semakin besar pula ukuran perusahaan sehingga ukuran perusahaan dapat diproyeksikan sebagai berikut :
=
2.1.8 Komisaris Independen
Pada dasarnya Good corporate governance GCG memiliki tujuan untuk kemajuan kinerja suatu perusahaan Surya dan Yustiavandana, 2006:67. Prinsip-
prinsip GGC yang diajukan Organization for Economic Cooperation and Development OECD yaitu: Fairness kewajaran, Disclosure Transparancy
keterbukaan Tansparansi,
Accountability Akuntabilitas,
Responsibility Responsibilitas. GCG berkaitan dengan memberikan keyakinan pada investor
bahwa manajer suatu perusahaan akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan melakukan kecurangan atau menginvestasikan ke
dalam proyek - proyek yang tidak menguntungkan bagi investor. GCG merupakan suatu mekanisme yang pengelolaannya didasarkan pada
teori keagenan. Penerapan konsep GCG diharapkan memberikan kepercayaan terhadap agen manajemen dalam mengelola kekayaan pemilik investor, dan
pemilik menjadi lebih yakin bahwa agen tidak akan melakukan suatu kecurangan untuk kesejahteraan agen. Dalam rangka penyelenggaraan GCG tersebut Bapepam
selaku otoritas pasar modal Indonesia, mengeluarkan surat edaran BAPEPAM No. SE-03PM2000 tanggal 5 Mei 2000. Dalam surat edaran tersebut ketentuan
yang mengharuskan perusahaan publik untuk memiliki komisaris independen maupun komite audit Surya dan Yustiavandana, 2006:124.
Universitas Sumatera Utara
Dewan komisaris merupakan puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan yang memiliki peran terhadap aktivitas pengawasan Siallangan dan
Machfoedz, 2006. Menurut Sriwedari 2009 dewan komisaris secara umum bertugaskan dan bertangungjawab atas pengawasan kualitas informasi yang
terkandung dalam laporan keuangan. Keanggotaan dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaaan disebut dengan komisaris independen yang memiliki fungsi
pengawasan yang sangat berperan guna mewujudkan GCG. Menurut Nabila dan Daljono 2013
Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang Good Corporate
Governance GCG. Komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen pemegang saham mayoritas, pejabat, atau yang
berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan.
Keberadaan komisaris independen diharapkan dapat bersikap netral terhadap segala kebijakan yang dibuat direksi, serta mampu menciptakann
keseimbangan antara berbagai kepentingan pemegang saham utama mayoritas, direksi, komisaris, manajemen, karyawan, maupun pemegang saham public
Surya dan Yustiavandana, 2006:139. Menurut Cornett at el 2008 dalam Murhadi dan Wijaya, 2011 board of director yang berasal dari pihak independen
lebih efektif dalam melakukan pengawasan, dimana kinerja operasi dan stock return semakin baik dengan meningkatnya komisaris independen.
Ketentuan yang dikeluarkan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor: Kep-305BEJ07-2004, bahwa jumlah minimal komisaris independen adalah 30
dari seluruh anggota dewan komisaris. Komisaris independen dihitung dengan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan skala rasio yaitu melalui persentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar badan usaha dan seluruh anggota dewan komisaris badan usaha.
=
2.2 Penelitian Sebelumnya
Penelitian ini merupakan modifikasi dari beberapa hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah return saham. Berikut ini dikemukakan
penelitian-penelitian terdahulu tentang beberapa faktor yang berpengaruh terhadap return saham. Arista dan Astohar 2012 meneliti tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi return
saham. Hasil risetnya menunjukkan bahwa DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. PBV berpengaruh
positif dan signifikan terhadap return saham, sedangkan ROA dan EPS berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham.
Hou and Dijk 2008 meneliti tentang Resurrecting the Size Effect: Firm Size, Profitability Shocks, and Expected Stock Returns dengan menggunakan
variabel Size dan retun saham. Hasil risetnya menunjukkan bahwa perusahaan kecil berpengaruh negatif terhadap return saham sedangkan perusahaan besar
berpengaruh positif terhadap return saham. Kose 2011 meneliti tentang Dissecting the leverage effect on stock returns
dengan menggunakan variabel Leverage, debt maturity, stock returns, financial risk, investment, industry risk. Hasil risetnya menunjukkan bahwa leverage dan
firms size berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham.
Universitas Sumatera Utara