi instrumen utang yang optimal dan melaksanakan transaksi lindung nilai. Berdasarkan langkah-langkah dan kebijakan tersebut, pembayaran bunga utang di masa mendatang diupayakan tetap berada dalam batas kemampuan ekonomi, menjaga agar batas alokasi anggaran untuk pembayaran bunga utang tetap aman dan terkendali, serta tidak menimbulkan tekanan berlebihan terhadap APBN.

II.4-40 Nota Keuangan dan APBN 2016

APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019 Bagian II

Program Pengelolaan Subsidi

Anggaran Program Pengelolaan Subsidi dalam belanja negara dialokasikan dalam rangka meringankan beban masyarakat untuk memperoleh kebutuhan dasarnya, dan sekaligus untuk menjaga agar produsen mampu menghasilkan produk, khususnya yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat, dengan harga yang terjangkau. Pemberian subsidi ditujukan untuk menjaga stabilitas harga barang dan jasa di dalam negeri, memberikan perlindungan pada masyarakat berpendapatan rendah, meningkatkan produksi pertanian, serta memberikan insentif bagi dunia usaha dan masyarakat. Dengan subsidi tersebut diharapkan bahan kebutuhan pokok masyarakat tersedia dalam jumlah yang cukup, dengan harga yang stabil, dan terjangkau oleh masyarakat. Selain itu, penyaluran subsidi diupayakan lebih tepat sasaran kepada masyarakat.

Dalam rangka meningkatkan efisiensi subsidi menuju pencapaian belanja yang berkualitas, maka arah kebijakan subsidi tahun 2016 mencakup antara lain: (1) menjaga stabilisasi harga; (2) membantu masyarakat miskin dan menjaga daya beli masyarakat; (3) meningkatkan produktivitas dan menjaga ketersediaan pasokan dengan harga terjangkau; (4) meningkatkan daya saing produksi dan akses permodalan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Berdasarkan berbagai kebijakan tersebut, maka anggaran Program Pengelolaan Subsidi dalam APBN Tahun 2016 mencapai Rp182.571,1 miliar. Jumlah tersebut menurun Rp29.533,3 miliar bila dibandingkan dengan pagu Program Pengelolaan Subsidi dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp212.104,4 miliar. Sebagian besar anggaran tersebut akan dialokasikan untuk subsidi energi sebesar Rp102.080,2 miliar, yaitu subsidi BBM, LPG tabung 3 kg, dan LGV sebesar Rp63.692,8 miliar, dan subsidi listrik sebesar Rp38.387,4 miliar. Sementara itu, untuk subsidi nonenergi sebesar Rp80.490,9 miliar, terdiri atas: (1) subsidi pangan sebesar Rp20.993,4 miliar; (2) subsidi pupuk sebesar Rp30.063,2 miliar; (3) subsidi benih sebesar Rp1.023,8 miliar; (4) subsidi PSO sebesar Rp3.752,5 milar; (5) subsidi bunga kredit program sebesar Rp16.474,5 miliar; (6) subsidi pajak ditanggung pemerintah (DTP) sebesar Rp8.183,6 miliar.

Subsidi Energi

Pokok-pokok kebijakan subsidi BBM, LPG tabung 3 kg dan LGV pada tahun 2016 antara lain: (1) melanjutkan pemberian subsidi tetap untuk BBM jenis minyak solar dan subsidi (selisih harga) untuk minyak tanah dan LPG tabung 3 kg; (2) melaksanakan efisiensi dan meningkatkan efektivitas subsidi LPG tabung 3 kg; (3) meningkatkan penggunaan energi baru dan terbarukan untuk transportasi dan tenaga listrik; (4) meningkatkan dan mengembangkan pembangunan jaringan gas kota untuk rumah tangga; (5) meningkatkan pengawasan penyaluran BBM bersubsidi dan LPG tabung 3 kg antara lain melalui penggunaan data dan teknologi; (6) meningkatkan peranan pemerintah daerah dalam pengendalian dan pengawasan BBM bersubsidi dan LPG tabung 3 kg.

Besaran subsidi BBM, LPG tabung 3 kg, dan LGV dalam APBN Tahun 2016 sangat tergantung pada parameter, antara lain: ICP, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dan volume konsumsi BBM bersubsidi yang diperkirakan mencapai 16,7 juta kiloliter (kl) serta volume konsumsi LPG tabung 3 kg sebesar 6,6 metrik ton.

Berdasarkan berbagai kebijakan dan parameter tersebut, maka anggaran subsidi BBM, LPG tabung 3 kg dan LGV dalam APBN Tahun 2016 sebesar Rp63.692,8 miliar atau turun sebesar Rp982,0 miliar bila dibandingkan dengan alokasinya dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp64.674,8 miliar. Subsidi tersebut antara lain terdiri atas: subsidi jenis BBM tertentu (JBT) tahun berjalan sebesar Rp18.692,0 miliar, subsidi harga atas LPG tabung 3 kg sebesar

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.4-41

Bagian II APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

Rp31.010,4 miliar dan subsidi LGV sebesar Rp6,4 miliar. Lebih tingginya alokasi subsidi tersebut dikarenakan besarnya alokasi untuk pembayaran kurang bayar subsidi BBM, LPG tabung 3 kg dan LGV tahun sebelumnya.

Kebijakan fiskal terkait subsidi listrik tahun 2016 dapat diuraikan sebagai berikut: (1) meningkatkan rasio elektrifikasi, khususnya melalui program listrik perdesaan dan instalasi listrik gratis bagi masyarakat tidak mampu dan nelayan; (2) meningkatkan efisiensi penyediaan tenaga listrik, melalui optimalisasi pembangkit listrik berbahan bakar gas dan batu bara, dan menurunkan komposisi pemakaian BBM dalam pembangkit tenaga listrik; (3) memberikan subsidi untuk pelanggan rumah tangga miskin dan rentan miskin dengan daya 450 VA dan 900 VA; (4) mengembangkan energi baru dan terbarukan khususnya di pulau-pulau terdepan yang berbatasan dengan negara lain dan untuk mensubstitusi PLTD di daerah-daerah terisolasi; (5) meningkatkan pengawasan terhadap kegiatan investasi pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan.

Selain berbagai kebijakan di atas, perhitungan beban subsidi listrik dalam tahun 2016 juga didasarkan pada asumsi dan parameter-parameter, antara lain yaitu ICP, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dan penjualan tenaga listrik.

Berdasarkan berbagai kebijakan dan parameter tersebut di atas, maka alokasi anggaran subsidi listrik dalam APBN Tahun 2016 sebesar Rp38.387,4 miliar atau turun Rp34.761,9 miliar apabila dibandingkan dengan anggaran belanja subsidi listrik dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp73.149,2 miliar. Subsidi tersebut terdiri atas subsidi listrik tahun berjalan sebesar Rp38.387,4 miliar. Penurunan tersebut disebabkan karena ada perbaikan mekanisme pemberian subsidi listrik terutama untuk rumah tangga miskin dan rentan miskin pada tahun 2016 secara lebih tepat sasaran dan perkiraan kekurangan tahun sebelumnya yang dicarry over ke tahun berikutnya.

Subsidi Nonenergi

Arah kebijakan subsidi nonenergi tahun 2016 akan difokuskan pada beberapa kebijakan sebagai berikut. Pertama, memberikan subsidi pangan (raskin) kepada rumah tangga sasaran (RTS) yang didukung dengan peningkatan akuntabilitas pengelolaan dan alokasi anggaran subsidi pangan. Kedua, memberikan subsidi pupuk dan benih untuk membantu petani memperoleh pupuk dan benih dengan harga terjangkau. Ketiga, memperbaiki pelayanan umum bidang transportasi dengan memberikan bantuan subsidi/public service obligation (PSO) untuk angkutan penumpang kereta api, angkutan kapal laut kelas ekonomi, serta Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara untuk penugasan informasi publik bidang pers. Keempat, meningkatkan daya saing usaha dan akses permodalan bagi UMKM dan petani melalui penyempurnaan bantuan subsidi bunga kredit program dan pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap akses air minum. Kelima, menyediakan dukungan bagi pelaksanaan Program Sejuta Rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Keenam, mendukung perluasan dan penajaman program kredit usaha rakyat (KUR). Ketujuh , memberikan subsidi pajak DTP sebagai insentif atas pengembangan sektor panas bumi dan untuk menarik minat investor asing atas obligasi pemerintah, serta pemberian fasilitas bea masuk.

Belanja subsidi nonenergi terdiri atas alokasi anggaran untuk subsidi pangan, subsidi pupuk, subsidi benih, subsidi PSO, subsidi bunga kredit program, dan subsidi pajak ditanggung pemerintah (DTP). Dalam APBN Tahun 2016, subsidi nonenergi sebesar Rp80.490,4 miliar,

II.4-42 Nota Keuangan dan APBN 2016

APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019 Bagian II

lebih tinggi Rp6.210,5 miliar bila dibandingkan dengan alokasi anggaran subsidi nonenergi dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp74.280,3 miliar (lihat Tabel II.4.11).

TABEL II.4.11

SUBSIDI NONENERGI, APBNP 2015 DAN APBN 2016

(miliar rupiah)

1 . Subsidi Pangan

2. Subsidi Pupuk

3. Subsidi Benih

4. Subsidi PSO

b. PT Pelni

c. LKBN Antara

5. Subsidi Bunga Kredit Program

6. Subsidi Pajak DTP

Sumber: Kementerian Keuangan

Dalam APBN Tahun 2016, anggaran subsidi pangan sebesar Rp20.993,4 miliar, atau lebih tinggi Rp2.053,5 miliar bila dibandingkan dengan pagunya dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp18.939,9 miliar. Kebijakan penyediaan subsidi pangan ini diberikan dalam bentuk penjualan beras kepada rumah tangga sasaran (RTS) masyarakat berpenghasilan rendah dengan harga terjangkau. Dalam tahun 2016, program subsidi pangan ini disediakan untuk menjangkau 15,5 juta RTS, dalam bentuk penyediaan beras murah melalui Perum Bulog. Penyaluran beras kepada RTS akan diberikan untuk 12 kali penyaluran, dengan kuantum sebanyak 15 kg per RTS per bulan dan harga jual sebesar Rp1.600,0 per kg. Kenaikan alokasi anggaran subsidi pangan terutama disebabkan oleh adanya kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) Gabah/Beras per 17 Maret 2015, dari semula Rp6.600,0 per kg menjadi Rp7.300,0 per kg sesuai Inpres Nomor 5 Tahun 2015 dan pembayaran kekurangan bayar subsidi tahun 2013 (hasil audit BPK).

Dalam rangka mendukung program ketahanan pangan nasional dan membantu petani mendapatkan pupuk dengan harga terjangkau, Pemerintah mengalokasikan anggaran untuk subsidi pupuk. Volume pupuk bersubsidi tahun 2016 direncanakan sebanyak 9,55 juta ton. Subsidi pupuk tetap diberikan dengan sistem tertutup melalui mekanisme rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK). Namun, mekanisme pelaksanaan subsidi langsung kepada petani

akan dilakukan secara bertahap. Di samping itu, Pemerintah terus berupaya agar HPP ditetapkan mendekati harga keekonomian dan mengusulkan rencana kenaikan harga eceran tertinggi (HET) untuk mengurangi disparitas harga pupuk. Selain itu, Pemerintah terus mendorong peningkatan penggunaan pupuk organik dan pupuk majemuk berimbang, serta penyempurnaan basis data yang berbasis orang dan lahan. Untuk mendukung kebijakan tersebut, anggaran subsidi pupuk dalam APBN Tahun 2016 sebesar Rp30.063,2 miliar. Jumlah tersebut lebih rendah Rp9.412,5 miliar bila dibandingkan pagunya dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp39.475,7 miliar. Lebih rendahnya alokasi anggaran subsidi pupuk tersebut dikarenakan pada tahun 2016 hanya

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.4-43

Bagian II APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

dialokasikan bagi pembayaran subsidi pupuk tahun berjalan. Sementara itu, untuk tahun 2015 sebagian anggarannya dialokasikan untuk pembayaran kurang bayar tahun sebelumnya.

Untuk mendorong peningkatan produksi pertanian, Pemerintah mengalokasikan anggaran untuk subsidi benih. Seperti pola pelaksanaan tahun 2015, pemberian subsidi benih tersebut dalam rangka menyediakan benih padi dan kedelai yang berkualitas dengan harga terjangkau oleh petani dan ketersediaan benih varietas unggul bersertifikat menjadi lebih terjamin, serta mudah diakses petani/kelompok tani. Besaran subsidi benih dialokasikan berdasarkan daftar usulan pembeli benih bersubsidi (DUPBB). Anggaran subsidi benih dalam APBN Tahun 2016 sebesar Rp1.023,8 miliar. Jumlah tersebut lebih tinggi Rp84,4 miliar bila dibandingkan pagunya dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp939,4 miliar.

Kebijakan subsidi nonenergi selain bertujuan untuk menjaga ketahanan pangan nasional, juga ditujukan untuk meningkatkan pelayanan umum di bidang transportasi dan penyediaan informasi publik. Alokasi anggaran untuk subsidi PSO dalam APBN Tahun 2016 sebesar Rp3.752,5 miliar. Jumlah tersebut lebih tinggi Rp491,2 miliar bila dibandingkan dengan pagunya dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp3.261,3 miliar. Anggaran belanja subsidi PSO tersebut dialokasikan kepada: PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebesar Rp1.827,4 miliar untuk penugasan layanan jasa angkutan kereta api (KA Ekonomi Jarak Jauh, KA Ekonomi Jarak Sedang, KA Ekonomi Jarak Dekat, KRD Ekonomi, KRL Ekonomi, KA Ekonomi Angkutan Lebaran serta KRL AC Commuterline Jabodetabek); PT Pelni sebesar Rp1.787,0 miliar untuk penugasan layanan jasa angkutan penumpang kapal laut kelas ekonomi dan angkutan ke daerah- daerah terpencil; dan Perum LKBN Antara sebesar Rp138,1 miliar untuk penugasan layanan informasi publik bagi masyarakat terutama di daerah terpencil, tertinggal, dan rawan konflik.

Dalam tahun 2016, Pemerintah akan meneruskan kebijakan pemberian subsidi bunga kredit program dalam rangka menunjang upaya peningkatan ketahanan pangan, mendukung diversifikasi energi, dan memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap akses air minum. Anggaran subsidi bunga kredit program dalam APBN Tahun 2016 sebesar Rp16.474,5 miliar. Jumlah tersebut lebih tinggi Rp13.990,4 miliar bila dibandingkan dengan pagunya dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp2.484,0 miliar. Peningkatan anggaran subsidi bunga kredit program dalam APBN Tahun 2016 terutama disebabkan adanya 3 (tiga) jenis subsidi baru untuk mendukung Program Sejuta Rumah bagi MBR dan program kredit usaha rakyat (KUR). Pemerintah mengalokasikan anggaran untuk subsidi bunga kredit perumahan dan subsidi bantuan uang muka perumahan untuk mendukung pelaksanaan Program Sejuta Rumah bagi MBR. Selain itu, dalam rangka mendukung kebijakan program KUR, Pemerintah juga mengalokasikan anggaran untuk subsidi bunga KUR. Pada tahun 2016, Pemerintah berupaya menurunkan suku bunga KUR pada kisaran 9 persen sehingga dapat terjangkau oleh UMKM. Di samping itu, coverage KUR juga ditingkatkan agar semakin banyak UMKM yang dapat dibantu oleh program KUR.

BOKS II.4.6 PROGRAM SEJUTA RUMAH TAHUN 2016

Sesuai dengan RPJMN tahun 2015-2019, Pemerintah akan melaksanakan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang meliputi penyediaan perumahan, air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau, yang diprioritaskan dalam rangka meningkatkan standar hidup 40 persen penduduk terbawah. Sasaran dari pembangunan perumahan dan permukiman tersebut adalah terfasilitasinya penyediaan hunian layak dan terjangkau untuk 2,2 juta rumah tangga. Selain

II.4-44 Nota Keuangan dan APBN 2016

APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019 Bagian II

itu, Pemerintah juga menargetkan turunnya akumulasi kekurangan tempat tinggal, khususnya masyarakat berpenghasilan rendah, menjadi 5,0 juta rumah tangga di tahun 2019. Arah kebijakan yang ditempuh Pemerintah untuk mencapai sasaran pembangunan tersebut adalah meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap hunian yang layak, aman, dan terjangkau serta didukung oleh penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai.

Dalam rangka mencapai sasaran pembangunan perumahan dan permukiman tersebut, pada tahun 2015 Pemerintah meluncurkan Program Sejuta Rumah, yang menargetkan pembangunan

1 juta rumah setiap tahunnya, yang terdiri atas pembangunan sekitar 600 ribu unit rumah untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan sekitar 400 ribu unit untuk non MBR. Pembangunan rumah dan pendanaannya untuk MBR akan dilaksanakan secara bersama-sama oleh Pemerintah, BUMN (Perum Perumnas dan BPJT Ketenagakerjaan), dan Swasta (Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman seluruh Indonesia/Apersi dan Asosiasi Pengembang Perumahan Rakyat Indonesia/Asperi). Selanjutnya pembangunan rumah bagi non MBR direncanakan akan dilaksanakan bersama-sama oleh pemerintah daerah, swasta (Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia) dan masyarakat (secara swadaya).

Fasilitas yang diberikan Pemerintah kepada MBR dalam Program Sejuta Rumah meliputi: (1) bunga kredit yang rendah selama masa angsuran; (2) bantuan uang muka perumahan; (3) pengenaan uang muka KPR yang sangat rendah (sekitar 1 persen); (4) pembebasan PPN untuk rumah dalam batas harga tertentu. Sementara itu, kriteria masyarakat yang berhak menikmati Program Sejuta Rumah adalah MBR dengan batasan penghasilan tertentu setiap bulan (maksimal Rp4,0 juta per bulan untuk pembelian rumah tapak dan maksimal Rp7,0 juta per bulan untuk pembelian rumah susun), dan belum pernah memperoleh subsidi pemerintah untuk kepemilikan rumah. Kelompok masyarakat yang berhak mendapatkan fasilitas tersebut diantaranya PNS, Anggota TNI/Polri, masyarakat umum, dan buruh/pekerja.

BATASAN HARGA JUAL RUMAH SEDERHANA YANG DIBEBASKAN

DARI PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

1 Ja w a (kecu a li Ja ka r ta , Bog or , Depok, T a n g er a n g , Bek a si)

Rp1 2 3 .0 0 0 .0 0 0 Rp1 3 0 .0 0 0 .0 0 0 2 Su m a t er a (k ecu a li Kep. Ria u , da n

Ba n g k a Belit u n g )

Rp1 9 3 .5 0 0 .0 0 0 Rp2 0 5 .0 0 0 .0 0 0 8 Kepu la u a n Ria u da n Ba n g k a Belit u n g

Rp1 2 9 .0 0 0 .0 0 0 Rp1 3 6 .0 0 0 .0 0 0 9 Ja bodeta bek (Ja ka r ta , Bog or , Depok,

Su m ber : PMK 1 1 3 /PMK.03 /2 01 4

Selanjutnya, beberapa kebijakan yang ditempuh Pemerintah untuk mendukung suksesnya Program Sejuta Rumah, antara lain:

1. Pengalokasian dana bergulir Pusat Pembiayaan Perumahan (PPP) untuk menjalankan program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Di dalam skema FLPP, dana pemerintah dengan proporsi tertentu akan dikombinasikan dengan dana bank penyalur KPR, sehingga menghasilkan bunga pinjaman KPR yang rendah selama masa angsuran. Dana bergulir PPP telah dialokasikan mulai tahun 2010, dan sampai dengan tahun 2015 jumlahnya telah mencapai Rp20.279,1 miliar. Dalam APBN Tahun 2016, alokasi dana Bergulir PPP sebesar Rp9.227,9 miliar.

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.4-45

Bagian II APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

2. Pengalokasian subsidi bunga kredit perumahan ditujukan untuk mendukung program FLPP. Di dalam skema subsidi bunga kredit perumahan, dana KPR sepenuhnya merupakan dana bank penyalur kredit FLPP, sementara Pemerintah hanya memberikan selisih bunga dari bunga KPR sesuai kondisi pasar dengan bunga KPR yang diinginkan Pemerintah. Dalam APBN Tahun 2016, Pemerintah mengalokasikan subsidi bunga kredit perumahan sebesar Rp2.039,4 miliar.

3. Pengalokasian subsidi bantuan uang muka perumahan untuk kepemilikan rumah tapak pada APBN Tahun 2016 sebesar Rp1.224,0 miliar. Melalui subsidi tersebut, diharapkan kendala MBR untuk memiliki rumah dapat teratasi.

4. Pemberian insentif berupa pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) melalui penerbitan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.03/2014 Tentang Batasan Rumah Sederhana, Rumah Sangat Sederhana, Rumah Susun Sederhana, Pondok Boro, Asrama Mahasiswa dan Pelajar, serta Perumahan Lainnya, yang atas Penyerahannya Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. Insentif tersebut diberikan untuk memberikan kesempatan yang lebih luas kepada MBR untuk memiliki rumah, mengingat terus meningkatnya harga tanah dan bangunan.

Selanjutnya, kebijakan pemberian subsidi pajak DTP akan terus dilaksanakan di tahun 2016 sebagai insentif atas pengembangan sektor panas bumi dan untuk menarik minat investor asing atas obligasi pemerintah. Subsidi pajak DTP diberikan untuk: PPh DTP atas komoditas panas bumi, dan PPh DTP atas bunga, imbal hasil dan penghasilan pihak ketiga atas jasa yang diberikan kepada Pemerintah, dalam penerbitan SBN di pasar internasional, serta pemberian Bea Masuk DTP yang ditujukan antara lain untuk penyediaan barang/jasa bagi kepentingan umum dan peningkatan daya saing industri tertentu di dalam negeri. Selain itu diberikan juga PPh DTP atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang diterima atau diperoleh masyarakat yang terkena luapan lumpur Sidoarjo serta PPh DTP atas penghasilan dari penghapusan secara mutlak piutang negara non pokok yang bersumber dari penerusan pinjmana luar negeri, rekening dana investasi, dan rekening pembangunan daerah yang diterima oleh perusahaan daerah air minum (PDAM). Dalam APBN Tahun 2016, Pemerintah mengalokasikan anggaran untuk subsidi pajak DTP untuk pajak penghasilan (PPh) dan fasilitas bea masuk yang sebesar Rp8.183,6 miliar. Jumlah tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan pagunya dalam APBNP tahun 2015 yang mencapai Rp9.180,0 miliar.

Program Pengelolaan Hibah Negara

Program Pengelolaan Hibah Negara merupakan pengeluaran pemerintah pusat dalam bentuk transfer uang, barang atau jasa kepada: (1) pemerintah daerah, baik yang bersumber dari pinjaman dan/atau hibah luar negeri maupun yang bersumber dari penerimaan dalam negeri; (2) pemerintah/lembaga asing. Program tersebut memiliki karakteristik tidak perlu dibayar kembali, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, tidak secara terus-menerus, bersifat sukarela dengan pengalihan hak, dan dilakukan dengan naskah perjanjian antara pemberi hibah dan penerima hibah.

Kebijakan alokasi anggaran Program Pengelolaan Hibah Negara tahun 2016 terutama akan diarahkan untuk mendukung peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam menyediakan layanan dasar umum pada bidang transportasi, pembangunan sarana air minum, pengelolaan air limbah, irigasi, dan sanitasi. Guna mendukung kebijakan tersebut, alokasi anggaran untuk

Program Pengelolaan Hibah Negara dalam APBN Tahun 2016 sebesar Rp3.965,4 miliar. Alokasi anggaran Program Pengelolaan Hibah Negara tersebut terdiri atas:

(1) Hibah kepada Pemerintah Daerah sebesar Rp3.965,2 miliar, yang pendanaannya bersumber dari pinjaman luar negeri sebesar Rp2.404,3 miliar, hibah luar negeri sebesar Rp560,9

II.4-46 Nota Keuangan dan APBN 2016

APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019 Bagian II

miliar, dan penerimaan dalam negeri sebesar Rp1.000,0 miliar; dan (2) Pengelolaan hibah lainnya berupa banking commission sebesar Rp0,2 miliar.

Alokasi anggaran hibah kepada daerah yang pendanaannya bersumber dari pinjaman luar negeri, meliputi: (1) Mass Rapid Transit (MRT) project sebesar Rp2.233,6 miliar, yang bersumber dari Japan

International Cooperation Agency (JICA). Alokasi anggaran ini bertujuan untuk membangun sistem transportasi kota yang efisien, sehingga selain diharapkan mampu mengurangi permasalahan transportasi dan kepadatan arus lalu lintas di Jakarta, juga diharapkan mampu menunjang dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jakarta, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kualitas lingkungan kota Jakarta, dan mendukung mitigasi dampak perubahan iklim

(2) Water Resources and Irrigation Sector Management Project-Phase

II (WISMP-2) sebesar Rp170,7 miliar, yang bersumber dari World Bank. Alokasi anggaran ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kinerja unit pengelola sumber daya air/daerah aliran sungai dan pengelolaan daerah irigasi, serta peningkatan produktivitas pertanian beririgasi di beberapa

provinsi dan kabupaten. Sementara itu, alokasi anggaran hibah kepada daerah yang pendanaannya bersumber dari

hibah luar negeri, meliputi: (1) Hibah Air Minum sebesar Rp188,8 miliar yang berasal dari Pemerintah Australia. Alokasi

anggaran ini diberikan kepada pemerintah daerah sebagai dana pengganti untuk pelaksanaan kegiatan percontohan pembangunan sambungan air minum, yang diberikan berdasarkan capaian kinerja (output-based).

(2) Hibah Air Limbah sebesar Rp21,0 miliar yang berasal dari Pemerintah Australia. Alokasi anggaran ini diberikan kepada pemerintah daerah sebagai dana pengganti atas pelaksanaan kegiatan peningkatan akses sistem air limbah perpipaan bagi masyarakat.

(3) Hibah Australia-Indonesia untuk pembangunan sanitasi sebesar Rp167,3 miliar yang berasal dari Pemerintah Australia. Alokasi anggaran ini bertujuan untuk mempercepat pencapaian

pembangunan di bidang sanitasi (persampahan dan air limbah) yang diberikan kepada pemerintah daerah yang telah memiliki perencanaan di bidang sanitasi.

(4) Peningkatan kapasitas penerapan standar pelayanan minimal (PKP-SPM) pendidikan dasar sebesar Rp137,5 miliar yang berasal dari ADB. Alokasi anggaran ini digunakan untuk mendukung upaya pencapaian standar pelayanan minimal pendidikan dasar.

(5) Hibah Development of Seulawah Agam sebesar Rp41,5 miliar yang berasal dari Pemerintah Jerman. Alokasi anggaran ini selain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Aceh, juga bertujuan untuk mendukung PT PLN dalam program percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi terbarukan, batubara, dan gas.

(6) Hibah Biodiversity Conservation and Climate Protection in the Gunung Leuser Ecosystem sebesar Rp4,8 miliar. Alokasi anggaran ini bertujuan untuk mendukung pengelolaan konservasi keanekaragaman hayati secara berkeberlanjutan dan perlindungan iklim di ekosistem Gunung Leuser.

Selanjutnya, alokasi anggaran hibah kepada daerah yang pendanaannya bersumber dari penerimaan dalam negeri sebesar Rp1.000,0 miliar tersebut dipergunakan untuk Program Nationwide Water Hibah Program (NWHP) sebesar Rp800,0 miliar dan hibah sanitasi sebesar

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.4-47

Bagian II APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

Rp200,0 miliar. Program NWHP dan Hibah Sanitasi ini merupakan perluasan dari program Hibah Air Minum dan Hibah Sanitasi yang didanai oleh Pemerintah Australia. Alokasi anggaran NWHP ini bertujuan untuk meningkatkan layanan air minum kepada seluruh lapisan masyarakat di wilayah-wilayah yang belum terlayani air bersih, dengan sasaran masyarakat berpenghasilan rendah. Sementara itu, alokasi anggaran hibah sanitasi bertujuan untuk mendorong pemerintah daerah dalam pembangunan bidang penyehatan lingkungan permukiman melalui pembangunan dan pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan persampahan.

Program Pengelolaan Belanja Lainnya

Alokasi anggaran Program Pengelolaan Belanja Lainnya dalam APBN Tahun 2016 sebesar Rp59.913,3 miliar, akan digunakan untuk mendukung pelaksanaan kebijakan pada Program Pengelolaan Belanja Lainnya yang menampung antara lain: (1) penyediaan dana cadangan untuk gaji bagi tambahan pegawai baru; (2) penyediaan dana cadangan lainnya yang terkait dengan kebijakan kepegawaian; (3) penyediaan dana cadangan bencana alam; (4) antisipasi perubahan asumsi ekonomi makro melalui penyediaan dana cadangan risiko fiskal; (5) penyediaan biaya operasional lembaga yang belum mempunyai kode bagian anggaran (BA) sendiri; (6) mendukung ketahanan pangan, melalui penyediaan dana cadangan beras pemerintah (CBP) dan cadangan stabilisasi harga pangan dan ketahanan pangan; (7) penyediaan alokasi anggaran untuk ongkos angkut beras PNS di distrik pedalaman Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; dan (8) penyediaan anggaran untuk bantuan operasional layanan pos universal.

Program Pengelolaan Transaksi Khusus

Anggaran belanja pemerintah pusat pada Program Pengelolaan Transaksi Khusus dalam APBN Tahun 2016 dialokasikan sebesar Rp110.035,4 miliar, menunjukkan peningkatan sebesar 7,8 persen jika dibandingkan dengan alokasinya dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp101.441,5 miliar. Anggaran Program Pengelolaan Transaksi Khusus, antara lain terdiri atas: (1) anggaran kontribusi sosial; (2) anggaran kontribusi kepada lembaga internasional; (3) dana dukungan kelayakan pada proyek kerja sama pemerintah dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur; (4) dana pembayaran selisih harga beras Bulog.

Anggaran kontribusi sosial dalam APBN Tahun 2016 dialokasikan sebesar Rp108.579,8 miliar atau sebesar 98,7 persen dari total anggaran pada Program Pengelolaan Transaksi Khusus. Kontribusi sosial merupakan kewajiban pemerintah terhadap pembayaran manfaat pensiun dan iuran jaminan kesehatan nasional bagi pegawai ASN/TNI/Polri dan pensiunan.

Berikutnya untuk anggaran kontribusi kepada lembaga internasional dalam APBN Tahun 2016 dialokasikan sebesar Rp88,0 miliar atau 0,1 persen dari total anggaran pada Program Pengelolaan Transaksi Khusus. Alokasi dimaksud merupakan salah satu kewajiban Pemerintah Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional dan demi menjaga hubungan kerja sama antarnegara. Kewajiban tersebut berbentuk pembayaran kontribusi, penyertaan modal, trust fund, dan dana-dana lainnya yang diserahkan kepada masing-masing organisasi internasional. Kepesertaan Pemerintah Indonesia antara lain di dalam USAID, OFID (OPEC Fund for Intenational Development ), AMTF (ASEAN Mineral Trust Fund), dan GCF (Green Climate Fund).

Selanjutnya untuk dana dukungan kelayakan pada proyek kerja sama Pemerintah dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur dalam APBN Tahun 2016 dialokasikan sebesar Rp1.132,1 miliar atau 1,0 persen dari total anggaran pada Program Pengelolaan Transaksi Khusus.

II.4-48 Nota Keuangan dan APBN 2016

APBN Tahun 2016 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019 Bagian II

Anggaran tersebut dialokasikan dalam rangka menjalankan tanggung jawab konstitusional negara untuk menyediakan fasilitas layanan publik dan diharapkan dapat menstimulasi pembangunan infrastruktur dengan skema kerjasama pemerintah swasta dan badan usaha (KPBU) di Indonesia. Sasaran yang menjadi tujuan secara spesifik untuk tahun 2016 adalah terbangunnya Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) regional di tiga kawasan dalam rangka peningkatan akses air minum yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat.

Dana pembayaran selisih harga beras Bulog merupakan biaya yang ditimbulkan dari penyesuaian harga yang seharusnya diterima Bulog dengan penetapan harga beras oleh Menteri Keuangan dalam pelaksanaan pembayaran beras. Pembayaran beras dimaksud merupakan tunjangan beras kepada pegawai negeri yang diberikan dalam bentuk natura (bentuk fisik). Alokasi dana pembayaran selisih harga beras Bulog pada APBN Tahun 2016 dialokasikan sebesar Rp10,7 miliar atau 0,01 persen dari total anggaran pada Program Pengelolaan Transaksi Khusus.