2.1.5. Struktur Modal
Struktur modal mengacu pada pendanaan perusahaan yang menggunakan utang jangka panjang, saham preferen ataupun modal pemegang saham. Pada
dasarnya struktur modal merupakan kombinasi utang dan ekuitas dalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan yang lebih menggambarkan target
komposisi utang dan modal ekuitas jangka panjang dari suatu perusahaan Berstein dan Wild 1998 dalam Sugiarto, 2009:2. Stabilitas keuangan perusahaan
dan risiko kegagalan melunasi utang tergantung pada sumber dari pendanaan serta jenis dan jumlah berbagai aset yang dimiliki perusahaan Subramanyam dan Wild,
2010:263. Hutang perusahaan yang tinggi akan berdampak pada pemberikan dividen
yang rendah Rozeff 1982 dalam Suharli dan Oktarina, 2005. Karena laba yang diperoleh perusahaan digunakan untuk melunasi kewajiban. Hutang dapat
dimanfaatkan sebagai pengurang pajak, tetapi deviden yang dibayar kepada pemegang saham tidak mengurangi pajak Subramanyam dan Wild, 2010:284.
Menurut Modigliani dan Miller dalam teori pertukaran struktur modal menyatakan bahwa utang adalah suatu hal yang bermanfaat karena bunga dapat menjadi
pengurang pajak, tetapi utang juga membawa serta biaya-biaya yang dikaitkan dengan adanya kemungkinan atau kenyataan kebangkrutan. Rasio ini sering
dikaitkan dengan likuiditas yang berarti kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya.
Struktur modal adalah salah satu elemen kunci dari analisis solvabilitas yang mengacu pada sumber pendanaan perusahaan Subramanyam dan Wild,
2010:262. Struktur modal dapat dilihat dari beberapa prespektif, salah satunya
Universitas Sumatera Utara
adalah dengan menganalisis prespektif perbedaan antara utang dan ekuitas yang disebut dengan Debt to Equity Ratio DER. Menurut Kasmir 2012:157 DER
merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dan ekuitas dengan membandingkan antara seluruh utang dengan seluruh ekuitas.
Sugiarto 2010 menyatakan bahwa DER yang tinggi menunjukkan komposisi total hutang semakin besar dibanding total modal sendiri yang akan
berdampak pada semakin besar pula beban yang ditanggung perusahaan terhadap pihak eksternal kreditur, itu menunjukkan bahwa perusahaan sangat bergantung
pada pihak eksternal sehingga semakin tinggi resiko suatu perusahaan. Hal ini akan berdampak pada minat investor dalam melakukan investasi pada perusahaan
tersebut, dan penurunan minat investor akan berpengaruh pada penurunan harga saham yang pada akhirnya mempengaruhi return saham yang diterima investor
semakin rendah. Para investor tidak tertarik melakukan investasi pada perusahaan yang memiliki DER yang tinggi, disebabkan karena semakin tinggi rasio ini maka
akan mengakibatkan resiko keuangan suatu perusahaan juga akan semakin tinggi Hermawan, 2012.
DER setiap perusahaan berbeda-beda tergantung pada karakteristik bisnis dan keberagaman arus kasnya Kasmir, 2012:158. Rasio ini dapat diformulasikan
dengan rumus sebagai berikut:
=
2.1.6 Rasio Saham