Dana Transfer Lainnya

5.2.3 Dana Transfer Lainnya

Dana Transfer Lainnya merupakan dana yang dialokasikan untuk membantu daerah dalam rangka melaksanakan kebijakan tertentu sesuai peraturan perundang-undangan. Dana Transfer Lainnya terdiri atas (1) Dana Bantuan Operasional Sekolah, (2) Dana Tunjangan Profesi Guru PNS Daerah, (3) Dana Tambahan Penghasilan Guru PNS Daerah, (4) Dana Insentif Daerah, dan (5) Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi.

5.2.3.1 Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Sesuai amanat UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, untuk mendukung penyelenggaraan Program Wajib Belajar 9 tahun, Pemerintah mengalokasikan dana BOS guna meringankan beban masyarakat terhadap pendanaan pendidikan dasar yang lebih bermutu. Dana BOS dialokasikan untuk Sekolah Dasar/Sekolah Dasar Luar Biasa (SD/ SDLB), dan Sekolah Menengah Pertama/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMP/SMPLB), serta digunakan untuk biaya nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar, dan mendanai

IV.5-14 Nota Keuangan dan APBN 2016

Dana Desa Tahun 2010-2015 Bagian IV

beberapa kegiatan lain sesuai petunjuk teknis Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Dana BOS merupakan pelengkap dari kewajiban daerah untuk menyediakan anggaran pendidikan, dan bukan merupakan pengganti BOS Daerah (BOSDA). Sejak tahun 2011, Dana BOS dikelompokkan sebagai komponen Transfer ke Daerah, yang penyalurannya dilakukan dari RKUN ke RKUD kabupaten/kota, yang selanjutnya akan diteruskan ke rekening masing-masing sekolah. Guna meningkatkan efektivitas dalam pelaksanaannya, penyaluran dana BOS sejak tahun 2012 diubah menjadi dari RKUN ke RKUD Provinsi, yang selanjutnya dipindahbukukan ke rekening masing-masing sekolah melalui mekanisme hibah.

Selama tahun 2011-2014, alokasi Dana BOS meningkat rata-rata 12,6 persen. Sedangkan pada tahun 2015, BOS meningkat 34,4 persen, peningkatan yang signifikan tersebut terjadi dikarenakan selain adanya pertumbuhan jumlah siswa SD/SDLB dan siswa SMP/SMPLB.Pada tahun 2015 juga terjadi kenaikan satuan biaya dana BOS dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Apabila tahun 2014 satuan biaya BOS SD/SDLB adalah sebesar Rp580.000,00/siswa/tahun, maka pada tahun 2015 meningkat menjadi

GRAFIK IV.5.13

Rp800.000,00/siswa/ PERKEMBANGAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH, 2011-2015 tahun. Sedangkan satuan

biaya BOS SMP/SMPLB 30.000,0 naik dari Rp710.000,00/ 25.000,0

ia h 20.000,0

siswa/tahun, menjadi

up rR ia

Rp1.000.000,00/siswa/ 31.298,3 il

tahun pada tahun 2015.

Perkembangan Dana BOS 5.000,0 secara nasional pada tahun -

2011-2015 dapat dilihat Keterangan: Data 2011-2014 adalah data realisasi APBN, Data 2015 adalah data APBNP

pada Sumber : Kementerian Keuangan Grafik IV.5.13.

5.2.3.2 Dana Tunjangan Profesi Guru PNS Daerah

Sesuai ketentuan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU Nomor

14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pemerintah wajib memfasilitasi tenaga pendidik untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu. Berdasarkan ketentuan tersebut, guru yang telah memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan diberikan tunjangan profesi. Tunjangan Profesi Guru (TPG) PNSD diberikan kepada guru PNSD yang telah memperoleh sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. TPG PNSD tersebut diberikan sebesar satu kali gaji pokok PNS yang bersangkutan selama 12 (dua belas) bulan. Dana TPG PNSD mulai dikelompokkan sebagai komponen Transfer ke Daerah pada tahun 2011.

Dalam rentang waktu 2011-2014, realisasi dana TPG PNSD mengalami peningkatan rata-rata 43,3 persen per tahun. Peningkatan alokasi dana TPG PNSD tersebut dikarenakan adanya peningkatan jumlah guru PNSD yang telah memperoleh ijazah sertifikasi dan adanya kenaikan gaji pokok PNS (termasuk PNSD) pada setiap tahun (tahun 2012 naik sebesar 10 persen, tahun 2013 dan tahun 2014 naik masing-masing 7 persen). Dalam tahun 2015, anggaran dana TPG PNSD mengalami kenaikan sebesar 29,0 persen dibandingkan realisasi tahun 2014. Perkembangan dana TPG PNSD secara nasional pada tahun 2011-2015 dapat dilihat pada Grafik IV.5.14.

Nota Keuangan dan APBN 2016 IV.5-15

Bagian IV Dana Desa Tahun 2010-2015

Pada tahun 2015, daerah yang

GRAFIK IV.5.14

mendapatkan alokasi TPG PNSD PERKEMBANGAN DANA TUNJANGAN PROFESI GURU, 2011-2015 terbesar secara berurutan adalah 80.000,0

daerah-daerah se-Provinsi Jawa Timur, 70.000,0

Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa h ia 50.000,0

Barat, Provinsi Sumatera Utara, dan 40.000,0

Provinsi Sulawesi Selatan. Sebaliknya, 54.442,4

daerah yang mendapatkan alokasi 30.558,0

terkecil secara berurutan adalah -

daerah-daerah se-Provinsi Kalimantan Keterangan: Data 2011-2014 adalah data realisasi APBN, Data 2015 adalah data APBNP Utara, Provinsi Papua Barat, Provinsi Sumber : Kementerian Keuangan

Kepulauan Riau, Provinsi Maluku Utara, dan Provinsi Bangka Belitung. Sebaran alokasi TPG PNSD tahun 2014 dan 2015 per wilayah provinsi disajikan pada Grafik IV.5.15.

GRAFIK IV.5.15 PETA DANA TUNJANGAN PROFESI GURU PNSD SE-PROVINSI DI INDONESIA, 2014-2015

h 8.000,0 p ia u

Akumulasi jumlah dana yang dialokasikan untuk Provinsi dan Kab/Kota di Provinsi yang bersangkutan, berdasarkan realisasi APBN 2014 dan APBNP tahun 2015.

2014 2015 Sumber : Kementerian Keuangan

5.2.3.3 Dana Tambahan Penghasilan Guru PNS Daerah

Sesuai dengan Perpres Nomor 52 Tahun 2009 tentang Tambahan Penghasilan bagi Guru PNS, Guru PNSD yang belum mendapat tunjangan profesi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan diberikan Tambahan Penghasilan Guru PNSD sebesar Rp250.000 per orang selama 12 (dua belas) bulan. Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD mengalami penurunan dari tahun ke tahun karena semakin banyak guru PNSD yang telah memiliki sertifikat pendidik dan mendapatkan TPG PNSD.

Alokasi Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD tahun 2010-2014 mengalami penurunan rata-rata 31,8 persen pertahun. Perkembangan Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD secara nasional pada tahun 2010-2015 disajikan pada Grafik IV.5.16.

IV.5-16 Nota Keuangan dan APBN 2016

Dana Desa Tahun 2010-2015 Bagian IV

GRAFIK IV.5.16 PERKEMBANGAN DANA TAMBAHAN PENGHASILAN GURU, 2010-2015

2015 Keterangan: Data 2010-2014 adalah data realisasi APBN, Data 2015 adalah data APBNP Sumber : Kementerian Keuangan

5.2.3.4 Dana Insentif Daerah (DID)

Selama periode 2010-2015, DID dialokasikan kepada provinsi dan kabupaten/kota dengan memertimbangkan kriteria kinerja tertentu, yang terdiri atas kriteria kinerja utama, kriteria kinerja keuangan, kriteria kinerja pendidikan, dan kriteria kinerja ekonomi dan kesejahteraan, dengan penetapan batas minimum kelulusan kinerja. DID digunakan untuk mendanai kegiatan dalam rangka melaksanakan fungsi pendidikan yang menjadi urusan daerah. Sejak tahun 2011 pengalokasian DID menggunakan kriteria kinerja utama, yaitu kriteria yang harus dimiliki oleh setiap daerah sebagai penentu kelayakan daerah penerima. Kriteria kinerja utama tersebut terdiri atas: (1) daerah yang mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atau Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dari BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)-nya, dan (2) daerah yang menetapkan Perda APBD tepat waktu. Sementara itu, sejak tahun 2012 mulai diberikan alokasi minimum kepada daerah yang memperoleh opini WTP dari BPK atas LKPD- nya dan menetapkan Perda APBD tepat waktu, sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 202 tahun 2012. Kebijakan tersebut dilaksanakan untuk mendorong agar daerah berupaya untuk mengelola keuangannya menjadi lebih baik dan agar daerah berupaya untuk selalu menetapkan APBD tepat waktu. Sedangkan pada tahun 2013-2015, alokasi minimum DID diberikan kepada daerah: (1) daerah yang memperoleh opini WTP dan menetapkan Perda APBD tepat waktu; atau (2) daerah yang memperoleh opini WTP, menetapkan Perda APBD tepat waktu, dan menyampaikan LKPD kepada BPK tepat waktu. Realisasi DID relatif sama sepanjang periode tahun 2010-2015 yaitu Rp1.387,8 miliar, namun terjadi peningkatan pada tahun 2015 menjadi sebesar Rp1.664,5 miliar. Adapun jumlah penerima DID mengalami variasi setiap tahunnya, yaitu

9 provinsi dan 45 kabupaten/kota di tahun 2010, 5 provinsi dan 55

GRAFIK IV.5.17

kabupaten/kota di tahun 2011, 10 PERKEMBANGAN DANA INSENTIF DAERAH, 2010-2015 provinsi dan 56 kabupaten/kota

di tahun 2012, 10 provinsi dan 64 1.650,0

kabupaten/kota di tahun 2013, 13

ia h 1.550,0

provinsi dan 86 kabupaten/kota

di tahun 2014, serta 13 provinsi 1.450,0

dan 122 kabupaten/kota di tahun M 1.350,0 2015. Perkembangan DID secara

nasional dalam kurun waktu 1.250,0

tahun 2010-2015 disajikan pada 2015 Grafik IV.5.17. Keterangan:

Data 2010-2014 adalah data realisasi APBN, Data 2015 adalah data APBNP Sumber : Kementerian Keuangan

Nota Keuangan dan APBN 2016 IV.5-17

Bagian IV Dana Desa Tahun 2010-2015

Pada tahun 2015, daerah yang mendapatkan alokasi DID terbesar secara berurutan adalah daerah-daerah se-Provinsi Jawa Timur, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Sulawesi Tenggara, dan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Perkembangan DID se-Provinsi di Indonesia tahun 2014 dan 2015 ditunjukkan pada Grafik IV.5.18. Pada grafik tersebut terlihat bahwa penerima DID setiap tahunnya dapat berubah tergantung pada konsistensi kinerja masing-masing pemerintah daerah.

GRAFIK IV.5.18 PETA DANA INSENTIF DAERAH SE-PROVINSI DI INDONESIA, 2014-2015

u p ia 200,00 rR ia

il 150,00 M

Akumulasi jumlah dana yang dialokasikan untuk Provinsi dan Kab/Kota di Provinsi yang bersangkutan, 2014 2015 berdasarkan realisasi APBN 2014 dan APBNP tahun 2015. Sumber : Kementerian Keuangan

5.2.3.5 Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2)

Dana P2D2 adalah dana yang bersumber dari APBN sebagai penghargaan kepada daerah percontohan (pilots project) atas pencapaian output yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan berdasarkan hasil verifikasi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam rangka penguatan pelaksanaan DAK bidang infrastruktur jalan, irigasi, dan air minum. Pengalokasian Dana P2D2 bertujuan untuk: (1) peningkatan akuntabilitas dan pelaporan DAK pada sektor infrastruktur; (2) peningkatan pelaporan keuangan dan pelaporan teknis serta verifikasi output DAK; dan (3) peningkatan persentase output fisik dari DAK sektor infrastruktur. Daerah yang dijadikan percontohan P2D2 meliputi provinsi/kabupaten/kota di 5 (lima) provinsi yakni Provinsi Jambi, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Sulawesi Barat, dan Provinsi Maluku Utara. Penentuan daerah tersebut mempertimbangkan kriteria: (1) letak geografis; (2) pemetaan pendanaan ke daerah; (3) aspek teknis infrastruktur; dan (4) kemampuan penyerapan DAK bidang infrastruktur jalan, irigasi, dan air minum.

Alokasi Dana P2D2 tahun 2012-2014

GRAFIK IV.5.19

rata-rata meningkat 45,9 persen PERKEMBANGAN DANA P2D2, 2012-2015 pertahun, dalam tahun 2015 dana 120,0

P2D2 mengalami kenaikan 55,9 100,0 persen dibandingkan realisasinya 80,0

up ia h rR

tahun 2014. Perkembangan Dana 60,0

M il ia

P2D2 secara nasional pada tahun 40,0

2012-2015 dapat dilihat pada 20,0

Grafik IV.5.19. -

Keterangan: Data 2012-2014 adalah data realisasi APBN, Data 2015 adalah data APBNP Sumber : Kementerian Keuangan

IV.5-18 Nota Keuangan dan APBN 2016

Dana Desa Tahun 2010-2015 Bagian IV