Draf Standar Laporan BSNP Tahun 2009 – BSNP Indonesia
No. Kompetensi
Sub-Kompetensi
b. Kompetensi Pengem-
bangan dan Penerapan
Ilmu 4.4 Memahami metodologi keilmuan dalam rangka
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni 4.5 Belajar sepanjang hayat dalam rangka mengembangkan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni atau profesinya 4.6 Melakukan penelitian danatau pengembangan serta
mempresentasikan hasilnya dalam forum ilmiah dan atau profesi
4.7 Menghasilkan dan mempublikasikan karya ilmiah, seni, atau prototipe dalam bidang keahliannya
4.8 Melakukan pengabdian kepada masyarakat sesuai bidang keahliannya
4.9 Menggunakan bahasa asing untuk mendukung pengembangan bidang ilmu danatau profesinya.
6| Refleksi
Dalam proses pengembangan standar dosen akademik dan profesi pendidikan tinggi relatif lancar jika dibandingkan dengan
proses pengembangan standar pendidik dan tenaga kependidikan yang dilakukan sebelumnya 2006-2008. Hal ini ditandai setiap
kegiatan ketua dan sekretaris relatif hadir tepat waktu, begitu pula anggota tim hadir minimal 85 dari jumlah anggota, dan setiap
pertemuan semua yang hadir mengikuti diskusi dari awal sampai hari penutupan. Implikasinya setiap diskusi yang dikakukan pada setiap
kegiatan relatif lancar. Misalnya suatu konsep baru yang didiskusikan dapat dimulai dan dapat disimpulkan dengan tepat waktu. Berikut,
adanya kerja sama dan ketaatan anggota dalam hal keputusan terhadap ketua dan adanya komitmen yang selalu ditaati oleh seluruh
anggota, misalnya pembagian tugas baik tugas kelompok maupun tugas individual diterimanya dan diselesaikan di tempat tugas
masing-masing. Hasil tugas tersebut, masing-masing mengirim email ke basosappaileyahoo.co.id untuk disatukan dan dinarasikan serta
akan diinformasikan dan didiskusikan pada pertemuan berikutnya.
Dalam hal validasi standar, relatif banyak peserta validasi standar yang hadir dan aktif diskusi dan memberikan masukan yang
LAPORAN BSNP TAHUN 2009
Januari 2010 © BSNP
36
berbobot, hanya ada 1 satu dari 15 lima belas perguruan tinggi yang kurang datang ke tempat validasi, lagi kurang tanggappeduli
terhadap validasi tersebut. Dalam hal uji publik, relatif banyak peserta uji publik yang hadir dan aktif diskusi dan memberikan masukan
yang berharga, sehingga hal-hal yang belum sempat dipikirkan oleh anggota tim ahli dapat menjadi pelengkap dalam pengembangan
draf standar dan pada naskah akademik.
Hambatan yang krusial dalam pengembangan standar dosen relatif tidak ada. Pelajaran yang diperoleh dari proses kegiatan
pengembangan standar dosen akademik dan profesi pendidikan tinggi adalah dalam memperlancar suatu proses perlu komitmen
yang harus ditaati, unsur-unsur yang terlibat dalam suatu kegiatan homogen, kerja sama yang baik antar individu, antar kelompok kerja,
dan antar instansi.
PENGEMBANGAN STANDAR DOSEN AKADEMIK DAN PROFESI PENDIDIKAN TINGGI
Januari 2010 © BSNP
37
BAB 3
PENgEmbANgAN StANDAr iSi
PENDiDikAN tiNggi
Badan Standar Nasional Pendidikan
39
BAB 3 PENGEMBANGAN STANDAR
ISI PENDIDIKAN TINGGI
A| Pendahuluan
Perguruan tinggi merupakan “puncak’ jenjang pendidikan setelah pendidikan dasar dan menengah. Sebagaimana disebutkan
dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendi- dikan Nasional. “Puncak” pendidikan itu tidak dapat diraih oleh semua
orang yang menghendakinya, orang-orang yang sempat menjalani pun banyak diantaranya yang tidak berhasil menyelesaikannya de-
ngan baik. Pendidikan tinggi dicitrakan sebagai arena untuk pengem- bangan potensi yang terbaik, untuk menyiapkan diri bagi kehidupan
yang sesuai dengan status sosial yang tinggi dan bermartabat serta dengan karir yang berhasil. Demikianlah, pendidikan tinggi meru-
pakan agent of change bagi kehidupan orang-per orang, kelompok, masyarakat, bangsa dan negara bahkan, bagi perkembangan kema-
nusiaan dari zaman ke zaman.
Dengan citranya yang sungguh tinggi itu pendidikan tinggi perlu diwujudkan dan dikelola dalam kondisi yang terstandar untuk
menjamin ketinggian mutunya. Untuk itu, Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagai turunan
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Na- sional menegaskan perlunya delapan standar bagi penyelenggaraan
pendidikan pada semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan, yaitu standar isi, standar kompetensi kelulusan, standar proses, standar
pendidik, standar sarana dan prasarana, standar pembiayaan, stan-
PENGEMBANGAN STANDAR ISI PENDIDIKAN TINGGI
Januari 2010 © BSNP
41
dar pengelolaan, dan standar penilaian pendidikan. Sebagai bagian integral dari pendidikan nasional, pendidikan tinggi secara langsung
dituntut memenuhi ke-delapan standar tersebut.
Dewasa ini Pemerintah Indonesia berketetapan hati dengan upaya yang sungguh-sungguh untuk menyusun dan mengimple-
mentasikan semua standar yang dimaksudkan itu. Hal ini didorong pula untuk membenahi kondisi nyata pendidikan tinggi di tanah air
yang belum standar. Kondisi nyata yang belum standar itu antara lain ditampilkan sebagai berikut.
Pertama, kurikulum pendidikan tinggi belum dikembangkan dengan pola yang jelas. Dalam hal ini data base nasional tentang pro-
gram studi, yang dapat digunakan sebagai dasar pengembangan kurikulum boleh dikatakan belum ada atau setidak-tidaknya belum
tersosialisasikan.
Kedua, kurikulum yang dikembangkan oleh satuan-satuan pen- didikan tinggi disebut pendidikan tinggi belum terbagi secara pro-
porsional ke dalam substansi untuk memenuhi kebutuhan kehidup- an dalam tataran praktis dan kebutuhan kehidupan dalam tataran
idealis. Dalam hal-hal tertentu berbagai perguruan tinggi bahkan ter- lalu kuat berorientasi pada dunia industri sehingga bidang-bidang
yang mengarah pada pengembangan dan karya akademik secara institusional dan personal terabaikan.
Ketiga, susunan kurikulum pendidikan tinggi cenderung ma- sih mengarah pada rentetan mata kuliah dan belum secara terarah
mengembangkan pembentukan manusia seutuhnya sesuai dengan harkat dan martabatnya serta pengembangan kemampuan aka-
demik, profesi dan vokasi yang benar-benar diperlukan untuk masla- hat kehidupan kemanusiaan. Materi pengembangan diri melalui
kegiatan pelayanan yang memandirikan dan ekstra kurikuler belum terintegrasi ke dalam kurikulum.
Keempat, belum adanya pola standar untuk pengembangan pendidikan tinggi; pendirian dan pengelolaan perguruan tinggi yang
LAPORAN BSNP TAHUN 2009
Januari 2010 © BSNP
42
kurang terkendali, dan mayoritas lulusan serta produk-produk lain perguruan tinggi yang kurang memadai tampaknya akan terus ber-
langsung. Perguruan tinggi hanya sekedar menjadi lembaga transfer IPTEKS yang kurang bermakna serta tidak memberikan nilai tambah
bagi pengembangan IPTEKS yang lebih membudayakan dan mem- berdayakan kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan, maju
dan modern.
Implementasi standar-standar yang dimaksudkan itu diharap- kan mampu mengubah kondisi pendidikan tinggi dewasa ini yang
kurang memadai seperti tergambar di atas menjadi perguruan tinggi yang memenuhi standar mutu yang tinggi. Sebagai agent of change
melalui kurikulumnya yang standar, pendidikan tinggi mampu ber- peran sebagai wahana pembentuk manusia seutuhnya potensi
dirinya berkembang secara optimal, mandiri, sehat jasmani, rohani dan sosial serta sebagai pengembang kehidupan dan karya-karya
akademik yang luhur, profesi yang bermartabat, dan vokasi yang benar-benar terampil dan produktif yang terwujud dalam kehidupan
yang penuh dengan nilai-nilai kehidupan akhlakul karimah. Dalam berkehidupan kebangsaan dan kenegaraan, pendidikan tinggi men-
jadi pusat pengembangan kebudayaan bangsa, penguatan, kejayaan bangsa melalui pengoptimalan pengembangan sumber daya alam
dan manusia yang melimpah, dan peningkatan daya saing serta pe- nguatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam konteks globali-
sasi pendidikan tinggi diharapkan menjadi benteng untuk memper- tahan identitas budaya bangsa, menjadi pendorong berkembangnya
bangsa secara dinamis dan modern sambil secara bijak menerima pengaruh globalisasi demi penguatan dan peningkatan budaya
bangsa.
Bertolak dari kondisi dengan warna-warni yang belum begitu jelas arah dan polanya itu, dan menuju ke arah pendidikan terstan-
dar, bahkan berstandar tinggi dirasa perlu disusun 8 standar pendi- dikan sebagaimana diamanatkan oleh PP No. 15 tahun 2005 tentang
PENGEMBANGAN STANDAR ISI PENDIDIKAN TINGGI
Januari 2010 © BSNP
43
Standar Nasional Pendidikan. Dalam rangka pengembangan stan- dar-standar pendidikan yg dimaksudkan itu, perlu disusun Standar
Isi Pendidikan Tinggi selanjutnya disingkat SIPT, sebagai salah satu komponen pokok penyelenggaraan pendidikan tinggi yang bermutu.
Berkenaan dengan kurikulum yang menjadi materi pokok SIPT, unsur- unsur budaya bangsa, khususnya yang terkait langsung dengan upa-
ya pendidikan, perlu dijadikan prinsip dinamik pengembangan dan implementasi kurikulum pendidikan tinggi yang berorientasi global.
Kurikulum yang demikian itu diharapkan memenuhi fungsinya se- bagai wahana pembudayaan dan pemberdayaan bangsa yang dina-
mis, maju dan modern, ber-IPTEKS tinggi dan mampu bersaing dalam kehidupan global, serta sekaligus memandirikan peserta didik.
Standar Isi yang dikembangkan ini berlaku untuk program-pro- gram pendidikan akademik, profesi dan vokasi yang diselenggarakan
oleh perguruan tinggi.
B| Landasan Penyusunan Standar
Landasan legal penyusunan Standar Isi Pendidikan Tinggi adalah :
1. Pancasila, falsafah bangsa dan dasar negara.
2. Undang-undang Dasar 1945, yang mengamanatkan kepada
pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menye- lenggarakan sistem pendidikan nasional.
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional terutama pasalayat-ayat mengenai jalur, jenis dan
jenjang pendidikan tinggi, program dan kurikulum pendidikan tinggi.
4. Peraturan Pemerintah no. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasio-
nal Pendidikan terutama pasalayat-ayat mengenai standar isi pendidikan tinggi.
5. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru teruta-
ma pasalayat-ayat mengenai kompetensi guru yang diperoleh
LAPORAN BSNP TAHUN 2009
Januari 2010 © BSNP
44
melalui studi di peguruan tinggi. 6.
Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 1990 tentang Pendidikan Tinggi terutama pasalayat-ayat mengenai jurusanprogram
studi dan kurikulum Perguruan tinggi.
7. Rencana Peraturan Pemerintah tentang
Dosen, terutama ten- tang pasalayat-ayat mengenai materitugas yang diampu oleh
dosen. 8.
Permendiknas No. 22, no. 23 dan No. 24 tahun 2006 tentang Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan dan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan pada satuan pendidikan dasar dan mene- ngah, sebagai referensi bagi standar isi, standar kompetensi lu-
lusan dan kurikulum pendidikan tinggi.
9. Permendiknas No. 18 Tahun 2007 tentang Standar Kualiikasi
Akademik dan Kompetensi Guru terutama mengenai pasal ayat-ayat mengenai program pendidikan dan kompetensi yang
ditempuh oleh calon guru pada pendidikan tinggi.
10. Permendiknas No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualiikasi Akademik dan Kompetensi Konselor terutama mengenai pasal
ayat-ayat tentang program pendidikan dan kompetensi yang ditempuh calon konselor di perguruan tinggi
11. Permendiknas No. 58 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pro- gram Sarjana S-1 Kependidikan Bagi Guru dalam Jabatan, teru-
tama pasalayat-ayat mengenai pengakuan pengalaman kerja dan hasil belajar sebagai pengurang beban belajar.
C| Tujuan dan Fungsi Standar
Tujuan disusunnya SIPT adalah :