Kebijakan Defisit dan Pembiayaan Anggaran APBN Tahun 2016

6.1 Kebijakan Defisit dan Pembiayaan Anggaran APBN Tahun 2016

Pemerintah dan DPR RI telah menyepakati dalam pembicaraan pendahuluan bahwa RAPBN tahun 2016 tetap mengacu pada kebijakan anggaran defisit. Defisit tersebut diarahkan untuk

memperkuat stimulus fiskal guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan dengan tetap mengendalikan risiko dan menjaga kesinambungan fiskal. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menjaga kesinambungan fiskal adalah (1) mengendalikan defisit dalam batas aman, (2) mengendalikan rasio utang terhadap PDB, dan (3) mengendalikan keseimbangan primer.

Dalam kerangka tersebut, target defisit anggaran dalam APBN tahun 2016 ditetapkan sekitar 2,15 persen terhadap PDB. Untuk membiayai defisit APBN tahun 2016, Pemerintah akan memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan nonutang dan pembiayaan utang. Namun, sumber-sumber pembiayaan anggaran semakin terbatas, sehingga Pemerintah akan mengutamakan sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari utang, terutama yang berasal dari Surat Berharga Negara (SBN) dan pinjaman luar negeri.

Upaya pemenuhan target penerbitan SBN tersebut dilakukan Pemerintah dengan menerbitkan instrumen SBN domestik dan valas. Pemilihan instrumen dan tenor penerbitan akan dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor antara lain kebijakan pengelolaan utang, biaya penerbitan SBN, risiko pasar keuangan domestik dan global, preferensi investor, dan kapasitas daya serap pasar. Kegiatan yang dibiayai dari utang dalam negeri berupa surat berharga syariah negara - sukuk project financing antara lain digunakan untuk membiayai pembangunan jalan dan jembatan di beberapa propinsi/kabupaten/kota, pembangunan proyek railway electrification and double double tracking of Java mainline project, revitalisasi asrama haji, dan pembangunan rel kereta api layang di perkotaan Medan. Pinjaman luar negeri antara lain digunakan untuk membiayai national program for community empowerment, railway electrification and Double Double tracking project, construction of Jakarta mass rapid transit (MRT) project, dan construction for Java Sumatera interconnection transmission line project.

Selain itu, pada tahun 2016, Pemerintah menetapkan penarikan pinjaman luar negeri lebih besar daripada pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri (positive net flow). Hal ini dilakukan untuk mengurangi beban biaya penarikan utang (cost of borrowing) secara keseluruhan, mengurangi risiko pasar dari pengelolaan SBN, diversifikasi portofolio utang pemerintah, serta mendukung cadangan devisa.

Dalam pembiayaan nonutang, selain terdapat penerimaan pembiayaan juga terdapat pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan bersumber dari penerimaan cicilan pengembalian penerusan pinjaman dan hasil pengelolaan aset. Sedangkan pengeluaran pembiayaan yang terbesar adalah berupa Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada BUMN yang diarahkan

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-1

Bagian II dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

untuk meningkatkan kualitas investasi Pemerintah dan nilai tambah BUMN sebagai agen pembangunan dalam mendukung pembangunan infrastruktur dan maritim, kedaulatan pangan dan energi, pengembangan industri strategis, dan kemandirian ekonomi nasional.

Beberapa kegiatan pembangunan yang dialokasikan melalui PMN kepada BUMN antara lain pembangunan jalan tol di Sumatera, pembangunan runway 3 di Bandara Soekarno-Hatta, pembangunan unit-unit drying centre dan modern rice milling plant, pembangunan Hot Strip Mill (HSM) #2, pembangunan pembangkit listrik, pembangunan kawasan industri, dan pembangunan Water Treatment Plant.

Namun, berdasarkan putusan Rapat Paripurna DPR, PMN kepada BUMN dan PMN Lainnya dikembalikan lagi pada komisi-komisi terkait untuk dibahas dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) tahun 2016.

6.1.1 Defisit APBN

Arah kebijakan fiskal yang akan ditempuh Pemerintah pada tahun 2016 masih akan bersifat ekspansif, yang diarahkan untuk kegiatan produktif, mendorong peningkatan kapasitas perekonomian dan penguatan daya saing, serta menjaga keseimbangan ekonomi makro. Kebijakan ekspansif tersebut menyebabkan terjadinya defisit anggaran sehingga perlu desain kebijakan yang diarahkan menjaga kesinambungan fiskal (fiscal sustainability).

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menjaga kesinambungan fiskal adalah (1) mengendalikan defisit dalam batas aman, melalui optimalisasi pendapatan dengan meningkatkan iklim investasi dan menjaga konservasi lingkungan, meningkatkan kualitas belanja melalui peningkatan belanja produktif untuk pembangunan infrastruktur, pemenuhan anggaran kesehatan sebesar

5 persen sesuai UU Kesehatan yang simultan dengan efisiensi subsidi dan belanja konsumtif, (2) mengendalikan rasio utang terhadap PDB melalui pengendalian pembiayaan yang bersumber dari utang dalam batas yang terkendali (manageable), serta mengarahkan pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif, dan (3) mengendalikan keseimbangan primer melalui pengendalian kerentanan fiskal (fiscal vulnerability), meningkatkan bantalan fiskal (fiscal buffer) dan fleksibilitas pengelolaan keuangan negara (pasal krisis, bond stabilization framework, Forum Komunikasi Stabilisasi Sektor Keuangan/FKSSK).

Dalam upaya menjaga kesinambungan fiskal, target defisit anggaran dalam APBN tahun 2016 ditetapkan sekitar 2,15 persen dari PDB. Target defisit dalam APBN tahun 2016 tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan target defisit dalam APBNP tahun 2015 yang mencapai sekitar 1,9 persen terhadap PDB, namun lebih rendah jika dibandingkan dengan target defisit dalam perkiraan realisasi tahun 2015 sekitar 2,2 persen dari PDB. Peningkatan defisit tersebut terutama disebabkan oleh rendahnya perkiraan realisasi pendapatan negara terutama penerimaan perpajakan karena melambatnya pertumbuhan ekonomi selama semester I tahun 2015. Sedangkan secara nominal, target defisit dalam APBN tahun 2016 ditetapkan sebesar Rp273.178,9 miliar, lebih tinggi apabila dibandingkan target defisit dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp222.506,9 miliar. Kebijakan defisit tersebut diarahkan untuk memperkuat stimulus fiskal guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan. Rincian defisit dan pembiayaan anggaran tahun 2015—2016 disajikan dalam Tabel II.6.1.

II.6-2 Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-2 Nota Keuangan dan APBN 2016

TABEL II.6.1 DEFISIT DAN PEMBIAYAAN ANGGARAN, 2015—2016 (miliar rupiah)

Uraian APBN

APBNP

2016 A. PENDAPATAN NEGARA

B. BELANJA NEGARA

C. SURPLUS/DEFISIT ANGGARAN (A - B)

% Defisit terhadap PDB

(2,1) D. PEMBIAYAAN ANGGARAN (I + II)

273.178,9 I. Nonutang

(57.705,9) II. Utang

Sumber: Kementerian Keuangan

6.1.2 Pembiayaan Anggaran

Arah kebijakan pembiayaan tahun 2016 adalah (1) menyempurnakan kualitas perencanaan investasi Pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah BUMN sebagai agen pembangunan, antara lain untuk mendukung pembangunan infrastruktur, kedaulatan pangan, dan kemaritiman, (2) mengendalikan rasio utang pemerintah dalam batas yang aman, (3) membuka akses pembiayaan pembangunan dan investasi kepada masyarakat secara lebih luas antara lain melalui penerbitan obligasi ritel, (4) mengoptimalkan dana kelolaan BLU dalam rangka pembiayaan pembangunan termasuk memperluas akses sektor UMKM, perumahan murah, dan pendidikan, (5) memprioritaskan skema Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) untuk mendukung pembangunan infrastruktur, (6) memberikan penjaminan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur, serta (7) mendukung program peningkatan akses terhadap pendidikan dan penyediaan kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Target defisit dalam APBN tahun 2016 ditetapkan sebesar Rp273.178,9 miliar atau sekitar 2,15 persen terhadap PDB, sedangkan sumber pembiayaan anggaran yang digunakan untuk membiayainya berasal dari pembiayaan nonutang dan utang. Pembiayaan yang bersumber dari nonutang secara neto mencapai negatif Rp57.705,9 miliar, sedangkan pembiayaan yang bersumber dari utang secara neto mencapai Rp330.884,8 miliar. Mengingat sumber-sumber pembiayaan nonutang yang dapat dimanfaatkan di tahun 2016 relatif terbatas, Pemerintah masih mengandalkan sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari utang. Rincian defisit dan pembiayaan anggaran dalam tahun 2015—2016 disajikan dalam Tabel II.6.1.

6.1.2.1 Pembiayaan Nonutang

Dalam APBN tahun 2016, pembiayaan nonutang dialokasikan sebesar negatif Rp57.705,9 miliar, atau naik sebesar 1,5 persen dibandingkan alokasinya dalam APBNP tahun 2015 sebesar negatif Rp56.874,0 miliar. Arah kebijakan pembiayaan anggaran nonutang dalam APBN tahun 2016 adalah (1) mendukung pembangunan infrastruktur, baik sarana dan prasarana transportasi, pemukiman, air bersih dan sanitasi, serta infrastruktur energi melalui alokasi dana investasi pemerintah dan kewajiban penjaminan, (2) mendukung peningkatan ekspor melalui alokasi PMN, (3) mendukung pemenuhan kewajiban negara sebagai anggota organisasi/lembaga keuangan internasional serta mempertahankan persentase kepemilikan modal melalui alokasi PMN, (4) mendukung pemenuhan ketersediaan rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), baik melalui program penyertaan modal negara, maupun dana bergulir, serta

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-3

Bagian II dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya agar tepat sasaran, serta (5) mendukung peningkatan kapasitas dana pengembangan pendidikan nasional untuk meningkatkan akses terhadap pendidikan tinggi, peningkatan kualitas riset, dan mendukung usaha Pemerintah dalam melakukan perbaikan fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana alam.

Pembiayaan nonutang dalam APBN tahun 2016 direncanakan terdiri atas (1) perbankan dalam negeri, meliputi penerimaan cicilan pengembalian penerusan pinjaman, dan (2) nonperbankan dalam negeri, meliputi hasil pengelolaan aset, dana investasi pemerintah, dana pengembangan pendidikan nasional (DPPN), dan kewajiban penjaminan. Rincian pembiayaan nonutang tahun 2015—2016 disajikan dalam Tabel II.6.2.

TABEL II.6.2

PEMBIAYAAN NONUTANG, 2015 —2016

(miliar rupiah)

URAIAN APBN

APBNP

2015 2016 1. Perbankan Dalam Negeri

5.498,3 Penerimaan Cicilan Pengembalian Penerusan Pinjaman

2. Non Perbankan Dalam Negeri (61.659,3)

(63.204,2) a. Hasil Pengelolaan Aset

350,0 325,0 b. Dana Investasi Pemerintah

(58.844,1) (57.611,2) i.

Penerimaan Kembali Investasi 19.134,9 - ii. Penyertaan Modal Negara

(70.372,8) (48.383,3) iii. Dana Bergulir

(6.106,3) (9.227,9) iv. Pembiayaan Investasi dalam rangka pembentukan BLU Manajemen Aset

(1.500,0) - c. Dana Pengembangan Pendidikan Nasional

- (5.000,0) d. Kewajiban Penjaminan

(843,5) (918,0) e. Dana Antisipasi untuk PT Lapindo Brantas Inc./PT Minarak Lapindo Jaya

(781,7) - f. Cadangan Pembiayaan kepada BPJS Kesehatan untuk program DJS Kesehatan

Sumber: Kementerian Keuangan

6.1.2.1.1 Perbankan Dalam Negeri

Pembiayaan nonutang yang bersumber dari perbankan dalam negeri seluruhnya berasal dari penerimaan cicilan pengembalian penerusan pinjaman. Penerimaan cicilan pengembalian penerusan pinjaman dalam APBN tahun 2016 ditetapkan sebesar Rp5.498,3 miliar, meningkat sebesar 14,9 persen apabila dibandingkan dengan target dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp4.785,4 miliar.

Kebijakan yang akan ditempuh untuk mencapai target penerimaan cicilan pengembalian penerusan pinjaman adalah (1) menyusun sistem pelaporan yang terintegrasi, (2) melakukan update data sekaligus pembinaan melalui kegiatan rekonsiliasi, (3) melakukan program penyelesaian piutang negara pada BUMN, Pemda, dan PDAM melalui penjadwalan kembali, perubahan persyaratan, penghapusan, dan konversi piutang menjadi PMN, (4) melakukan pemotongan DAU/DBH untuk debitur pemerintah daerah yang menunggak, dan (5) melakukan penyelesaian piutang negara dengan menyerahkan penagihannya melalui Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) bila debitur tidak dapat memenuhi persyaratan untuk melakukan restrukturisasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Target penerimaan cicilan pengembalian penerusan pinjaman tahun 2015—2016 disajikan dalam Tabel II.6.3.

II.6-4 Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-4 Nota Keuangan dan APBN 2016

TABEL II.6.3 PENERIMAAN CICILAN PENGEMBALIAN PENERUSAN PINJAMAN, 2015—2016 (miliar rupiah)

APBNP APBN

2. Konversi Piutang RDI dan/atau SLA menjadi PMN

250,0 1.612,1 a. Piutang RDI dan SLA PT Perikanan Nusantara

- 29,4 b. Piutang SLA PT Pelni

- 564,8 c. Piutang RDI Perum Perumnas

- 235,4 d. Piutang RDI PT Rajawali Nusantara Indonesia

- 692,5 e. Piutang SLA PT Amarta Karya

- 32,1 f. Piutang RDI PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia

250,0 - g. Piutang SLA PT Perkebunan Nusantara I

- 25,0 h. Piutang SLA PT Perkebunan Nusantara VIII

4.785,4 5.498,3 Sumber: Kementerian Keuangan

Jumlah

6.1.2.1.2 Nonperbankan Dalam Negeri

Alokasi pembiayaan nonutang yang bersumber dari nonperbankan dalam negeri dalam APBN tahun 2016 direncanakan sebesar negatif Rp63.204,2 miliar, meningkat 2,5 persen apabila dibandingkan dengan APBNP tahun 2015 sebesar negatif Rp61.659,3 miliar. Pembiayaan nonutang yang bersumber dari nonperbankan dalam negeri terdiri atas hasil pengelolaan aset (HPA), dana investasi pemerintah, DPPN, dan kewajiban penjaminan. Untuk penjelasan lebih lanjut dapat disampaikan sebagai berikut.

A. Hasil Pengelolaan Aset

Target penerimaan HPA dalam APBN tahun 2016 ditetapkan sebesar Rp325,0 miliar, menurun 7,1 persen apabila dibandingkan target dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp350,0 miliar. Untuk mencapai target penerimaan HPA, Pemerintah akan menempuh serangkaian kebijakan sebagai berikut (1) penyelesaian aset kredit/piutang dengan penyerahan pengurusan kepada PUPN, (2) pengelolaan aset properti direncanakan mengalami perkembangan, tidak hanya dalam bentuk penjualan lelang maupun penetapan status penggunaan kepada K/L dan pelepasan hak dengan pembayaran kompensasi, melainkan juga sewa atau bentuk kerjasama pemanfaatan lainnya, (3) penjualan/pencairan terhadap aset saham/surat berharga lainnya, dan (4) penyerahkelolaan aset kepada pihak ketiga, termasuk di dalamnya PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero). Target penerimaan HPA tahun 2015—2016 disajikan dalam Tabel II.6.2.

B. Dana Investasi Pemerintah

Alokasi dana investasi Pemerintah dalam APBN tahun 2016 direncanakan sebesar negatif Rp57.611,2 miliar, menurun 2,1 persen apabila dibandingkan alokasinya dalam APBNP tahun 2015 sebesar negatif Rp58.844,1 miliar. Alokasi dana investasi Pemerintah dalam tahun 2015—2016 sebagaimana disajikan dalam Tabel II.6.4.

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-5

Bagian II dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

TABEL II.6.4 DANA INVESTASI PEMERINTAH, 2015—2016 (miliar rupiah)

URAIAN

APBNP APBN 2015

2016 1. Penerimaan Kembali Investasi

2. Penyertaan Modal Negara (PMN)

(70.372,8) (48.383,3) a. PMN kepada BUMN

(64.883,9) (40.420,8) b. PMN kepada Organisasi/Lembaga Keuangan Internasional (LKI)

(250,5) (3.904,7) c. PMN Lainnya

3. Dana Bergulir

(6.106,3) (9.227,9) a. Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(1.000,0) - (LPDB KUMKM) b. Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (dahulu Pusat Pembiayaan Perumahan)

4. Pembiayaan Investasi dalam rangka pembentukan BLU Manajemen Aset (1.500,0) -

(58.844,1) (57.611,2) Sumber: Kementerian Keuangan

Jumlah

Penyertaan Modal Negara (PMN)

Alokasi PMN dalam APBN tahun 2016 adalah sebesar negatif Rp48.383,3 miliar, menurun 31,3 persen apabila dibandingkan alokasinya dalam APBNP tahun 2015 sebesar negatif Rp70.372,8 miliar. Dalam APBN tahun 2016, Pemerintah mengalokasikan dana untuk PMN yang terdiri atas (1) PMN kepada BUMN, (2) PMN kepada organisasi/lembaga keuangan internasional (LKI), dan (3) PMN Lainnya.

Namun, berdasarkan putusan Rapat Paripurna DPR, PMN kepada BUMN dan PMN Lainnya dikembalikan lagi pada komisi-komisi terkait untuk dibahas dalam RAPBNP tahun 2016. Alokasi PMN kepada BUMN dan PMN Lainnya pada UU APBN tahun 2016 tetap ada, namun hanya dapat dicairkan setelah dilakukan pembahasan dan mendapat persetujuan di komisi terkait pada saat APBNP tahun 2016 nanti.

Berdasarkan putusan rapat paripurna tersebut, Pemerintah akan mendorong BUMN/Lembaga untuk dapat mencari sumber-sumber pendanaan lain untuk pelaksanaan proyek-proyek yang diusulkan. Selain itu, Pemerintah juga akan melakukan penyempurnaan dan perbaikan kajian sebagai tindak lanjut masukan dari DPR.

Arah kebijakan PMN tahun 2016 adalah sebagai berikut (1) BUMN yang melaksanakan kebijakan/ program Pemerintah dalam rangka menyelenggarakan kemanfaatan umum bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak, (2) peningkatan kapasitas usaha BUMN, antara lain dalam rangka peningkatan kualitas infrastruktur, kedaulatan pangan, dan energi, dengan memperhatikan kemampuan keuangan negara, (3) mempertahankan porsi kepemilikan, sehingga Pemerintah masih dapat mengendalikan BUMN yang bersangkutan, (4) mempertimbangkan efek pengganda bagi pertumbuhan ekonomi, dan (5) organisasi/LKI dan badan usaha lain, bertujuan untuk memenuhi kewajiban Indonesia sebagai anggota serta mempertahankan proporsi kepemilikan saham (shares) dan hak suara (voting rights), serta memperoleh manfaat yang maksimal bagi kepentingan nasional, didasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku dan memperhatikan efisiensi penggunaan anggaran dan kemampuan keuangan negara.

PMN kepada BUMN

Dalam APBN tahun 2016, Pemerintah mengalokasikan dana untuk PMN kepada BUMN seperti disajikan dalam Tabel II.6.5. Namun, berdasarkan putusan Rapat Paripurna DPR, PMN kepada BUMN dikembalikan lagi pada komisi-komisi terkait yang akan dibahas dalam RAPBNP tahun 2016.

II.6-6 Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-6 Nota Keuangan dan APBN 2016

TABEL II.6.5 PMN KEPADA BUMN, 2015—2016 (miliar rupiah)

NO.

NAMA BUMN

APBNP 2015

APBN 2016

Tunai Nontunai I Program Kedaulatan Pangan

Tunai

Nontunai

1 Perum Bulog

(2.000,0) - 2 PT Perikanan Nusantara (Persero)

- (29,4) 3 PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero)

- (692,5) 4 PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero)

(1.000,0) - 5 PT Pertani (Persero)

(500,0) - 6 PT Sang Hyang Seri (Persero)

- - 7 Perum Perikanan Indonesia

- - 8 PT Garam (Persero)

- - 9 PT Perkebunan Nusantara III (Persero)

- - 10 PT Perkebunan Nusantara VII

- - 11 PT Perkebunan Nusantara IX

- - 12 PT Perkebunan Nusantara X

- - 13 PT Perkebunan Nusantara XI

- - 14 PT Perkebunan Nusantara XII

II Program Pembangunan Infrastruktur dan Maritim

1 PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (2.000,0) (18.356,6) (4.160,0) - 2 PT Sarana Multigriya Finansial (Persero)

(1.000,0) - 3 PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero)

(1.000,0) - 4 PT Hutama Karya (Persero)

(3.000,0) - 5 PT Wijaya Karya (Persero) Tbk

(4.000,0) - 6 PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk

(2.250,0) - 7 Perum Perumnas

(250,0) (235,4) 8 PT Angkasa Pura II (Persero)

(2.000,0) - 9 PT Jasa Marga (Persero) Tbk

(1.250,0) - 10 PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)

- (564,8) 11 PT Amarta Karya (Persero)

(32,1) 12 PT Waskita Karya (Persero) Tbk

- - 13 PT Adhi Karya (Persero) Tbk

- - 14 PT Kereta Api Indonesia (Persero)

- - 15 PT Djakarta Lloyd (Persero)

- - 16 PT Pelindo III (Persero)

(1.000,0) - 17 PT Pelindo IV (Persero)

- - 18 PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (Persero)

- - 19 PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero)

- - 20 PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero)

- - 21 PT Industri Kapal Indonesia (Persero)

III Program Kedaulatan Energi

1 PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)

(10.000,0) - 2 PT Geo Dipa Energi (Persero)

IV Program Pengembangan Industri Strategis

1 PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

(1.500,0) (956,5) 2 PT Industri Kereta Api (Persero)

(1.000,0) - 3 PT Barata Indonesia (Persero)

(500,0) - 4 PT Pindad (Persero)

- - 5 PT Dirgantara Indonesia (Persero)

- - 6 PT PAL Indonesia (Persero)

V Program Kemandirian Ekonomi Nasional

1 PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero)

(250,0) (500,0) - 2 PT Askrindo (Persero)

(500,0) - 3 Perum Jamkrindo

(500,0) - 4 PT Permodalan Nasional Madani (Persero)

- - 5 PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero)

- - 6 PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero)

- - 7 PT ANTAM (Persero) Tbk

Sumber: Kementerian Keuangan

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-7

Bagian II dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

Alokasi PMN kepada BUMN digunakan untuk mendukung agenda prioritas nasional melalui beberapa program prioritas, yaitu (1) program kedaulatan pangan dialokasikan kepada Perum Bulog, PT Perikanan Nusantara (Persero), PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero), PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero), dan PT Pertani (Persero), (2) program pembangunan infrastruktur dan maritim dialokasikan kepada PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero), PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero), PT Sarana Multigriya Finansial (Persero), PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Hutama Karya (Persero), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, PT Angkasa Pura II (Persero), Perum Perumnas, PT Amarta Karya (Persero), PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero), dan PT Pelindo III (Persero), (3) program kedaulatan energi dialokasikan kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), (4) program pengembangan industri strategis dialokasikan kepada PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, PT Industri Kereta Api (Persero), dan PT Barata Indonesia (Persero), dan (5) program kemandirian ekonomi nasional dialokasikan kepada PT Askrindo (Persero), Perum Jamkrindo, dan PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero). PMN kepada BUMN dalam APBN tahun 2016 menurut program prioritas seperti disajikan dalam Grafik II.6.1. Penjelasan masing-masing PMN kepada BUMN disajikan sebagai berikut.

GRAFIK II.6.1 PMN KEPADA BUMN DALAM APBN TAHUN 2016 MENURUT PROGRAM PRIORITAS (miliar rupiah)

Kedaulatan Pangan

Infrastruktur dan Maritim

Kedaulatan Energi

Pengembangan Industri Strategis

Kemandirian Ekonomi Nasional

Sumber: Kementerian Keuangan

PMN untuk Mendukung Program Kedaulatan Pangan

PMN kepada BUMN untuk mendukung program kedaulatan pangan, ditujukan antara lain untuk penguatan infrastruktur pengolahan dan penyimpanan pangan petani dalam negeri, stabilisasi harga pangan pokok, meningkatkan penyaluran beras bersubsidi, hilirisasi industri perikanan, dan stabilisasi harga komoditas gula. Rincian PMN untuk mendukung program kedaulatan pangan disajikan pada Grafik II.6.2.

II.6-8 Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-8 Nota Keuangan dan APBN 2016

GRAFIK II.6.2 RINCIAN PMN UNTUK PROGRAM KEDAULATAN PANGAN (miliar rupiah)

Perum Bulog

PT Perikanan Nusantara

PT Rajawali Nusantara Indonesia PT Perusahaan Perdagangan Indonesia PT Pertani

Sumber : Kementerian Keuangan

Perum Bulog

Perum Bulog adalah perusahaan umum milik negara yang bergerak di bidang logistik pangan. Ruang lingkup bisnis perusahaan meliputi usaha logistik/pergudangan, survei dan pemberantasan hama, penyediaan karung plastik, usaha angkutan, perdagangan komoditi pangan, dan usaha eceran. Sebagai perusahaan yang tetap mengemban tugas publik dari Pemerintah, Perum Bulog tetap melakukan kegiatan menjaga harga dasar pembelian untuk gabah, stabilisasi harga khususnya harga pokok, menyalurkan beras untuk masyarakat miskin (Raskin) dan pengelolaan stok pangan. Penggunaan dan manfaat PMN kepada Perum Bulog disajikan pada Tabel II.6.6.

TABEL II.6.6 PENGGUNAAN DAN MANFAAT PMN KEPADA PERUM BULOG

No.

Uraian

1 Penggunaan: - memperkuat struktur permodalan Perum Bulog (modal kerja), sehingga meningkatkan kemampuan dalam pengadaan dan penyaluran beras dalam mendukung ketahanan pangan

- mempercepat pembangunan unit-unit drying centre dan modern rice milling plant untuk mempercepat proses pengeringan dan pengolahan gabah dalam rangka membantu petani meningkatkan kualitas dan harga jual, mengurangi susut pasca panen pada saat pengeringan, dan meningkatkan peluang penyerapan gabah petani

2 Manfaat: - meningkatkan ketersediaan cadangan pangan Pemerintah dalam upaya mewujudkan ketahanan, kedaulatan, dan kemandirian pangan - mendorong stabilitas harga beras di tingkat produsen dan konsumen guna menahan laju inflasi - meningkatkan efektivitas dan kualitas program Raskin - mengurangi potensi kerugian masyarakat akibat kenaikan harga beras

- meningkatkan penyerapan beras petani 1,5-3 juta ton/tahun Sumber: Kementerian BUMN diolah

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-9

Bagian II dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

PT Perikanan Nusantara (Persero)

PT Perikanan Nusantara (Persero) adalah BUMN perikanan hasil penggabungan 4 BUMN di bidang perikanan yaitu PT Usaha Mina (Persero), PT Tirta Raya Mina (Persero), PT Perikanan Samodra Besar (Persero), PT Perikani (Persero), serta pengalihan aset hasil pembubaran Perum Perikanan Maluku, yang mulai efektif beroperasi per Juli 2007. Dampak dari penggabungan tersebut, antara lain menimbulkan kewajiban PT Perikanan Nusantara (Persero) berupa utang rekening dana investasi (RDI) dan subsidiary loan agreement (SLA) kepada Pemerintah yang berasal dari akumulasi kewajiban keempat BUMN tersebut.

Cakupan kegiatan usaha yang dijalankan PT Perikanan Nusantara (Persero) terdiri atas bisnis utama meliputi aktivitas dalam penangkapan ikan, pengumpulan ikan, pengolahan ikan, serta perdagangan dan pemasaran ikan. Disamping bisnis utama, terdapat pula bisnis pendukung yang meliputi pabrik dan perdagangan es, jasa-jasa seperti docking dan perbengkelan kapal, sewa gudang pendingin (cold storage), serta jasa pengolahan ikan. PMN kepada PT Perikanan Nusantara (Persero) bersifat nontunai, yaitu merupakan konversi dari utang pokok RDI/SLA Perseroan kepada Pemerintah. Penggunaan dan manfaat PMN kepada PT Perikanan Nusantara (Persero) disajikan pada Tabel II.6.7.

TABEL II.6.7 PENGGUNAAN DAN MANFAAT PMN KEPADA PT PERIKANAN NUSANTARA (PERSERO)

No.

Uraian

1 Penggunaan: - memperbaiki struktur permodalan perseroan sehingga perseroan memiliki bargaining

position yang lebih baik di mata investor dan kreditor 2 Manfaat:

- meningkatkan kesehatan finansial perseroan, sehingga perseroan dapat lebih berperan aktif dalam mewujudkan ketahanan pangan sektor maritim - memberikan efek pengganda (multiplier effect), baik dari segi finansial, maupun dampak positif penyerapan tenaga kerja - meningkatkan pertumbuhan ekspor dan memperkecil jumlah impor ikan nasional - meningkatkan tingkat konsumsi protein hewani masyarakat - meningkatkan pembayaran pajak - mendukung program kemitraan usaha nelayan individu untuk dapat bertransformasi

menuju korporatisasi - meningkatkan mutu hasil tangkapan ikan dan efisiensi dalam proses penangkapan maupun pengolahan dengan memanfaatkan teknologi

Sumber: Kementerian BUMN diolah

PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero)

PT Rajawali Nusantara Indonesia (PT RNI) (Persero) merupakan holding company dengan 10 anak perusahaan, dengan bisnis inti dan kompetensi utama di bidang agro industri, farmasi dan alat kesehatan, dan perdagangan serta properti dan jasa, yang menjadikan bidang perdagangan sebagai ujung tombak yang ditopang oleh bidang agro industri serta farmasi dan alat kesehatan. PMN kepada PT RNI (Persero) bersifat nontunai, yaitu merupakan konversi dari utang pokok RDI perseroan kepada Pemerintah. Penggunaan dan manfaat PMN kepada PT RNI (Persero) disajikan pada Tabel II.6.8.

II.6-10 Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-10 Nota Keuangan dan APBN 2016

TABEL II.6.8 PENGGUNAAN DAN MANFAAT PMN KEPADA PT RAJAWALI NUSANTARA INDONESIA (PERSERO)

No.

Uraian

1 Penggunaan: - memperbaiki debt to equity ratio melalui pengurangan kewajiban Rekening Dana Investasi (RDI) - meningkatkan modal disetor perusahaan - memperbaiki struktur modal dalam rangka meningkatkan kemampuan pendanaan

perusahaan untuk meningkatkan kapasitas usaha perusahaan dalam bentuk revitalisasi pabrik gula, pengembangan bisnis sawit, dan pengembangan bisnis properti yang dimiliki perseroan

2 Manfaat: - mendukung percepatan kinerja operasional dan keuangan perusahaan yang akan berdampak pada peningkatan laba dan mendorong penerimaan pajak maupun dividen - mendukung terealisasinya program strategis Pemerintah di bidang ketahanan pangan melalui swasembada gula - meningkatkan kegiatan usaha masyarakat yang terkait bidang usaha perseroan

Sumber: Kementerian BUMN diolah

PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero)

PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PT PPI) (Persero), atau Indonesia Trading Company (ITC) merupakan hasil penggabungan dari 3 BUMN yakni PT Dharma Niaga (Persero), PT Pantja Niaga (Persero), dan PT Cipta Niaga (Persero), yang berdiri pada tahun 2003. Kegiatan utama perseroan adalah perdagangan internasional dan perdagangan dalam negeri, antara lain yang mencakup ekspor, impor, antarpulau, perdagangan lokal, distribusi, perwakilan dan keagenan, juga pengadaan barang-barang hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, perikanan, dan perdagangan besar farmasi. Penggunaan dan manfaat PMN kepada PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) disajikan pada Tabel II.6.9.

TABEL II.6.9 PENGGUNAAN DAN MANFAAT PMN KEPADA PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA (PERSERO)

No.

Uraian

1 Penggunaan: - revitalisasi sistem logistik dan distribusi dengan melakukan revitalisasi 9 gudang dengan total kapasitas 167.600 ton menjadi gudang modern berstandar gudang pangan beserta kelengkapannya

- pengembangan teknologi informasi, baik software maupun hardware sebagai pendukung sistem informasi perdagangan, sistem logistik, dan sistem distribusi berbasis Enterprise Resource Planning (ERP)

2 Manfaat: - mendukung program Pemerintah khususnya ketahanan pangan sebagai pemegang stok nasional dan stabilisator harga pangan nasional - menunjang pertumbuhan ekonomi nasional dan membuka lapangan kerja - meningkatkan kontribusi penerimaan pajak dan dividen kepada Pemerintah - memperkuat peran perseroan untuk meningkatkan kapasitas pelayanan kepada

masyarakat dalam rangka memenuhi ketersediaan dan kestabilan harga bahan pangan Sumber: Kementerian BUMN diolah

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-11

Bagian II dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

PT Pertani (Persero)

PT Pertani (Persero) merupakan BUMN yang kegiatan usahanya meliputi penyediaan sarana produksi pertanian, peralatan mesin pertanian dan pengolahan lahan pertanian (on farm), serta pelayanan kegiatan pascapanen pertanian (off-farm) meliputi pengolahan produk pertanian, pengelolaan pergudangan dan pengelolaan aset. Penggunaan dan manfaat PMN kepada PT Pertani (Persero) disajikan pada Tabel II.6.10.

TABEL II.6.10 PENGGUNAAN DAN MANFAAT PMN KEPADA PT PERTANI (PERSERO)

No.

Uraian

1 Penggunaan: - peningkatan kuantitas benih padi, jagung Hibrida dan kedelai - peningkatan kuantitas gabah dan beras

2 Manfaat: - Meningkatkan utilisasi sarana produksi penggilingan dari ± 50 % saat ini menjadi ± 96 % pada tahun 2016, dan mencapai kapasitas penuh pada tahun 2017 - Mendukung percepatan pencapaian swasembada beras menuju Kedaulatan Pangan

- Mendukung agroindustri di pedesaan di seluruh indonesia - Meningkatkan struktur permodalan dan kapasitas usaha perseroan

Sumber: Kementerian BUMN diolah

PMN untuk Mendukung Program Pembangunan Infrastruktur dan Maritim

PMN kepada BUMN untuk mendukung program pembangunan infrastruktur dan maritim, ditujukan antara lain untuk pembangunan ruas jalan tol di Sumatera, pengembangan bandara, pembangunan perumahan sederhana, pengadaan kapal laut, dan pembiayaan infrastruktur lainnya. Rincian PMN untuk mendukung program pembangunan infrastruktur dan maritim disajikan pada Grafik II.6.3.

GRAFIK II.6.3 RINCIAN PMN UNTUK PROGRAM INFRASTRUKTUR DAN MARITIM (miliar rupiah)

PT Sarana Multi Infrastruktur

PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia 2.000,0

564,8 PT Sarana Multigriya Finansial 485,4

PT Jasa Marga PT Hutama Karya PT Wijaya Karya

PT Pembangunan Perumahan

Perum Perumnas 3.000,0 4.000,0

PT Pelayaran Nasional Indonesia PT Angkasa Pura II PT Amarta Karya PT Pelindo III

Sumber : Kementerian Keuangan

II.6-12 Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-12 Nota Keuangan dan APBN 2016

PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero)

PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI) (Persero) adalah perusahaan pembiayaan infrastruktur yang diharapkan berperan aktif dalam memfasilitasi pembiayaan infrastruktur, melakukan kegiatan pengembangan proyek, dan memberikan pelayanan jasa konsultasi untuk proyek- proyek infrastruktur di Indonesia. PT SMI (Persero) bertugas mendukung agenda pembangunan infrastruktur Pemerintah Indonesia melalui kemitraan dengan lembaga-lembaga keuangan swasta dan/atau multilateral dalam skema KPS. Dengan demikian, PT SMI (Persero) dapat berfungsi sebagai katalis dalam percepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia. Penggunaan dan manfaat PMN kepada PT SMI (Persero) disajikan pada Tabel II.6.11.

TABEL II.6.11 PENGGUNAAN DAN MANFAAT PMN KEPADA PT SARANA MULTI INFRASTRUKTUR (PERSERO)

No.

Uraian

1 Penggunaan: - meningkatkan kapasitas usaha perseroan di bidang pembiayaan infrastruktur dalam rangka mempercepat pembangunan infrastruktur di Indonesia - memperkuat struktur permodalan perseroan sehingga meningkatkan kapasitas pembiayaan perseroan untuk berpartisipasi dalam pembiayaan proyek-proyek infrastruktur strategis

- meningkatkan kemampuan leveraging perseroan dengan memanfaatkan sumber dana dari lembaga multilateral, pasar modal, dan dana pensiun, khususnya dalam rangka mempersiapkan terbentuknya Lembaga Pembiayaan Pembangunan Indonesia (LPPI)

- mendukung perseroan untuk melaksanakan kegiatan advisory dan penyiapan proyek KPS 2 Manfaat:

- meningkatkan produktivitas dan efisiensi biaya akibat berkurangnya hambatan di bidang logistik dan listrik sebagai dampak peningkatan infrastruktur - mendukung peningkatan investasi sektor infrastruktur yang selanjutnya akan berdampak pada peningkatan PDB, produktivitas nasional, dan daya saing Indonesia - meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan standar hidup masyarakat

Sumber: Kementerian Keuangan

PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero)

PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII) (Persero) merupakan BUMN yang dibentuk oleh Pemerintah sebagai penyedia penjaminan yang kredibel. PT PII (Persero) bertindak sebagai penjamin bagi sektor swasta atas berbagai risiko infrastruktur yang mungkin timbul sebagai akibat dari tindakan atau tidak adanya tindakan Pemerintah yang dapat menimbulkan kerugian finansial bagi proyek KPS infrastruktur, seperti keterlambatan pengurusan perijinan, lisensi, perubahan peraturan perundangan-undangan, ketiadaan penyesuaian tarif, kegagalan pengintegrasian jaringan/fasilitas, dan risiko-risiko lainnya yang ditanggung atau dialokasikan ke Pemerintah dalam masing-masing kontrak KPS. Penggunaan dan manfaat PMN kepada PT PII (Persero) disajikan pada Tabel II.6.12.

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-13

Bagian II dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

TABEL II.6.12 PENGGUNAAN DAN MANFAAT PMN KEPADA PT PENJAMINAN INFRASTRUKTUR INDONESIA (PERSERO)

No.

Uraian

1 Penggunaan: - memperkuat struktur permodalan dan peningkatan kapasitas usaha untuk melakukan penjaminan dalam proyek infrastruktur

2 Manfaat: - mendorong percepatan pembangunan proyek-proyek infrastruktur Pemerintah dengan skema KPS - memagari (ring-fencing) APBN terhadap adanya potensi klaim dari proyek KPS

- memperkuat kapasitas penjaminan sehingga akan memperbanyak proyek KPS yang dapat dijamin - meningkatkan kepercayaan pasar terhadap skema penjaminan proyek KPS oleh perseroan

Sumber: Kementerian Keuangan

PT Sarana Multigriya Finansial (Persero)

PT Sarana Multigriya Finansial (PT SMF) (Persero) adalah BUMN yang didirikan dalam rangka membangun dan mengembangkan pasar pembiayaan sekunder perumahan di Indonesia sesuai Perpres No.1 Tahun 2008 juncto Perpres No.19 Tahun 2005. Peran ini dilakukan oleh PT SMF (Persero) dengan menyediakan dana jangka menengah atau jangka panjang dari pasar modal ke pasar pembiayaan primer perumahan. Hal ini dilakukan dengan penyaluran pinjaman dan sekuritisasi. Penggunaan dan manfaat PMN kepada PT SMF (Persero) disajikan pada Tabel

II.6.13.

TABEL II.6.13 PENGGUNAAN DAN MANFAAT PMN KEPADA PT SARANA MULTIGRIYA FINANSIAL (PERSERO)

No.

Uraian

1 Penggunaan: - memperbaiki struktur permodalan dan meningkatkan kapasitas usaha dalam rangka pengembangan pasar pembiayaan sekunder perumahan untuk mendukung program Pemerintah di bidang perumahan rakyat

2 Manfaat: - meningkatkan kapasitas penyaluran pinjaman, dalam mendukung program sejuta rumah dengan menyediakan dana jangka menengah dan jangka panjang dari pasar modal kepada bank pelaksana

- membantu Pemerintah dalam mengatasi backlog perumahan - meningkatkan keterjangkauan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dalam mengakses

pembiayaan perumahan - mendukung penyediaan infrastruktur perumahan

Sumber: Kementerian Keuangan

PT Jasa Marga (Persero) Tbk

PT Jasa Marga (Persero) Tbk adalah BUMN yang bergerak di bidang penyelenggara layanan jasa jalan tol. Sejak awal berdirinya, perseroan memiliki peran sebagai operator dan memikul tanggung jawab sebagai otoritas jalan tol di Indonesia. Sebagai perusahaan jalan tol pertama di

II.6-14 Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-14 Nota Keuangan dan APBN 2016

Indonesia yang telah berpengalaman lebih dari 37 tahun dalam membangun dan mengoperasikan jalan tol, saat ini PT Jasa Marga (Persero) Tbk adalah pimpinan dalam industrinya dengan mengelola lebih dari 531 km jalan tol atau 76 persen dari total jalan tol di Indonesia. Penggunaan dan manfaat PMN kepada PT Jasa Marga (Persero) Tbk disajikan pada Tabel II.6.14.

TABEL II.6.14 PENGGUNAAN DAN MANFAAT PMN KEPADA PT JASA MARGA (PERSERO) TBK

No.

Uraian

1 Penggunaan: - investasi dan kegiatan dalam rangka pelaksanaan program prioritas Pemerintah di bidang infrastruktur 2 Manfaat:

- mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan kemudahan pergerakan barang dan jasa - memperkuat daya saing perseroan untuk terus mempertahankan pangsa pasar mayoritas

pengelola jalan tol dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) - mendorong penyediaan infrastruktur jalan

Sumber: Kementerian BUMN diolah

PT Hutama Karya (Persero)

PT Hutama Karya (Persero) adalah BUMN yang bergerak di bidang konstruksi dan bangunan di Indonesia. Perseroan telah melakukan terobosan dengan diversifikasi usaha melalui pendirian unit bisnis HakaPole, yaitu Pabrik Tiang Penerangan Jalan Umum dan melakukan ekspansi usaha di luar negeri. Sejalan dengan pengembangan inovasi, perseroan telah mampu menghasilkan produk dengan teknologi tinggi berupa jembatan bentang panjang. Penggunaan dan manfaat PMN kepada PT Hutama Karya (Persero) disajikan pada Tabel II.6.15.

TABEL II.6.15 PENGGUNAAN DAN MANFAAT PMN KEPADA PT HUTAMA KARYA (PERSERO)

No.

Uraian

1 Penggunaan: - melaksanakan penugasan Pemerintah dalam melakukan pengusahaan jalan tol di Sumatera - meningkatkan kapasitas (leverage ) badan usaha untuk mendapatkan porsi pinjaman dalam melakukan pembiayaan investasi pengusahaan jalan tol

2 Manfaat: - meningkatkan efisiensi ekonomi dalam hal biaya produksi, kualitas produk atau ketersediaan produk, serta biaya untuk mendapatkan input produksi dan biaya produksi ke konsumen

- meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui efek pengganda (multiplier effect) dari elastisitas investasi - meningkatkan mobilitas penduduk, barang, serta nilai tanah dan perkembangan aktivitas ekonomi

- meningkatkan konektivitas antarkota yang secara langsung mendorong peningkatan aktivitas ekonomi dan industri Sumber: Kementerian BUMN diolah

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-15

Bagian II dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk merupakan perusahaan BUMN yang bergerak di bidang konstruksi dan engineering, procurement, dan construction (EPC). Dalam perkembangannya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk telah berevolusi menjadi perusahaan infrastruktur yang terintegrasi melalui pengembangan sejumlah anak perusahaan, diantaranya WIKA Beton, WIKA Intrade, dan WIKA Realty. Penggunaan dan manfaat PMN kepada PT Wijaya Karya (Persero) Tbk disajikan pada Tabel II.6.16.

TABEL II.6.16 PENGGUNAAN DAN MANFAAT PMN KEPADA PT WIJAYA KARYA (PERSERO) TBK

No.

Uraian

1 Penggunaan: - memperkuat struktur permodalan dan meningkatkan kapasitas usaha dalam melaksanakan proyek infrastruktur antara lain pembangkit listrik, Kawasan Industri Kuala Tanjung, Pembangunan Water Treatment Plant , serta jalan tol.

2 Manfaat: - mempercepat proses pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur - meningkatkan penyerapan tenaga kerja lokal selama masa konstruksi, operasi, dan

perawatan - meningkatkan daya saing perusahaan konstruksi di pasar domestik dan regional - meningkatkan reputasi perseroan dengan mengurangi eksposur perseroan terhadap

utang - meningkatkan peran BUMN dalam pembangunan dan menciptakan potensi baru bagi

daerah-daerah yang dilalui oleh pengembangan proyek perseroan Sumber: Kementerian BUMN diolah

PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk

PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk adalah salah satu BUMN yang bergerak di bidang perencanaan dan konstruksi bangunan (real estate). Melalui keahlian tenaga kerja dan kemampuan multi disiplin dalam menjalankan usahanya, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan memberikan solusi untuk setiap tahapan kegiatan usaha yang dimiliki oleh pelanggan. Penggunaan dan manfaat PMN kepada PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk disajikan pada Tabel II.6.17.

II.6-16 Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-16 Nota Keuangan dan APBN 2016

TABEL II.6.17 PENGGUNAAN DAN MANFAAT PMN KEPADA PT PEMBANGUNAN PERUMAHAN (PERSERO) TBK

No.

Uraian

1 Penggunaan: - memperbaiki serta memperkuat struktur permodalan

- meningkatkan kapasitas usaha perseroan dalam melaksanakan proyek yang berskala besar di bidang energi, infrastruktur, dan aplikasi bisnis guna memberikan nilai tambah di setiap fungsi

- mempertahankan kepemilikan negara dalam struktur right issue tahun 2016 2 Manfaat:

- mendorong penyerapan tenaga kerja - meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar secara langsung ataupun tidak

langsung melalui investasi di bidang pembangkit listrik dan pengembangan kawasan pelabuhan

- mempertahankan kepemilikan Pemerintah, sehingga saham kepemilikan Pemerintah tidak akan mengalami dilusi

- mendorong pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah, serta mendorong pertumbuhan industri sekitar

- meningkatkan kemampuan perseroan dalam melakukan proyek yang berskala besar di

bidang energi dan meningkatkan daya saing dalam skala nasional maupun regional Sumber: Kementerian BUMN diolah

PT Angkasa Pura II (Persero)

PT Angkasa Pura II (Persero) adalah BUMN yang bergerak di bidang pengelolaan dan pegusahaan bandar udara (bandara) di Indonesia yang secara khusus menitikberatkan pelayanan pada Indonesia bagian barat. PT Angkasa Pura II mengelola 13 bandara, yaitu Bandara Soekarno- Hatta (Jakarta), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Kualanamu (Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Padang), Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Sultan Syarif Kasim

II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah (Tanjung Pinang), Sultan Thaha (Jambi), Depati Amir (Pangkal Pinang), dan Silangit (Tapanuli Utara). Penggunaan dan manfaat PMN kepada PT Angkasa Pura II (Persero) disajikan pada Tabel II.6.18.

TABEL II.6.18 PENGGUNAAN DAN MANFAAT PMN KEPADA PT ANGKASA PURA II (PERSERO)

No.

Uraian

1 Penggunaan: - memperbaiki struktur permodalan dan meningkatkan kapasitas usaha perseroan dalam

rangka pembebasan lahan untuk pembangunan runway 3 Bandara Soekarno-Hatta 2 Manfaat:

- memberikan kesempatan perbaikan runway eksisting yang telah berumur 28 tahun - meningkatkan keselamatan dan keamanan operasi penerbangan di Bandara Soekarno-

Hatta - mendukung program Pemerintah dari segi pembangunan infrastruktur - meningkatkan konektivitas transportasi antarwilayah dan internasional - meningkatkan ketepatan waktu (on time performance ) airlines dan meningkatkan

pelayanan kepada penumpang dengan berkurangnya antrian secara signifikan pada saat pesawat mendarat

Sumber: Kementerian BUMN diolah Nota Keuangan dan APBN 2016

II.6-17

Bagian II dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

Perum Perumnas

Perum Perumnas adalah BUMN yang bergerak di bidang penyediaan perumahan dan permukiman. Perumnas didirikan sebagai solusi Pemerintah dalam menyediakan perumahan yang layak bagi masyarakat menengah ke bawah. Sejak didirikan pada tahun 1974, Perum Perumnas tampil dan berperan sebagai pioneer dalam penyediaan perumahan dan permukiman berkualitas bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. PMN kepada Perum Perumnas bersifat tunai dan nontunai, yaitu konversi utang pokok RDI perseroan kepada Pemerintah. Penggunaan dan manfaat PMN kepada Perum Perumnas disajikan pada Tabel II.6.19.

TABEL II.6.19 PENGGUNAAN DAN MANFAAT PMN KEPADA PERUM PERUMNAS

No.

Uraian

1 Penggunaan: - mempercepat pengadaan lahan sebagai bahan baku utama bisnis perusahaan dan penyediaan rumah, baik rumah tapak maupun rumah susun untuk masyarakat menengah ke bawah

- meningkatkan modal kerja untuk membangun rumah rakyat dalam menambah capaian kapasitas produksi

- mempercepat pembiayaan konstruksi pembangunan rumah dan infrastruktur dengan target sasaran pembangunan rumah sederhana tapak (RST), pembangunan rumah susun milik, peremajaan rusun, dan pengembangan kawasan kumuh terutama untuk rusun pengganti

2 Manfaat: - menurunkan backlog nasional di bidang perumahan melalui penyediaan perumahan rakyat - meningkatkan penerimaan pajak dan dividen dari keuntungan perusahaan kepada Pemerintah - meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan moda-moda perekonomian baru di sekitar kawasan yang akan dikembangkan - meningkatkan perbaikan kualitas perumahan dan lingkungan hidup

Sumber: Kementerian BUMN diolah

PT Amarta Karya (Persero)

PT Amarta Karya (Persero) adalah BUMN yang kegiatan usahanya melakukan pekerjaan perekayasaan dan rancang bangun, produksi, fabrikasi, perakitan, serta melakukan usaha konstruksi, jasa konstruksi dan pekerjaan konstruksi. Bidang usaha jasa konstruksi meliputi 3 aspek, yaitu desain, fabrikasi dan pemasangan untuk pekerjaan konstruksi baja; transportasi, dan sumber daya air. PMN kepada PT Amarta Karya (Persero) bersifat nontunai, yaitu konversi utang pokok SLA perseroan kepada Pemerintah. Penggunaan dan manfaat PMN kepada PT Amarta Karya (Persero) disajikan pada Tabel II.6.20.

II.6-18 Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-18 Nota Keuangan dan APBN 2016

TABEL II.6.20 PENGGUNAAN DAN MANFAAT PMN KEPADA PT AMARTA KARYA (PERSERO)

No.

Uraian

1 Penggunaan: - meningkatkan kemampuan perseroan untuk me-leverage pendanaan, yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan kapasitas usaha dan percepatan program prioritas Pemerintah terkait infrastruktur energi

- memperbaiki struktur permodalan 2 Manfaat:

- meningkatkan kemampuan perseroan dalam melakukan pengembangan usaha yang lebih luas

- mempercepat pertumbuhan ekonomi, serta meningkatkan mobilitas penduduk dan - meningkatkan perolehan pajak dan dividen bagi Pemerintah barang

- meningkatkan nilai tanah dan aktivitas perekonomian Sumber: Kementerian BUMN diolah

PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)

PT Pelayaran Nasional Indonesia (PT Pelni) (Persero) adalah perusahaan pelayaran nasional yang menyediakan jasa angkutan transportasi laut, meliputi jasa angkutan penumpang dan muatan barang antarpulau. Sesuai misinya dalam mengelola dan mengembangkan angkutan laut guna menjamin aksesibilitas masyarakat untuk menunjang terwujudnya wawasan nusantara, PT Pelni (Persero) melaksanakan tanggung jawabnya dengan tidak hanya terbatas melayani pelayaran rute komersial, tetapi juga melayani rute-rute pulau kecil terluar. PMN kepada PT Pelni (Persero) bersifat nontunai, yaitu merupakan konversi dari utang pokok SLA perseroan kepada Pemerintah. Penggunaan dan manfaat PMN kepada PT Pelni (Persero) disajikan pada Tabel II.6.21.

TABEL II.6.21 PENGGUNAAN DAN MANFAAT PMN KEPADA PT PELAYARAN NASIONAL INDONESIA (PERSERO)

No.

Uraian

1 Penggunaan: - memperkuat struktur permodalan perseroan 2 Manfaat:

- meningkatkan kemampuan perseroan dalam pendanaan investasinya - memperbaiki posisi Debt to Equity Ratio (DER) perseroan

Sumber: Kementerian BUMN diolah

PT Pelindo III (Persero)

PT Pelindo III (Persero) adalah BUMN yang bergerak dalam jasa kepelabuhan yang didirikan dengan tujuan, antara lain untuk menjadi penggerak dan pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia tengah dan timur. Penggunaan dan manfaat PMN kepada PT Pelindo III (Persero) disajikan pada Tabel II.6.22.

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-19

Bagian II dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

TABEL II.6.22 PENGGUNAAN DAN MANFAAT PMN KEPADA PT PELINDO III (PERSERO)

No.

Uraian

1 Penggunaan: - melaksanakan program pembangunan dan pengembangan aksesibilitas laut - melaksanakan program pengembangan pelabuhan di Kawasan Timur Indonesia untuk

mempercepat pertumbuhan ekonomi dan perdagangan serta mendukung program Tol Laut

- melaksanakan program pengembangan terminal penumpang, pelayaran rakyat dan

fasilitas penunjang pelabuhan 2 Manfaat: - percepatan pembangunan ekonomi nasional berbasis maritim

- meningkatkan kapasitas 24 pelabuhan untuk mendukung tol laut yang terdiri 5

pelabuhan hub dan 19 pelabuhan feeder, terutama yang berada dalam wilayah kerja Perusahaan

- mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar melalui peningkatan arus distribusi barang ke pulau-pulau kecil dengan menggunakan peti kemas - mendapatkan pelayanan prima di terminal penumpang kapal laut dengan standar kenyamanan dan keamanan seperti di bandara - mengembangkan pelabuhan berwawasan lingkungan (green port )

Sumber: Kementerian BUMN diolah

PMN untuk Mendukung Program Kedaulatan Energi

PMN kepada BUMN untuk mendukung program kedaulatan energi dialokasikan kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).

PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)

PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) merupakan BUMN yang diberi kewenangan oleh Pemerintah dalam penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum, serta diberikan tugas untuk melaksanakan pekerjaan usaha penunjang tenaga listrik. Dalam menjalankan usahanya, PT PLN (Persero) mempunyai 3 unit bisnis yaitu unit bisnis pembangkitan, unit bisnis penyaluran, dan unit bisnis distribusi. Penggunaan dan manfaat PMN kepada PT PLN (Persero) disajikan pada Tabel II.6.23.

II.6-20 Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-20 Nota Keuangan dan APBN 2016

TABEL II.6.23 PENGGUNAAN DAN MANFAAT PMN KEPADA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO)

- memperbaiki struktur permodalan perseroan dalam rangka mendukung pendanaan

proyek 35.000 MW sampai dengan tahun 2019 - meningkatkan kemampuan pendanaan perseroan untuk membiayai pembangunan

infrastruktur kelistrikan - memberikan dukungan kepada Pemerintah dalam pembangunan infrastruktur kelistrikan sebagai salah satu daya dorong terlaksananya program prioritas Pemerintah yang tertuang dalam Nawacita

2 Manfaat:

- memberikan sinyal positif kepada pasar bahwa pemegang saham PT PLN (Persero)

mempunyai komitmen untuk memperbaiki neraca PT PLN (Persero) - meningkatkan ketersediaan daya mampu dan cadangan daya terhadap beban puncak

(reserve margin) untuk mendukung pasokan listrik - meningkatkan kapasitas pelayanan penyediaan listrik melalui kualitas distribusi listrik

- memberikan efek pengganda (multiplier effect ) melalui penyerapan tenaga kerja dan

peningkatan sektor ekonomi riil Sumber: Kementerian BUMN diolah

PMN untuk mendukung Program Pengembangan Industri Strategis

PMN kepada BUMN untuk mendukung program pengembangan industri strategis, ditujukan antara lain untuk pengembangan peralatan dan mesin untuk agro industri, pengembangan industri manufaktur kereta api, dan pengembangan industri baja. Rincian PMN untuk mendukung program pengembangan industri strategis disajikan pada Grafik II.6.4.

GRAFIK II.6.4 RINCIAN PMN UNTUK PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI STRATEGIS (miliar rupiah)

PT Barata Indonesia Sumber : Kementerian Keuangan Nota Keuangan dan APBN 2016

PT Krakatau Steel

PT industri Kereta Api

II.6-21

Bagian II dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

PT Barata Indonesia (Persero)

PT Barata Indonesia (Persero) adalah BUMN yang bergerak di bidang Engineering Procurement & Construction (EPC), pengecoran (foundry), dan metalworks untuk agro industri, perkeretaapian, minyak dan gas, pembangkit listrik dan pengairan. Penggunaan dan manfaat PMN kepada PT Barata Indonesia (Persero) disajikan pada Tabel II.6.24.

TABEL II.6.24 PENGGUNAAN DAN MANFAAT PMN KEPADA PT BARATA INDONESIA (PERSERO)

No.

Uraian

1 Penggunaan: - pengembangan pabrik pengecoran (foundry ) - pembangunan pabrik pusat penempaan (forging ) dan permesinan (machining center ) - pengembangan pabrik industri agro

2 Manfaat: - mendorong program pembangunan infrastruktur nasional melalui pemenuhan pasokan komponen peralatan perkeretapian (bogie set ) - mendukung penghematan devisa melalui pengadaan komponen substitusi impor di bidang agro industri dan transportasi - mendorong peningkatan penerimaan setoran pajak dan dividen - mendorong pengembangan UMKM dan penyerapan tenaga kerja

Sumber: Kementerian BUMN diolah

PT Industri Kereta Api (Persero)

PT Industri Kereta Api (PT INKA) (Persero) adalah satu-satunya BUMN yang bergerak di industri manufaktur perkeretaapian di Indonesia bahkan di kawasan ASEAN. PT INKA (Persero) merupakan industri strategis yang sangat mendukung sektor transportasi darat khususnya sektor kereta api. Produk-produk PT INKA (Persero) digunakan di dalam negeri maupun diekspor ke Filipina, Singapura, Thailand, Malaysia, Australia, dan Bangladesh. Penggunaan dan manfaat PMN kepada PT INKA (Persero) disajikan pada Tabel II.6.25.

TABEL II.6.25 PENGGUNAAN DAN MANFAAT PMN KEPADA PT INDUSTRI KERETA API (PERSERO)

No.

Uraian

1 Penggunaan: - memperbaiki struktur modal dan me-leverage pendanaan perseroan, antara lain

digunakan untuk penyelesaian proyek KRL Airport Link Bandara Soekarno-Hatta - meningkatkan daya saing dengan belanja investasi untuk peningkatan kapasitas dan

kapabilitas produksi, serta peningkatan kualitas produk - meningkatkan kapasitas produksi khususnya kereta berpenggerak melalui pembangunan workshop di Gresik 2 Manfaat: - mendukung terealisasinya angkutan masal yang ramah lingkungan, efektif, dan efisien melalui pemenuhan sarana kereta api - menambah penyerapan tenaga kerja - memberikan efek pengganda (multiplier effect ) yang memacu pertumbuhan industri

pendukung dalam negeri - meningkatkan daya saing perseroan secara regional maupun internasional melalui

peningkatan kualitas produk dan mampu meraih peluang pasar - meningkatkan nilai investasi Pemerintah di sektor industri - meningkatkan kontribusi pajak dan dividen

Sumber: Kementerian BUMN diolah II.6-22

Nota Keuangan dan APBN 2016 Nota Keuangan dan APBN 2016

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk adalah BUMN yang memiliki bidang usaha industri baja terpadu dari hulu ke hilir (integrated industry) yang dimulai dari industri pembuatan besi (iron making) hingga industri pengolahan baja (steel making). PMN kepada PT Krakatau Steel (Persero) Tbk sebagian bersifat tunai dan sebagian lain bersifat nontunai yang merupakan konversi dividen. Penggunaan dan manfaat PMN kepada PT Krakatau Steel (Persero) Tbk disajikan pada Tabel

II.6.26.

TABEL II.6.26 PENGGUNAAN DAN MANFAAT PMN KEPADA PT KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK

No.

Uraian

1 Penggunaan: - PMN nontunai, dimaksudkan sebagai pemenuhan legalitas kapitalisasi laba tahun 2010

yang telah dilaporkan sebagai dividen saham oleh PT Krakatau Steel (Persero) Tbk - PMN tunai, digunakan untuk mendukung pembiayaan pembangunan Hot Strip Mill

(HSM) #2 dan pembangunan pembangkit listrik 2 Manfaat: - PMN nontunai akan mempertegas hak kepemilikan saham Pemerintah - PMN tunai untuk mempertahankan komposisi kepemilikan saham negara pada

perseroan melalui right issue - meningkatkan kapasitas usaha dan memperbaiki stuktur modal perseroan untuk mendukung proyek-proyek strategis - memperkuat daya saing sektor industri dasar nasional untuk mendukung program

pembangunan infrastruktur Pemerintah Sumber: Kementerian BUMN diolah

PMN untuk Mendukung Program Kemandirian Ekonomi Nasional

PMN kepada BUMN untuk mendukung program kemandirian ekonomi nasional ditujukan terutama untuk pembiayaan modal KUMKM. Rincian PMN untuk mendukung program kemandirian ekonomi nasional disajikan pada Grafik II.6.5.

GRAFIK II.6.5 RINCIAN PMN UNTUK MENDUKUNG PROGRAM KEMANDIRIAN EKONOMI NASIONAL

(miliar rupiah)

500,0 PT Asuransi Kredit Indonesia Perum Jamkrindo PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia

Sumber : Kementerian Keuangan Nota Keuangan dan APBN 2016

II.6-23

Bagian II dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero)

PT Asuransi Kredit Indonesia (PT Askrindo) (Persero) merupakan BUMN yang bergerak dalam asuransi dan/atau penjaminan. PT Askrindo (Persero) menjalankan peran dan fungsinya sebagai collateral subtitution institution, yaitu lembaga penjamin yang menjembatani kesenjangan antara KUMKM yang layak namun tidak memiliki agunan cukup untuk memperoleh kredit dengan lembaga keuangan, baik bank maupun lembaga nonbank (feasible tetapi tidak bankable). Penggunaan dan manfaat PMN kepada PT Askrindo (Persero) disajikan pada Tabel II.6.27.

TABEL II.6.27 PENGGUNAAN DAN MANFAAT PMN KEPADA PT ASURANSI KREDIT INDONESIA (PERSERO)

No.

Uraian

1 Penggunaan: - meningkatkan kapasitas usaha penjaminan KUR demi kelangsungan dan perkembangan kegiatan sektor riil oleh KUMKM 2 Manfaat: - meningkatkan jumlah KUMKM yang dijamin perseroan

- memberikan akses pembiayaan kepada KUMKM yang memiliki usaha yang layak namun tidak memiliki agunan - meningkatkan pendapatan negara melalui sektor perpajakan secara tidak langsung - meningkatkan kinerja keuangan melalui pengelolaan dana perseroan, sehingga dapat

memperoleh hasil investasi dan meningkatkan kepercayaan mitra usaha dalam menjalin kerja sama bisnis

Sumber: Kementerian BUMN diolah

Perum Jaminan Kredit Indonesia

Perum Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) adalah BUMN yang memberikan layanan usaha di bidang penjaminan kredit bagi KUMKM, termasuk kegiatan penjaminan kredit perorangan, jasa konsultasi, dan jasa manajemen kepada KUMKM. Fokus usaha penjaminan Perum Jamkrindo saat ini adalah pemberian penjaminan kredit/pembiayaan bank maupun badan usaha lainnya dengan pola konvensional maupun syariah. Penjaminan syariah (kafalah) Perum Jamkrindo adalah penjaminan syariah pertama di Indonesia. Penggunaan dan manfaat PMN kepada Perum Jamkrindo disajikan pada Tabel II.6.28.

TABEL II.6.28 PENGGUNAAN DAN MANFAAT PMN KEPADA PERUM JAMINAN KREDIT INDONESIA

No.

Uraian

1 Penggunaan: - meningkatkan kapasitas penjaminan KUR demi kelangsungan dan perkembangan kegiatan sektor riil oleh KUMKM 2 Manfaat: - menjamin keberlanjutan program penjaminan KUR - menunjang kebijakan dan program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan

nasional, dengan melaksanakan kegiatan penjaminan kredit bagi KUMKM - meningkatkan penerimaan pajak negara - meningkatkan rata-rata penyaluran kredit kepada KUMKM - meningkatkan penyerapan tenaga kerja produktif melalui program KUR

Sumber: Kementerian BUMN diolah II.6-24

Nota Keuangan dan APBN 2016 Nota Keuangan dan APBN 2016

PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero)

PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (PT BPUI) (Persero) adalah salah satu BUMN yang didirikan untuk mengembangkan sektor usaha riil melalui pembiayaan keuangan terhadap KUMKM di Indonesia. PT BPUI (Persero) saat ini adalah induk dari perusahaan Bahana Group yang terdiri atas 4 perusahaan, yaitu PT Bahana Securities (investment banking, securities trading dan brokerage), PT Bahana TCW Investment Management (investment management dan advisory), PT Bahana Artha Ventura (modal ventura), serta PT Graha Niaga Tata Utama (office building management). Penggunaan dan manfaat PMN kepada PT BPUI (Persero) disajikan pada Tabel II.6.29.

TABEL II.6.29 PENGGUNAAN DAN MANFAAT PMN KEPADA PT BAHANA PEMBINAAN USAHA INDONESIA (PERSERO)

No.

Uraian

1 Penggunaan: PMN akan disalurkan sepenuhnya kepada anak perusahaan PT BPUI (Persero) yang bergerak

di bidang modal ventura bagi UMKM yaitu PT Bahana Artha Ventura, yang digunakan untuk : - memperkuat struktur modal perseroan sehingga dapat menerbitkan surat utang dalam rangka meningkatkan kapasitas perusahaan dalam melakukan penyaluran kepada KUMKM

- memperluas jaringan usaha dan terus menumbuhkembangkan KUMKM - meningkatkan ekspansi dan pertumbuhan pembiayaan KUMKM

2 Manfaat: - mendukung pertumbuhan wirausaha baru yang memiliki kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah terpencil - meningkatkan kesejahteraan pelaku KUMKM dan meningkatkan aset KUMKM di Indonesia - meningkatkan pergerakan sektor riil yang secara langsung menyediakan lapangan kerja - mendukung ketahanan pangan melalui pembiayaan yang berfokus pada sektor pertanian

dan bidang pendukungnya Sumber: Kementerian BUMN diolah

Boks II.6.1 PMN KEPADA BUMN

Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut dengan BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Pembentukan BUMN dilakukan untuk mengemban tugas penting Pemerintah dalam rangka pemenuhan kewajiban pelayanan negara kepada masyarakat, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang BUMN.

Sementara itu, pengertian PMN menurut UU Nomor 27 Tahun 2014 tentang APBN Tahun Anggaran 2015 adalah dana APBN yang dialokasikan menjadi kekayaan negara yang dipisahkan, atau penetapan cadangan perusahaan atau sumber lain untuk dijadikan sebagai modal BUMN dan/atau perseroan terbatas lainnya dan dikelola secara korporasi, termasuk penyertaan modal kepada Organisasi/LKI dan PMN lainnya. PMN pada dasarnya mempresentasikan kepemilikan Negara terhadap sebuah perusahaan negara yang menjadi investasi jangka panjang Pemerintah. Setiap perubahan PMN, baik berupa penambahan maupun pengurangan, termasuk perubahan terhadap struktur kepemilikan saham negara,

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-25

Bagian II dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah. Sampai dengan akhir tahun 2014 terdapat 125 BUMN yang dimiliki Pemerintah, dengan nilai PMN sebesar Rp877,8 triliun. Keseluruhan BUMN tersebut mempunyai total aset Rp4.607,2 triliun, total pendapatan Rp1.999,3 triliun, menghasilkan laba bersih Rp131,7 triliun dan menyumbangkan dividen sebesar Rp40,3 triliun.

Kebijakan penambahan PMN kepada BUMN tahun 2010—2014 pada dasarnya dilakukan dalam rangka meningkatkan kapasitas usaha dan memperbaiki struktur permodalan BUMN. Dalam kurun waktu tersebut, PMN secara umum dialokasikan untuk (1) mendukung pencapaian program Pemerintah di bidang tertentu, antara lain PMN kepada PT PII (Persero), PT SMI (Persero), dan PT SMF (Persero), (2) mendukung penugasan yang diberikan Pemerintah kepada BUMN (PMN kepada PT Askrindo (Persero) dan Perum Jamkrindo), dan (3) mendukung upaya restrukturisasi BUMN (antara lain PMN kepada PT Dirgantara Indonesia (Persero), PT PAL Indonesia (Persero), dan PT PPA (Persero)).

Sementara itu, kebijakan PMN kepada BUMN tahun 2015—2019, mengalami perubahan dibandingkan kebijakan sebelumnya. Kebijakan PMN tahun 2015—2019 ditujukan untuk mendukung salah satu agenda nasional yang tercantum dalam RPJMN Tahun 2015—2019, yaitu mendukung BUMN dalam meningkatkan perannya sebagai agen pembangunan (agent of development). Peningkatan peran BUMN menjadi agen pembangunan tersebut dilakukan melalui (1) peningkatan pelayanan publik BUMN, terutama di bidang pangan, infrastruktur, dan perumahan, (2) pemantapan struktur BUMN dalam mendukung pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, dan (3) peningkatan kapasitas BUMN melalui penyempurnaan tugas, bentuk, dan ukuran perusahaan untuk meningkatkan daya saing BUMN.

Untuk mewujudkan peran BUMN sebagai agen pembangunan, Pemerintah memberikan tambahan PMN untuk memperbaiki struktur permodalan dan meningkatkan kapasitas usaha BUMN dalam rangka mendapatkan pendanaan yang lebih besar dari pihak luar, guna mendukung program-program prioritas, antara lain (1) mewujudkan kedaulatan pangan, (2) membangun infrastruktur dan maritim, (3) mewujudkan kedaulatan energi, (4) mendukung industri pertahanan dan keamanan, (5) mendukung industri kedirgantaraan, (6) mendukung industri strategis, (7) mendukung kemandirian ekonomi nasional, dan (8) penguatan sektor keuangan.

Mengingat banyaknya program-program prioritas nasional yang harus didukung oleh BUMN, maka nilai PMN kepada BUMN melonjak sangat tajam dibandingkan periode- periode sebelumnya, yaitu mencapai Rp64.883,9 miliar pada tahun 2015 dan ditetapkan sebesar Rp40.420,8 miliar pada tahun 2016. Beberapa BUMN yang mendapatkan alokasi PMN dalam jumlah yang cukup besar pada tahun 2015 adalah PT SMI (Persero), PT PLN (Persero), PT Hutama Karya (Persero), PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk, PT Pelindo IV (Persero), PT Angkasa Pura II (Persero), PTPN III (Persero), dan PT KAI (Persero). Sementara itu beberapa BUMN yang mendapat alokasi PMN dalam jumlah yang cukup besar pada APBN tahun 2016 adalah PT SMI (Persero), PT Hutama Karya (Persero), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, Perum Bulog, PT PLN (Persero), dan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Beberapa program pembangunan yang diharapkan dapat tercapai melalui alokasi PMN kepada BUMN tahun 2016 adalah pembangunan 4 ruas jalan tol di Sumatera, pembangunan runway 3 Bandara Soekarno-Hatta, serta pembangunan infrastruktur pengolahan dan penyimpanan beras.

II.6-26 Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-26 Nota Keuangan dan APBN 2016

PMN kepada Organisasi/Lembaga Keuangan Internasional (LKI)

Selain kepada beberapa BUMN, Pemerintah juga mengalokasikan PMN kepada beberapa organisasi/LKI seperti disajikan dalam Tabel II.6.30.

TABEL II.6.30 PMN KEPADA ORGANISASI/LKI, 2015-2016 (miliar rupiah)

APBNP APBN

URAIAN

1. International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) (177,9) - 2. Islamic Development Bank (IDB)

- (80,1) 3. International Finance Corporation (IFC)

- (0,2) 4. International Fund for Agricultural Development (IFAD)

(50,0) (41,7) 5. International Development Association (IDA)

(22,6) (45,6) 6. Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB)

Sumber: Kementerian Keuangan

PMN kepada IDB dalam APBN tahun 2016 dialokasikan sebagai (1) angsuran dari kenaikan modal Indonesia di IDB sebesar Islamic Dinar (ID) 79,9 juta yang akan dicicil sebesar ID4,0 juta setiap tahunnya selama 20 tahun dari tahun 2016 s.d. 2035, dan (2) memenuhi kekurangan bayar PMN kepada IDB yang dibayarkan tahun 2012 sebesar ID57,4 ribu.

IDB yang didirikan pada tahun 1975 saat ini sudah mempunyai anggota sebanyak 57 negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI). Tujuan utama pendirian IDB adalah untuk mendorong pembangunan ekonomi dan kemajuan sosial dari negara anggota dan masyarakat muslim secara individu maupun bersama-sama sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam.

Manfaat yang telah dirasakan Indonesia dari keanggotaan IDB semenjak Indonesia menjadi anggota sampai dengan semester I tahun 2015 adalah IDB telah memberikan pinjaman kepada Pemerintah Indonesia sebesar ekuivalen US$2.616 juta dan hibah sebesar ekuivalen US$2,1 juta.

PMN kepada IFC dalam APBN tahun 2016 dialokasikan untuk membayar shares tambahan yang diambil dari sisa alokasi shares yang tidak diambil oleh negara yang diberikan alokasi sebelumnya, yaitu sebesar 13 lembar saham senilai US$13.000. Sampai saat ini jumlah shares Indonesia di IFC adalah sebanyak 3.063 shares senilai US$3,1 juta dan sudah dibayar seluruhnya.

IFC adalah lembaga keuangan di bawah Grup Bank Dunia yang didirikan pada tahun 1956 dan saat ini mempunyai 182 anggota. Tujuan didirikannya IFC adalah (1) mendorong terwujudnya pasar yang terbuka dan kompetitif di negara berkembang, (2) mendukung perusahaan dan sektor swasta lainnya, (3) membantu menciptakan lapangan kerja yang produktif, dan (4) mengatalisasi dan memobilisasi sumber dana untuk pengembangan perusahaan swasta.

IFC menyalurkan pinjaman kepada beberapa pihak di Indonesia, antara lain (1) Asahan One yang merupakan proyek PLTA 180 MW di Sumatera Utara, (2) bekerjasama dengan HSBC menyediakan dana pinjaman untuk memperluas PT Jakarta International Container Terminal (PT Pelabuhan Indonesia II), dan (3) bekerjasama dengan beberapa bank swasta menyediakan

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-27

Bagian II dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

dana pinjaman kepada PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero). Hingga semester I tahun 2015, IFC telah melakukan beberapa investasi di Indonesia dalam bentuk pinjaman sebesar US$690 juta, equity sebesar US$89,5 juta, quasi equity sebesar US$32,3 juta, risk management support sebesar US$5 juta, dan sindikasi pembiayaan sebesar US$510 juta.

PMN kepada IFAD dalam APBN tahun 2016 dialokasikan untuk membayar angsuran ke-1 replenishment X. PMN kepada IFAD tersebut didasarkan pada komitmen Pemerintah RI pada pertemuan IFAD tahun 2014 di Roma. Pada pertemuan tersebut, Pemerintah RI telah menyetujui komitmen baru untuk menambah kontribusi di IFAD sebesar US$10,0 juta yang akan diangsur selama 3 tahun mulai tahun 2016 sampai dengan tahun 2018, masing-masing sebesar US$3,0 juta pada tahun 2016 dan 2017, serta US$4,0 juta pada tahun 2018.

IFAD didirikan pada tahun 1977 sebagai salah satu hasil konferensi pangan internasional tahun 1974 yang diselenggarakan sebagai tanggapan atas krisis pangan yang melanda negara-negara Afrika pada awal tahun 1970-an. Sebagai badan khusus PBB yang berpusat di Roma, Italia, IFAD mendapat mandat untuk memberdayakan masyarakat miskin dan pembangunan perdesaan melalui pendanaan untuk pembangunan pertanian, pengurangan jumlah penduduk lapar dan kekurangan gizi serta penciptaan strategi baru guna pemenuhan kebutuhan pangan dunia.

Keanggotaan IFAD bersifat terbuka untuk semua negara anggota PBB atau negara anggota badan khusus PBB, atau negara anggota International Atomic Energy Agency. Dewan Gubernur IFAD adalah otoritas pengambil keputusan tertinggi dimana setiap negara anggota yang kini berjumlah 176 menunjuk seorang Gubernur dan Alternate Governor. Dewan Gubernur IFAD bertemu satu tahun sekali. Adapun Dewan Ekskutif yang terdiri dari 18 anggota dan 18 alternate member adalah yang bertanggung jawab untuk mengawasi operasi IFAD serta menyetujui pinjaman dan hibah.

Pembiayaan IFAD berfokus utama pada sektor pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin. Beberapa contoh dari jenis proyek pendanaan IFAD di Indonesia adalah pengembangan lahan tani, pengembangan peternakan, irigasi, dan pengembangan sumber penghasilan bagi petani-petani yang tidak memiliki lahan dan termarginalisasi. Dalam hubungan kerjasama mendatang, dukungan bantuan IFAD antara lain juga difokuskan kepada sektor lain, seperti perikanan dan kehutanan serta proyek riset kecil dan menengah guna meningkatkan pemberdayaan masyarakat perdesaan.

Sejak tahun 1980, Pemerintah Indonesia telah bekerjasama dengan IFAD dalam rangka pembiayaan kegiatan pembangunan sebagaimana digariskan dalam RPJMN dengan fokus pada pengembangan petani melalui peningkatan ketahanan pangan, peningkatan pendapatan petani, dan pengurangan kemiskinan.

Semenjak menjadi anggota sampai dengan semester I tahun 2015, IFAD telah memberikan pinjaman kepada Pemerintah Indonesia untuk 15 proyek senilai US$409,9 juta, dimana 11 proyek telah selesai dan 4 proyek on-going, dan hibah sebesar ekuivalen US$4,0 juta.

PMN kepada IDA dalam APBN tahun 2016 merupakan PMN yang bersifat nontunai yang dialokasikan untuk meningkatkan kontribusi Indonesia sebagai negara donor di IDA. Skenario untuk meningkatkan kontribusi tersebut adalah melalui percepatan pembayaran cicilan pinjaman IDA yang jatuh tempo setelah tahun 2025. Pendekatan percepatan pembayaran pinjaman tersebut dipilih, mengingat Indonesia masih memiliki kewajiban pembayaran cicilan pinjaman pada IDA sampai dengan setelah tahun 2025. Pada saat itu, diharapkan Indonesia

II.6-28 Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-28 Nota Keuangan dan APBN 2016

sudah menjadi negara maju. Pilihan tersebut merupakan pilihan yang terbaik karena Indonesia bisa meningkatkan kontribusi pada IDA sekaligus mengurangi saldo pinjaman Indonesia pada IDA.

Saldo pinjaman Indonesia setelah tahun 2025 adalah sebesar US$300 juta, jumlah yang cukup besar apabila Indonesia akan mempercepat pembayaran pinjaman tersebut sekaligus. Untuk itu, Indonesia akan melakukan percepatan pembayaran yang dilakukan dengan membayar cicilan sebanyak 6 kali dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2020. Dengan skenario ini, IDA memperkirakan Indonesia akan memperoleh penghematan sebesar US$38,2 juta, yang terdiri atas US$18,2 juta diskon utang pokok dan US$20,1 juta penghematan service charge. Diskon utang pokok tersebut akan menjadi kontribusi Indonesia pada IDA 17 th replenishment. PMN kepada IDA pada APBN tahun 2016 merupakan cicilan kedua dari rencana percepatan pembayaran pinjaman.

IDA merupakan salah satu anak Grup Bank Dunia yang terbentuk pada tahun 1960, dengan misi untuk membantu negara-negara termiskin di dunia untuk keluar dari lubang kemiskinan. Tujuan didirikannya IDA adalah (1) mendorong pertumbuhan ekonomi dunia, (2) meningkatkan produktivitas dan standar hidup negara-negara terbelakang, dan (3) menyediakan pinjaman yang fleksibel, berjangka panjang, dan tanpa bunga bagi negara berkembang.

Semenjak menjadi anggota sampai dengan semester I tahun 2015, manfaat yang diperoleh dari keanggotaan Indonesia di IDA diantaranya adalah IDA telah memberikan pinjaman kepada Pemerintah Indonesia sebesar ekuivalen US$2.744,5 juta dan hibah sebesar ekuivalen US$412,5 juta.

PMN kepada AIIB dalam APBN tahun 2016 dialokasikan untuk modal awal AIIB yang merupakan kewajiban Pemerintah Indonesia. Latar belakang pembentukan AIIB adalah tingginya kebutuhan pembiayaan infrastruktur di kawasan Asia dan adanya financing gap dalam pembiayaan infrastruktur. AIIB diharapkan dapat mendorong pembangunan ekonomi dan integrasi Asia melalui promosi investasi pada sektor infrastruktur dan sektor lain yang terkait.

Sejalan dengan kebutuhan infrastruktur di Asia, kebutuhan pembiayaan infrastruktur di Indonesia cukup besar. Berdasarkan RPJMN 2015—2019 kebutuhan infrastruktur Indonesia mencapai Rp6.541 triliun atau setara dengan US$503,2 miliar, dengan alokasi terbesar pada sektor transportasi, energi, dan jaringan sumber daya air.

Pada awal pembahasan pembentukan AIIB, hanya terdapat 22 prospective founding members (PFMs) AIIB yang terlibat, yang terdiri dari RRT, negara-negara ASEAN, dan beberapa negara Asia Tengah dan Asia Selatan. Pada tanggal 25 November 2014, Indonesia telah menandatangani MoU pembentukan AIIB. Seiring dengan perkembangan proses negosiasi, hingga batas akhir penerimaan anggota PFMs pada tanggal 31 Maret 2015, telah terdapat 57 PFMs yang terbagi menjadi 37 negara Regional Members (RMs) dan 20 negara Non Regional Members (NRMs). Selanjutnya pada tanggal 29 Juni 2015, Indonesia bersama-sama dengan 49 negara PFMs lainnya telah menandatangani Article of Agreement (AoA) AIIB, dengan demikian status Indonesia telah resmi menjadi founding member AIIB.

Total komitmen Indonesia pada AIIB adalah sebesar US$3.360,7 juta. Sedangkan jumlah yang harus dibayarkan (paid in capital) adalah 20 persen dari total komitmen, yaitu sebesar US$672,1 juta. Dari jumlah tersebut, pembayaran dilakukan dalam 5 kali pembayaran (tranches), sehingga setiap tranches membutuhkan dana sebesar US$134,4 juta. Pada akhir tahun 2015,

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-29

Bagian II dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

AIIB direncanakan dapat memasuki tahap entry into force, yaitu pada saat 10 negara telah menyampaikan instrumen ratifikasinya dan 20 persen total saham AIIB telah terkumpul, sehingga pada awal 2016 AIIB sudah mulai beroperasi. Sesuai kesepakatan dalam AoA AIIB pembayaran pertama harus sudah dilakukan dalam kurun waktu 30 hari setelah kesepakatan AoA memasuki tahap entry into force, maka alokasi PMN pada APBN tahun 2016 tersebut dipergunakan untuk membayar cicilan pertama dan kedua modal awal AIIB (tahun 2015 dan tahun 2016). Berkenaan dengan total penyertaan modal Indonesia sebesar US$3.360,7 juta tersebut, Indonesia memperoleh voting share pada AIIB sebesar 3,2 persen yang terdiri dari share votes Indonesia sebesar 33.607, founding member votes sebesar 600, dan basic votes sebesar 2.474.

Manfaat utama keanggotaan Indonesia pada AIIB adalah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pembiayaan infrastruktur. Cost of fund AIIB diperkirakan lebih murah dan sebagai sumber pendanaan baru. Selain itu, keterlibatan Indonesia dalam AIIB akan meningkatkan engagement dan peran Indonesia dalam lembaga, kerjasama regional dan internasional, serta akan meningkatkan eksposur Indonesia dalam forum-forum kerjasama internasional.

Keterlibatan Indonesia pada AIIB dapat menjadi sumber alternatif pembiayaan infrastruktur di Indonesia, mengingat Pemerintah telah memiliki sektor-sektor prioritas untuk dilaksanakan pada periode 2015—2019 yakni sektor jalan raya (19 persen dari jumlah kebutuhan pembiayaan), ketenagalistrikan (17 persen dari jumlah kebutuhan pembiayaan), dan sektor sumber daya air (17 persen dari jumlah kebutuhan pembiayaan). Hal tersebut sejalan dengan indicative bussiness plan AIIB dimana pada tahap awal AIIB (2016—2018) akan diutamakan untuk investasi di sektor transportasi, energi, dan sumber daya air, serta akan berkembang untuk investasi di pelabuhan, lingkungan, pembangunan daerah dan logistik, teknologi informasi, infrastruktur daerah, dan pengembangan pertanian.

PMN Lainnya

PMN Lainnya adalah PMN yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam PMN kepada BUMN dan PMN kepada organisasi/LKI. Namun, berdasarkan putusan Rapat Paripurna DPR, PMN Lainnya dikembalikan lagi pada komisi-komisi terkait untuk dibahas dalam RAPBNP tahun 2016. Rincian PMN Lainnya sebagaimana disajikan dalam Tabel II.6.31.

TABEL II.6.31 PENYERTAAN MODAL NEGARA LAINNYA, 2015-2016 (miliar rupiah)

APBNP APBN

URAIAN

1. BPJS Kesehatan (3.460,0) - 2. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)

(1.000,0) (4.000,0) 3. Bank Indonesia

(778,3) - 4. PT Perkebunan Nusantara I

- (25,0) 5. PT Perkebunan Nusantara VIII

(5.238,3) (4.057,8) Sumber: Kementerian Keuangan

Jumlah

II.6-30 Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-30 Nota Keuangan dan APBN 2016

Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia

Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) didirikan oleh Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia. LPEI dibentuk dalam rangka melaksanakan pembiayaan ekspor nasional berupa pembiayaan, asuransi, dan penjaminan. Selain itu, LPEI dapat melaksanakan penugasan khusus untuk mendukung program ekspor nasional. Penggunaan dan manfaat PMN kepada LPEI disajikan pada Tabel II.6.32.

TABEL II.6.32 PENGGUNAAN DAN MANFAAT PMN KEPADA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

No.

Uraian

1 Penggunaan: - memperkuat struktur permodalan dan meningkatkan akses pendanaan di pasar keuangan

- meningkatkan kinerja pembiayaan dan kapasitas penjaminan dalam rangka peningkatan ekspor - melaksanakan penugasan khusus dari Pemerintah melalui program National Interest

Account - mendorong peningkatan pembiayaan ekspor nasional pada produk ekspor unggulan

Pemerintah 2 Manfaat:

- mempertahankan kemampuan pertumbuhan bisnis LPEI dalam penyaluran pembiayaan, penjaminan, dan asuransi - meningkatkan kemampuan LPEI dalam menggalang dana eksternal dengan tingkat suku bunga yang kompetitif - meningkatkan daya saing eksportir Indonesia dalam upaya mendorong ekspor - memperbaiki defisit neraca perdagangan di sisi ekspor

Sumber: Kementerian Keuangan

PT Perkebunan Nusantara I

PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I) adalah perusahaan yang bergerak di bidang usaha perkebunan dengan komoditas berupa kelapa sawit dan karet yang menyebar di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. PTPN I memiliki 9 unit usaha budidaya kelapa sawit dan karet, serta

3 unit pabrik kelapa sawit. PMN kepada PTPN I merupakan PMN yang berasal dari konversi kewajiban utang pokok SLA perusahaan kepada Pemerintah atau bersifat nontunai. Penggunaan dan manfaat PMN kepada PTPN I disajikan pada Tabel II.6.33.

TABEL II.6.33 PENGGUNAAN DAN MANFAAT PMN KEPADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA I

No.

Uraian

1 Penggunaan: - memperbaiki struktur permodalan perusahaan - meningkatkan kapasitas usaha perusahaan, melalui rekondisi dan peningkatan kapasitas

pabrik kelapa sawit yang akan menampung pembelian tandan buah segar - mempertahankan kepemilikan negara 2 Manfaat: - meningkatkan kapasitas produksi, modernisasi fasilitas produksi, berkembangnya pasar,

dan meningkatkan kemampuan SDM Sumber: Kementerian BUMN diolah

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-31

Bagian II dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

PT Perkebunan Nusantara VIII

PT Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII) merupakan perusahaan yang bergerak pada sektor perkebunan dengan kegiatan usaha meliputi pembudidayaan tanaman, pengolahan, dan penjualan komoditi perkebunan seperti teh, karet, dan kelapa sawit sebagai komoditi utamanya, serta kakao dan kina sebagai komoditi pendukungnya. Sampai saat ini, PTPN VIII mengelola lahan seluas 113.958 hektar yang tersebar di 11 kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten. PMN kepada PTPN VIII merupakan PMN yang berasal dari konversi kewajiban utang pokok SLA perusahaan kepada Pemerintah atau bersifat nontunai. Penggunaan dan manfaat PMN kepada PTPN VIII disajikan pada Tabel II.6.34.

TABEL II.6.34 PENGGUNAAN DAN MANFAAT PMN KEPADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA VIII

- menyelesaikan kewajiban kepada Pemerintah berupa konversi kewajiban utang pokok

SLA menjadi PMN 2 Manfaat: - meningkatkan kapasitas produksi, modernisasi fasilitas produksi, berkembangnya pasar,

dan meningkatkan kemampuan SDM Sumber: Kementerian BUMN diolah

Dana Bergulir

Alokasi dana bergulir dalam APBN tahun 2016 adalah sebesar negatif Rp9.227,9 miliar, meningkat 51,1 persen apabila dibandingkan alokasi dalam APBNP tahun 2015 sebesar negatif Rp6.106,3 miliar. Dalam APBN tahun 2016, Pemerintah mengalokasikan dana bergulir kepada BLU Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (dahulu Pusat Pembiayaan Perumahan) yang ditujukan untuk mendanai program fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP). Melalui kebijakan FLPP, diharapkan suku bunga kredit untuk pembiayaan perumahan bagi MBR bisa menjadi rendah dan tetap (fixed rate) sepanjang masa pinjaman, sehingga angsuran kredit menjadi lebih terjangkau.

Beberapa kebijakan yang ditempuh Pemerintah untuk mempercepat penyaluran dana bergulir Pusat Pembiayaan Perumahan antara lain adalah (1) menurunkan suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) yang dikenakan kepada MBR dari semula sebesar 7,25 persen menjadi sebesar 5,0 persen dengan tenor KPR tetap, dapat mencapai 20 tahun, (2) mengembangkan kebijakan skema kredit untuk mengakomodasi kelompok MBR yang mempunyai penghasilan tidak tetap, (3) menyempurnakan kebijakan skema rumah susun yang mendukung pemenuhan kebutuhan hunian di perkotaan, serta (4) meningkatkan sosialisasi kebijakan program FLPP, baik kepada masyarakat (kelompok sasaran) maupun kepada lembaga pembiayaan/bank pelaksana dalam penyaluran KPR FLPP.

Sampai dengan semester I tahun 2015, Pemerintah telah mengalokasikan dana bergulir Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP) sebesar Rp18.182,6 miliar. Dari dana tersebut dan pengembalian pokok dana bergulir, BLU Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan

II.6-32 Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-32 Nota Keuangan dan APBN 2016

Perumahan (PPDPP) telah berhasil menyalurkan dana FLPP sebesar Rp19.399,4 miliar, yang digunakan untuk FLPP rumah sejahtera tapak sebesar Rp19.386,0 miliar dan FLPP rumah sejahtera susun sebesar Rp13,3 miliar.

C. Dana Pengembangan Pendidikan Nasional

Dalam APBN tahun 2016, Pemerintah mengalokasikan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional (DPPN) sebesar negatif Rp5.000,0 miliar, sedangkan pada tahun 2015 tidak dialokasikan. Kebijakan DPPN tahun 2016 adalah (1) DPPN dimaksudkan untuk menjamin keberlangsungan program pendidikan bagi generasi berikutnya sebagai bentuk pertanggungjawaban antargenerasi, melalui pembentukan dana abadi pendidikan (endowment fund), dan (2) memperbesar pokok dana pengembangan pendidikan nasional, guna meningkatkan kapasitas beasiswa, membantu pendanaan kegiatan riset, dan keperluan rehabilitasi fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana alam.

Akumulasi DPPN setiap tahunnya akan menjadi dana abadi pendidikan. Pemerintah hanya memanfaatkan hasil investasi dana abadi pendidikan untuk mendanai beasiswa, riset, dan rehabilitasi fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana alam. Saat ini, dana abadi pendidikan dikelola oleh Satuan Kerja Badan Layanan Umum (Satker BLU) Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Beberapa kebijakan yang dilakukan LPDP terhadap pengelolaan DPPN didasarkan antara lain untuk (1) mempersiapkan pemimpin dan profesional masa depan Indonesia melalui pembiayaan pendidikan, (2) mendorong riset strategis dan inovatif yang implementatif dan menciptakan nilai tambah melalui pendanaan riset, (3) menjamin keberlangsungan pendanaan pendidikan bagi generasi berikutnya melalui pengelolaan dana abadi pendidikan yang optimal, dan (4) mendukung rehabilitasi fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana alam.

Program DPPN terdiri atas program beasiswa, pendanaan riset, dan pendanaan rehabilitasi fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana alam. Selain program beasiswa reguler untuk beasiswa Magister, Doktor, dan Tesis/Disertasi, LPDP juga menyediakan beasiswa Afirmasi, yaitu beasiswa bagi masyarakat yang berasal dari daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal), beasiswa Pendidikan Indonesia Dokter Spesialis (pembiayaan studi lanjut pada program spesialis di Perguruan Tinggi di dalam negeri), dan Presidential Scholarship (beasiswa magister dan doktor yang diinisiasi oleh pemerintah Indonesia melalui LPDP bekerjasama dengan Lembaga Kepresidenan RI, untuk menempuh studi pada perguruan tinggi terbaik di dunia). Tujuan Presidential Scholarship adalah menyiapkan generasi emas Indonesia melalui SDM yang berkualitas, baik sebagai pemimpin maupun ilmuwan di berbagai bidang dalam rangka menyiapkan Indonesia sebagai negara yang maju pada 100 tahun kemerdekaan RI pada tahun 2045. Melekatnya Lembaga Kepresidenan RI dalam program beasiswa ini merupakan wujud komitmen tertinggi Pemerintah Indonesia terhadap pembangunan sumber daya manusia Indonesia dalam rangka kejayaan bangsa dan negara Indonesia. Total mahasiswa kelolaan pada tahun 2016 akan meningkat dikarenakan LPDP masih membiayai mahasiswa program doktor penerimaan tahun 2013 gelombang 1 sampai dengan penerimaan tahun 2016 dan mahasiswa program magister tahun penerimaan 2013 gelombang 4 sampai dengan penerimaan tahun 2016.

Sampai dengan semester I tahun 2015, sebanyak 6.335 mahasiswa telah lulus seleksi untuk menerima beasiswa dari LPDP sebagai pengelola DPPN. Selain itu, LPDP juga telah menyetujui

48 proposal riset dan merehabilitasi 54 ruang sekolah pada 8 sekolah.

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-33

Bagian II dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

D. Kewajiban Penjaminan Pemerintah

Dalam rangka mendukung percepatan pembangunan proyek infrastruktur, Pemerintah telah memberikan jaminan kepada kreditur perbankan/badan usaha yang turut berperan serta dalam proyek pembangunan, yaitu (1) program percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan batubara (proyek 10.000 MW Tahap I) sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2006 tentang Pemberian Jaminan Pemerintah Untuk Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik Yang Menggunakan Batubara, kemudian diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2007, (2) program percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi terbarukan, batubara, dan gas (Proyek 10.000 MW Tahap II) sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2010 tentang Penugasan Kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Untuk Melakukan Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik Yang Menggunakan Energi Terbarukan, Batubara dan Gas, kemudian diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2011, (3) program percepatan penyediaan air minum sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009 tentang Pemberian Jaminan dan Subsidi Bunga oleh Pemerintah Pusat Dalam Rangka Percepatan Penyediaan Air Minum, dan (4) proyek kerjasama Pemerintah dengan badan usaha yang dilakukan melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur atau proyek infrastruktur dengan skema kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.

Sebagai konsekuensi atas dukungan tersebut, mekanisme penjaminan diberikan dalam dua bentuk, yaitu penjaminan kredit perbankan dan penjaminan investasi. Penjaminan kredit perbankan diberikan untuk mendukung proyek 10.000 MW tahap I dan proyek percepatan penyediaan air minum. Pemerintah menjamin penyelesaian kredit perbankan atas kedua proyek yang tidak dapat diselesaikan oleh pihak terjamin. Adapun penjaminan investasi diberikan Pemerintah untuk menjamin kelayakan usaha PT PLN (Persero) dalam Perjanjian Jual Beli Listrik kepada pengembang swasta (proyek 10.000 MW tahap II). Selain itu penjaminan investasi juga diberikan oleh Pemerintah bersama PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) dalam menjamin kewajiban keuangan dalam proyek kerja sama Pemerintah dengan badan usaha.

Selanjutnya terhadap penjaminan kredit perbankan dan penjaminan investasi tersebut, Pemerintah mengalokasikan anggaran kewajiban penjaminan dalam APBN tahun 2016 sebesar negatif Rp918,0 miliar. Alokasi tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan APBNP tahun 2015 sebesar negatif Rp843,5 miliar. Peningkatan tersebut terutama akibat penyesuaian beberapa parameter perhitungan alokasi anggaran kewajiban penjaminan Pemerintah, yaitu penyesuaian asumsi nilai tukar rupiah, eksposur penjaminan, dan matriks probability of default. Kebijakan alokasi penjaminan Pemerintah tersebut ditujukan untuk memitigasi risiko fiskal atas penjaminan yang dilakukan Pemerintah pada proyek percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan batubara, percepatan penyediaan air minum, dan proyek kerja sama Pemerintah dengan badan usaha melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur. Alokasi anggaran kewajiban penjaminan Pemerintah pada tahun 2015 dan APBN tahun 2016 disajikan dalam Tabel II.6.35.

II.6-34 Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-34 Nota Keuangan dan APBN 2016

TABEL II.6.35 ALOKASI KEWAJIBAN PENJAMINAN PEMERINTAH, 2015—2016

(miliar rupiah)

APBNP APBN NO

Uraian

1. Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang (792,0) (593,9) Menggunakan Batubara

2. Percepatan Penyediaan Air Minum (1,8) (0,9) 3. Proyek Kerjasama Pemerintah dengan badan usaha

(49,7) (323,2) melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur

Jumlah

Sumber: Kementerian Keuangan

Melalui strategi pengelolaan utang negara tahun 2014—2017, Pemerintah juga telah menyusun batas maksimal penjaminan sebesar 2,57 persen terhadap PDB. Selain itu, Pemerintah juga telah menyusun kebijakan pengelolaan kewajiban penjaminan yang meliputi, (1) mitigasi risiko penjaminan Pemerintah, yaitu dengan melakukan penerbitan benchmark pinjaman dan melakukan evaluasi kelayakan proyek dan perjanjian kerjasama, (2) prinsip umum dalam pemberian penjaminan, yang terdiri atas (a) pemberian jaminan Pemerintah harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, (b) penerbitan jaminan Pemerintah harus memenuhi prinsip transparansi, akuntabilitas dan kehati-hatian, (c) jumlah jaminan Pemerintah tidak boleh melebihi batas maksimal penjaminan, (d) Pemerintah dapat mengenakan biaya (fee) atas penjaminan dalam rangka mengurangi biaya dan risiko dari pemberian jaminan, (e) Pemerintah dapat meminta entitas terjamin untuk memberi jaminan termasuk dalam bentuk rekening penampungan (escrow account) sebesar satu kali pembayaran, guna menjamin ketersediaan dana pembayaran kewajiban, (3) penyusunan/ penyempurnaan peraturan perundang-undangan terkait penjaminan sebagai landasan hukum bagi pengelolaan jaminan Pemerintah yang efektif dan efisien, dan (4) penghentian kebijakan pemberian jaminan Pemerintah yang bersifat penjaminan penuh (blanket guarantee), seperti penerbitan support letter untuk proyek-proyek independent power producer (IPP) PT PLN (Persero).

6.1.2.2 Pembiayaan Utang

Kebijakan pembiayaan utang dalam APBN tahun 2016 adalah sebagai berikut (1) mengendalikan rasio utang terhadap PDB, (2) mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan pembiayaan dan melakukan pendalaman pasar obligasi domestik, (3) mengarahkan pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif antara lain melalui penerbitan sukuk yang berbasis proyek, (4) memanfaatkan pinjaman luar negeri secara selektif, terutama untuk bidang infrastruktur dan energi, (5) meningkatkan pemanfaatan fasilitas pinjaman sebagai alternatif instrumen pembiayaan, dan (6) melakukan pengelolaan utang secara aktif dalam kerangka Asset Liabilities Management (ALM). Kebijakan pembiayaan utang dilakukan dengan memertimbangkan (1) kemampuan membayar kembali (solvabilitas), (2) kemampuan menyerap pinjaman sesuai rencana/target, (3) pemanfaatan yang diarahkan untuk kegiatan

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-35

Bagian II dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

produktif dan memberi kontribusi yang optimal bagi perekonomian domestik, misalnya untuk percepatan pembangunan infrastruktur, (4) upaya mengendalikan rasio utang terhadap PDB pada level yang aman, (5) upaya minimasi biaya utang (cost of borrowing) pada tingkat risiko yang terkendali, dan (6) upaya menjaga keseimbangan makro.

Pembiayaan utang dalam APBN tahun 2016 ditetapkan sebesar Rp330.884,8 miliar atau naik 18,4 persen jika dibandingkan dengan APBNP tahun 2015 sebesar Rp279.380,9 miliar. Kenaikan tersebut digunakan untuk membiayai kenaikan defisit dan pengeluaran pembiayaan. Pembiayaan utang dalam APBN tahun 2016 dipenuhi dari penerbitan SBN, pinjaman luar negeri, dan pinjaman dalam negeri. Rencana pembiayaan utang tersebut sebagian besar dalam mata uang rupiah, berbunga tetap, dan dengan tenor menengah panjang (lebih dari tiga tahun). Berdasarkan rencana pembiayaan utang dalam APBN tahun 2016 tersebut, rasio utang pada akhir tahun 2016 diperkirakan sebesar 26,9 persen terhadap PDB. Rincian pembiayaan utang dalam tahun 201 5—2016 disajikan dalam Tabel II.6.36.

TABEL II.6.36 PEMBIAYAAN UTANG, 2015—2016 (miliar rupiah)

APBNP APBN

Uraian

2016 I. Surat Berharga Negara (Neto)

II. Pinjaman Luar Negeri (Neto)

(20.008,1) 398,2 1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri (Bruto)

48.647,0 75.091,9 a. Pinjaman Program

7.500,0 36.835,0 b. Pinjaman Proyek

41.147,0 38.256,9 i. Pinjaman Proyek Pemerintah Pusat

36.675,1 32.347,2 - Pinjaman Proyek Kementerian/Lembaga

33.915,2 29.942,9 - Pinjaman Proyek Diterushibahkan (on-granting )

2.759,8 2.404,3 ii. Penerimaan Penerusan Pinjaman

4.471,9 5.909,7 2. Penerusan Pinjaman kepada BUMN/Pemda

(4.471,9) (5.909,7) 3. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri

III. Pinjaman Dalam Negeri (Neto)

1.690,6 3.262,2 1. Penarikan Pinjaman Dalam Negeri (Bruto)

2.000,0 3.710,0 2. Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman Dalam Negeri

279.380,9 330.884,8 Sumber: Kementerian Keuangan

Jumlah (Neto)

6.1.2.2.1 Surat Berharga Negara (Neto)

Penerbitan SBN (neto) dalam APBN tahun 2016 ditetapkan sebesar Rp327.224,4 miliar atau naik 9,9 persen dibandingkan APBNP tahun 2015 sebesar Rp297.698,4 miliar. Upaya pemenuhan target pembiayaan utang melalui penerbitan SBN (neto) tahun 2016 akan dilakukan Pemerintah dengan menerbitkan instrumen SBN domestik dan valas. Pemilihan instrumen dan tenor penerbitan akan dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor antara lain kebijakan pengelolaan utang, biaya penerbitan SBN, risiko pasar keuangan domestik dan global, preferensi investor, dan kapasitas daya serap pasar.

II.6-36 Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-36 Nota Keuangan dan APBN 2016

Penerbitan SBN di pasar domestik akan dilakukan dengan memanfaatkan instrumen Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Instrumen SUN terdiri dari Obligasi Negara (ON) dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN). Penerbitan ON dapat dilakukan baik untuk seluruh investor maupun spesifik hanya untuk investor ritel dalam bentuk Saving Bonds Ritel dan/atau Obligasi Negara Ritel. Penerbitan SPN, khususnya SPN 3 bulan, akan dilakukan secara terukur guna meminimalisasi risiko refinancing utang dalam jangka pendek. Penerbitan SPN tenor tersebut masih tetap diperlukan sebagai acuan penentuan bunga ON seri variable rate.

Sedangkan instrumen SBSN di pasar domestik terdiri atas SBSN reguler, sukuk project financing, sukuk ritel (Sukri), Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI), dan Surat Perbendaharaan Negara Syariah (SPNS). Dalam rangka mendukung pembiayaan kegiatan/proyek pada K/L, sukuk project financing terus didorong perkembangannya. Dalam APBN tahun 2016, penerbitan sukuk project financing direncanakan untuk membiayai kegiatan pada Kementerian Perhubungan sebesar Rp4.983,0 miliar, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebesar Rp7.226,3 miliar, dan Kementerian Agama sebesar Rp1.467,9 miliar, sehingga total rencana penerbitan sukuk project financing dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp13.677,2 miliar.

Dalam rangka pengelolaan SBN yang baik, Pemerintah menetapkan kebijakan pengelolaan SBN, baik SBN domestik maupun SBN valas. Kebijakan pengelolaan SBN domestik adalah sebagai berikut. Pertama, pengembangan pasar perdana SBN domestik, antara lain dengan (1) mengoptimalkan penerbitan di pasar domestik, terutama penerbitan SBN seri benchmark, (2) meningkatkan transparansi dan prediktabilitas jadwal, dan target lelang penerbitan, antara lain melalui publikasi jadwal lelang penerbitan, serta konsistensi target dan realisasi penerbitan menuju lelang berdasarkan target (target-based auction), dimana Pemerintah bertindak sebagai

price taker, (3) mengoptimalkan metode penerbitan, antara lain pengembangan jalur distribusi SBN ritel, pemanfaatan opsi greenshoe, dan private placement secara selektif, khususnya bagi investor jangka panjang dan/atau pada saat likuiditas kering, (4) meningkatkan kualitas penetapan seri benchmark (tenor dan jumlah seri benchmark) dengan mempertimbangkan likuiditas dan preferensi investor serta kebutuhan pengelolaan risiko utang dan juga melakukan penyederhanaan seri SUN, dan (5) meningkatkan koordinasi jadwal dan besaran target dengan BI terkait jumlah likuiditas pasar domestik. Kedua, pengembangan pasar sekunder SBN, antara lain dengan (1) mengoptimalkan peran dan kapasitas dealer utama (primary dealers), diantaranya melalui penyempurnaan sistem evaluasi kinerja dealer utama yang berkelanjutan, (2) meningkatkan likuiditas pasar sekunder SBN domestik, melalui pengembangan pasar repo dan derivatif yang menggunakan SBN sebagai underlying instrument, pengembangan produk Government Bonds Futures (GBF), dan pembelian kembali seri-seri SBN yang tidak likuid dan/ atau penukaran seri-seri SBN yang tidak likuid dengan SBN seri benchmark, (3) memperkuat Bond Stabilization Framework (BSF) melalui reviu cakupan dan mekanisme operasionalnya, (4) menyempurnakan electronic trading platform, khususnya trading platform untuk dealer utama yang dapat dieksekusi dan trading platform untuk obligasi ritel (modified exchange), (5) membentuk dedicated investor relations team, menentukan dan menyusun database target investor, menentukan strategi komunikasi dengan investor, termasuk diantaranya menyiapkan jadwal roadshow secara regular di dalam dan luar negeri. Ketiga, pengembangan instrumen SBN, antara lain index-linked bonds. Keempat, menjajaki kemungkinan penyempurnaan aturan perpajakan SBN domestik. Kelima, khusus untuk pengelolaan SBSN/sukuk, ditetapkan tambahan arahan sebagai berikut (1) melakukan lelang penerbitan SBSN secara konsisten untuk memastikan ketersediaan SBSN yang cukup di pasar domestik, (2) melanjutkan kajian

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-37

Bagian II dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

tentang pendirian dealer utama untuk peserta lelang SBSN secara bertahap, (3) mengupayakan peningkatan pemahaman pelaku pasar mengenai instrumen SBSN, (4) mengkaji upaya peningkatan minat investor, dan (5) optimalisasi pembiayaan proyek melalui SBSN PBS.

Sedangkan, kebijakan pengelolaan SBN valas adalah sebagai berikut (1) menerbitkan SBN valas secara terukur, dengan menjamin pemenuhan pembiayaan APBN tanpa menimbulkan crowding out effect di pasar domestik, menurunkan tingkat biaya portofolio utang pada tingkat risiko yang terkendali, memberikan benchmark yield bagi sektor korporasi/swasta, (2) mempertimbangkan pengelolaan portofolio utang, termasuk untuk mendukung penerapan ALM Negara, (3) mengembangkan metode penerbitan yang lebih fleksibel untuk mengakomodasi perubahan target pembiayaan dan ketidakpastian kondisi pasar keuangan serta efisiensi waktu penerbitan dan biaya utang, (4) menyempurnakan aturan perpajakan untuk SBN valas, (5) menerbitan SBN valas sebagai upaya untuk memperluas basis investor dan mengurangi ketergantungan terhadap basis investor tertentu, (6) mengutamakan penerbitan dalam mata uang hard currency seperti dolar Amerika Serikat, euro, yen Jepang, dan (7) melakukan transaksi lindung nilai sesuai kebutuhan.

6.1.2.2.2 Pinjaman Luar Negeri (Neto)

Pinjaman Luar Negeri (neto) dalam APBN tahun 2016 ditetapkan sebesar Rp398,2 miliar jauh lebih tinggi dibandingkan dengan APBNP tahun 2015 sebesar negatif Rp20.008,1 miliar. Penarikan pinjaman program dalam APBN tahun 2016 ditetapkan sebesar Rp36.835,0 miliar atau naik signifikan dibandingkan dengan APBNP tahun 2015 sebesar Rp7.500,0 miliar. Kenaikan yang signifikan ini merupakan konsekuensi dilaksanakannya kebijakan positive net flow pada pinjaman luar negeri. Indikasi penarikan pinjaman program tahun 2016 terutama bersumber dari World Bank dan Asian Development Bank (ADB).

Pinjaman proyek dalam APBN tahun 2016 ditetapkan sebesar Rp38.256,9 miliar atau turun 7,0 persen dibandingkan APBNP tahun 2015 sebesar Rp41.147,0 miliar. Pinjaman proyek terdiri atas pinjaman proyek oleh Pemerintah Pusat dan pinjaman proyek yang diteruspinjamkan/ penerusan pinjaman (on-lending). Pinjaman proyek Pemerintah Pusat digunakan untuk membiayai kegiatan prioritas yang dilaksanakan oleh K/L dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemda melalui mekanisme belanja hibah (on-granting). Penarikan pinjaman proyek terutama berasal dari Jepang, Tiongkok, Jerman, Korea Selatan, World Bank, IDB, ADB, serta kreditur komersial.

Pinjaman proyek pada K/L terutama digunakan untuk mendukung (1) pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta Kementerian Perhubungan, (2) pengembangan fasilitas pendidikan pada perguruan tinggi negeri yang dilaksanakan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dan (3) pengadaan alutsista dan almatsus yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertahanan dan Polri dalam rangka pemenuhan kekuatan dasar minimum (minimum essential forces/MEF). Sementara itu, pinjaman yang diterushibahkan kepada pemda digunakan untuk mendanai proyek mass rapid transit (MRT) di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan water resources and irrigation sector management project phase II (WISMP II) di 115 pemerintah kabupaten/kota.

Penerusan pinjaman dalam APBN tahun 2016 direncanakan sebesar negatif Rp5.909,7 miliar atau naik 32,1 persen dibandingkan APBNP tahun 2015 sebesar negatif Rp4.471,9 miliar. Debitur yang akan menerima alokasi penerusan pinjaman dalam RAPBN tahun 2016 adalah PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero), PT PII (Persero), dan Pemprov DKI Jakarta. Alokasi

II.6-38 Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-38 Nota Keuangan dan APBN 2016

penerusan pinjaman dalam APBN tahun 2016 dilakukan secara selektif berdasarkan tujuan penggunaan yang diprioritaskan untuk mendukung pembangunan infrastruktur terutama untuk energi melalui pembangunan/restrukturisasi pembangkit listrik (PLTU, PLTA, dan PLTG) dan pembangunan geothermal sebagai sumber energi listrik yang ramah lingkungan, fasilitas penjaminan proyek infrastruktur dalam rangka mendorong dan mempercepat pembangunan proyek-proyek infrastruktur, dan pengendalian banjir Jakarta melalui pengerukan dan rehabilitasi sungai, kanal dan waduk, serta rehabilitasi/penguatan tanggul.

Dalam rangka pengelolaan pinjaman luar negeri yang baik, Pemerintah menetapkan kebijakan pengelolaan pinjaman luar negeri sebagai berikut (1) komitmen pinjaman kegiatan (project loan) baru diarahkan untuk membiayai pembangunan infrastruktur dan energi, serta membiayai pembelian barang yang belum dapat diproduksi di dalam negeri dalam rangka alih teknologi, (2) meningkatkan kualitas persiapan kegiatan dan pengadaan pinjaman luar negeri, melalui (a) peningkatan peran serta dalam penyusunan dokumen kerjasama dengan lender untuk menghindari terjadinya pengadaan pinjaman luar negeri yang didikte oleh lender (lender- driven), (b) negosiasi pinjaman luar negeri hanya dilakukan setelah terpenuhinya seluruh kriteria kesiapan (readiness criteria) dari kegiatan yang akan dibiayai dengan pinjaman luar negeri, dan (c) menetapkan syarat dan ketentuan (terms and conditions) pinjaman luar negeri yang sesuai dengan target risiko dan biaya utang, (3) pinjaman luar negeri tunai/program dilakukan secara selektif, antara lain dalam rangka mendukung fleksibilitas pembiayaan utang, dan (4) meningkatkan kinerja pemanfaatan pinjaman luar negeri, dengan (a) mengoptimalkan evaluasi pemanfaatan pinjaman luar negeri untuk memastikan penarikan pinjaman luar negeri sesuai jadwal, (b) mengambil langkah penanganan atas kegiatan yang bermasalah dan berdampak signifikan terhadap APBN berdasarkan hasil monitoring, dan (c) meningkatkan koordinasi antarunit terkait dalam penganggaran, serta monitoring dan evaluasi pinjaman luar negeri.

Selain akan menempuh upaya-upaya tersebut, khusus untuk mengoptimalkan pengelolaan pinjaman luar negeri yang diteruspinjamkan, juga akan ditempuh kebijakan antara lain (1) melanjutkan penerusan pinjaman dengan meningkatkan prinsip kehati-hatian dengan mempertimbangkan kemampuan pengembalian, (2) pengelolaan penerimaan pembiayaan yang bersumber dari penerusan pinjaman pada tahun 2016 juga harus dilandasi kehati-hatian dengan mempertimbangkan kemampuan penyerapan anggaran (penerimaan yang berasal dari program/kegiatan yang telah berjalan/on-going dan program/kegiatan baru), serta (3) komitmen program/kegiatan baru yang dapat dibiayai melalui penerusan pinjaman akan mengacu pada kegiatan-kegiatan prioritas yang telah sesuai dengan kebijakan Pemerintah yang diarahkan untuk pembangunan infrastruktur melalui BUMN, Pemda, dan BUMD.

Disamping melakukan penarikan pinjaman luar negeri, Pemerintah juga melakukan pembayaran cicilan pokok utang luar negeri. Pembayaran cicilan pokok utang luar negeri dalam APBN tahun 2016 ditetapkan sebesar negatif Rp68.784,0 miliar atau naik 7,2 persen dibandingkan APBNP tahun 2015 sebesar negatif Rp64.183,2 miliar. Alokasi pembayaran cicilan pokok utang luar negeri dalam APBN tahun 2016 dihitung berdasarkan proyeksi pembayaran sesuai jadwal pembayaran utang dan memerhitungkan rencana percepatan pembayaran pinjaman Pemerintah kepada IDA, serta mempertimbangkan perkembangan nilai tukar rupiah terhadap beberapa mata uang asing terutama dolar Amerika Serikat. Dari sisi mata uang, cicilan pokok utang luar negeri jatuh tempo tahun 2016 akan dibayarkan terutama dalam mata uang dolar Amerika Serikat, yen Jepang, dan euro. Sedangkan dari sisi kreditur terbesar, cicilan pokok utang luar negeri jatuh tempo tahun 2016 akan dibayarkan kepada Jepang, ADB, World Bank, Jerman, dan Perancis.

Nota Keuangan dan APBN 2016 II.6-39

Bagian II dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

6.1.2.2.3 Pinjaman Dalam Negeri (Neto)

Pemenuhan pembiayaan utang dari pinjaman dalam negeri (neto) dilakukan melalui penarikan secara bruto atas pinjaman dan pembayaran cicilan pokok pinjaman dalam negeri. Dalam APBN tahun 2016, pengadaan pinjaman dalam negeri (bruto) ditetapkan sebesar Rp3.710,0 miliar atau naik 85,5 persen dibandingkan APBNP tahun 2015 sebesar Rp2.000,0 miliar. Kenaikan yang signifikan ini dikarenakan naiknya kebutuhan anggaran untuk membiayai belanja alutsista dan almatsus. Arah kebijakan pemanfaatan pinjaman dalam negeri tetap difokuskan untuk upaya pemberdayaan industri dalam negeri dan untuk membiayai kegiatan pada Kementerian Pertahanan dan Polri.

Penarikan pinjaman dalam negeri dilakukan dengan mempertimbangkan dan mendukung pengelolaan pinjaman dalam negeri, antara lain (1) mengoptimalkan pemanfaatan pinjaman dalam negeri, (2) meningkatkan kualitas persiapan kegiatan dan pengadaan pinjaman dalam negeri, dan (3) meningkatkan kinerja pemanfaatan pinjaman dalam negeri. Selain melakukan penarikan pinjaman, Pemerintah merencanakan untuk membayar cicilan pokok sebesar negatif Rp447,8, miliar atau naik 44,7 persen dibandingkan dengan APBNP tahun 2015 sebesar negatif Rp309,4 miliar.