I PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang melimpah, sehingga ketika keunggulan ini dikelola
dengan tepat maka akan menjadi salah satu andalan perekonomian nasional. Kondisi ini pula didukung dengan iklim dan cuaca yang baik untuk
pengembangan komoditas tropis dan sebagian subtropis. Dengan keragaman dan keunikannya yang bernilai tinggi serta diperkuat oleh kekayaan kultural yang
sangat beragam, Indonesia mempunyai potensi yang besar dalam pariwisatanya. Keseluruhannya sangat berpeluang besar menjadi andalan dalam perekonomian
Indonesia. Pariwisata Indonesia saat ini tengah mengalami perkembangan yang
signifikan. Hal ini didukung dengan berbagai penghargaan yang didapatkan Indonesia diberbagai organisasi internasional antara lain PBB Perserikatan
Bangsa-Bangsa, Bank Dunia dan World Tourism Organization WTO seperti penghargaan yang diberikan oleh PBB kepada Presiden RI berupa Global
Champion Disaster Risk Reduction Tahun 2011 di Jenewa, Swiss. Badan Pusat
Statistik mencatat bahwa terjadi kenaikan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Indonesia tahun 2004-2010
Tahun Jumlah Wisatawan
Mancanegara orang
Persentase Penerimaan Devisa
juta USD Persentase
2004 5.321.165
13,22 4.797,90
11,89 2005
5.002.101 12,42
4.521,90 11,20
2006 4.871.351
12,10 4.447,98
11,02 2007
5.505.759 13,67
5.345,98 13,24
2008 6.234.497
15,48 7.347,60
18,20 2009
6.323.730 15,71
6.297,99 15,60
2010 7.002.944
17,39 7.603,45
18,84
Sumber : Pusat Pengelolaan Data dan Sistem Jaringan P2DSJ dan BPS, 2011 diolah
2 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah wisatawan mancanegara
yang berkunjung ke Indonesia mengalami fluktuasi dengan kecenderungan meningkat. Penurunan jumlah pengunjung terjadi pada tahun 2005 dan 2006
dengan persentase sebesar 0,80 persen dan 0,32 persen. Penurunan jumlah wisatawan pun berbanding lurus dengan penerimaan devisa negara, pada tahun
2004 hingga 2006 terjadi penurunan devisa sebesar 0,69 persen pada tahun 2005 dan 0,18 persen pada tahun 2006. Peningktan jumlah wisatawan yang diikuti
dengan meningkatnya devisa terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 1,57 persen dengan persentase untuk devisa sebesar 2,24 persen. Peningkatan jumlah
wisatawan mancanegara ke Indonesia diduga karena Indonesia memiliki kawasan yang menarik dan memiliki kekayaan alam yang khas serta upaya pemerintah
Indonesia dalam melestarikan budaya nasional dan pariwisata melalui program pemerintah yaitu Visit Indonesia 2008. Pada tahun 2007 hingga tahun 2010
jumlah wisatawan mancanegara terus meningkat.Kenaikan jumlah wisatawan ini pun sejalan dengan jumlah penerimaan devisa yang didapat. Penerimaan devisa
negara dari sektor pariwisata pun mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun dengan kecenderungan meningkat. Perkembangan sektor pariwisata yang positif akan
berpengaruh positif pula pada perkembangan perekonomian nasional. Peranan sektor pariwisata dalam membangun perekonomian nasional
dapat dilihat pula dari kontribusi sektor pariwisata terhadap komoditas ekspor lainnya. Sektor pariwisata memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap
perekonomian negara melalui sumbangan devisanya. Berdasarkan Tabel 2, peranan sektor pariwisata dalamkontribusinya terhadap penerimaan devisa
negaramengalami perkembangan yang sangat baik dan meningkat dari tahun ke tahun. Kontribusi yang diberikan sektor pariwisata terhadap PDB memiliki trend
yang terus naik. Pada tahun 2006, sektor pariwisata memberikan kontribusi sebesar 7,32
persen terhadap PDBdan berada di posisi keenam. Pada tahun berikutnya posisi sektor pariwisata naik satu tingkat di posisi kelima dengan kontribusi yang
diberikan sebesar 7,82 persen. Sektor pariwisata menempati posisi keempat di tahun 2008 dengan nilai kontribusi sebesar 8,75 persen. Dan pada tahun 2009
sektor pariwisata memberikan 6.298,02 juta US untuk devisa negara dengan
3 nilai kontribusi sebesar 9,65 persen. Namun, meskipun kontribusi sektor
pariwisata naik pada tahun 2009 tetapi penerimaan negara devisa yang diberikan menurun sebesar 14,08 persen. Hal ini tidak terjadi pada sektor pariwisata saja
melainkan pada seluruh sektor yang menjadi komoditas penyumbang devisa negara. Terjadinya penurunan devisa negara secara menyeluruh dikarenakan
terjadinya krisis global pada tahun 2009. Krisis global menyebabkan adanya penurunan daya beli masyarakat secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini
pula mempengaruhi keputusan wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata. Hal ini pula diperkuat dengan data pada Tabel 1 yaitu dengan menurunnya kontribusi
pariwisata sebesar 2,60 persen. Namun, secara keseluruhan peluang sector pariwisata cukup prospektif untuk dikembangkan, karena selain sebagai salah satu
penghasil devisa Negara, trend pariwisata terus mengalami kenaikan. Selain itu, sektor pariwisata juga diharapkan dapat menjadi pendorong pertumbuhan sektor
pembangunan lainnya seperti sektor perkebunan, pertanian, perdagangan, perindustrian dan lain-lain. Salah satu unsure dari sektor pertanian yang memiliki
potensi yang baik untuk dikembangakan adalah agrowisata. Potensi agrowisata tersebut ditunjukan dari keindahan alam pertanian dan produksi di sektor
pertanian yang cukup berkembang.
4
Tabel 2.
Ranking Devisa Sektor Pariwisata Terhadap Komoditas Ekspor Lainnya Tahun 2006-2009
2006 2007
2008 2009
JenisKomoditi Nilai
juta
USD JenisKomoditi
Nilai juta
USD JenisKomoditi
Nilai juta
USD JenisKomoditi
Nilai juta
USD
Minyakdan gas bumi
21.20 9,50
Minyakdan gas bumi
22.08 8,60
Minyakdan gas bumi
29.12 6,30
Minyakdan gas bumi
19.01 8,30
Pakaianjadi 5.608
,16 Minyakkelapas
awit 7.868
,64 Minyakkelapas
awit 12.37
5,57 Minyakkelapas
awit 10.36
7,62 Karetolahan
5.465 ,14
Karetolahan 6.179
,88 Karetolahan
7.579 ,66
Pariwisata 6.298
,02
Minyakkelapas awit
4.817 ,64
Pakaianjadi 5.712
,87
Pariwisata 7.377
,00
Pakaianjadi 5.735
,60 AlatListrik
4.448 ,74
Pariwisata 5.345
,98
Pakaianjadi 6.092
,06 Karetolahan
4.870 ,68
Pariwisata 4.447
,97
AlatListrik 4.835
,87 AlatListrik
5.253 ,74
AlatListrik 4.580
,18 Tekstil
3.908 ,76
Tekstil 4.177
,97 Tekstil
4.127 ,97
Tekstil 3.602
,78 Kayuolahan
3.324 ,97
Bahankimia 3.402
,58 Kertasdanbaran
gdarikertas 3.796
,91 Kertasdanbaran
gdarikertas 3.405
,01 Kertasdanbaran
gdarikertas 2.859
,22 Kertasdanbaran
gdarikertas 3.374
,84 Makananolahan
2.997 ,17
Makananolahan 2.960
,73 Bahankimia
2.697 ,38
Kayuolahan 3.076
,88 Kayuolahan
2.821 ,34
Kayuolahan 2.275
,32 Makananolahan
1.965 ,56
Makananolahan 2.264
,00 Bahankimia
2.754 ,30
Bahankimia 2.155
,41
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 Agrowisata merupakan rangkaian kegiatan wisata yang memanfaatkan
potensi pertanian sebagai obyek wisata, baik potensi berupa pemandangan alam kawasan pertaniannya maupun kekhasan dan keanekaragaman aktivitas produksi
dan teknologi pertanian serta budaya masyarakat petaninya. Kegiatan agrowisata bertujuan untuk memperluas wawasan pengetahuan, pengalaman rekreasi dan
hubungan usaha di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, perikanan dan peternakan.
Hal ini juga di dukung dengan perubahan preferensi dan motivasi wisatawan secara dinamis. Kecenderungan pemenuhan kebutuhan dalam bentuk
menikmati obyek-obyek spesifik seperti udara yang segar, pemandangan yang indah, pengolahan produk secara tradisional, maupun produk-produk pertanian
modern dan spesifik menunjukkan peningkatan yang pesat. Kecenderungan ini merupakan sinyal tingginya permintaan akan agrowisata dan sekaligus membuka
peluang bagi pengembangan produk-produk agribisnis baik dalam bentuk kawasan ataupun produk pertanian yang mempunyai daya tarik spesifik.
1
5 Saat ini konsumen tidak hanya ingin mendapatkan rekreasi semata tetapi
juga ada nilai tambah yang bisa didapat seperti edukasi, konsep back to nature yang asri menyehatkan dan menyegarkan atau paket-paket pengenalan kegiatan
agribisnis dari hulu sampai hilir. Ada kegiatan di bidang peternakan seperti memandikan kerbau, belajar memerah susu, memberi pakan ternak, ada juga di
bidang perikanan, yaitu memberi pakan ikan, memancing atau menangkap langsung, membuat pakan ikan, sampai membeli ikan dan memasaknya untuk
dimakan langsung di tempat, di bidang pertanian ada menanam sayuran, memanen jagung dan lain sebaginya, dan masih banyak lagi contoh-contoh kegiatan di
sektor agribisnis secara umum yang dapat di jadikan sebagai wisata agro. Perubahan preferensi dan trend wisata inilah yang dicermati oleh para
pelaku bisnis wisata untuk diterjemahkan sebagai peluang bisnis, sehingga berbagai alternatif wisata dengan konsep back to naturesemakin banyak
bermunculan yang disesuaikan dengan selera konsumen saat ini. Hal ini kemudian didukung dengan kondisi Indonesia sebagai negara berkembang yang memiliki
tingkat kesibukan yang cukup tinggi terutama kota-kota dengan kondisi yang banyak penduduknya serta padatnya aktivitas seperti daerah jabodetabek Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Kesibukan dan rutinitas pekerjaan yang padatmembuat masyarakat butuh akan saluran untuk membuat mereka kembali
segar fresh.Maka wisata agro dengan konsep back to nature merupakan salah satu bisnis wisata yang memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan saat
ini.Indonesia memiliki berbagai provinsi dengan potensi agrowisata yang sangat besar, salah satunya adalah Jawa Barat. Jumlah kawasan agrowisata di Jawa Barat
dapat dijelaskan pada Tabel 3.
1
Strategi Pengembangan Wisata Agro di Indonesia.http:www.database.deptan.go.id. [7 Juli 2011]
6
Tabel 3.
Kawasan Agrowisata di Jawa Barat Tahun 2007
No. Agrowisata
Lokasi Keterangan
1 Balai Penelitian Tanaman Hias
Pacet, Cipanas Kebun Penelitian
Tanaman Hias 2
Batulawang – Afdeling Cisaga Cisaga, Ciamis
Perkebunan Teh dan Karet
3 Kebun Percobaan Pasir Sarongge
Cianjur Kebun dan Pabrik Teh
4 Peternakan Ayam Pelung
Cianjur Budidaya dan Atraksi
Ayam Pelung 5
Taman Bunga Nusantara Cipanas
Taman Bunga 6
Kebun Wisata Pasir Mukti Citeureup, Bogor
Kebun Buah dan Kolam Pemancingan
7 Seni ketangkasan Domba
Garut Budidaya Domba dan
Kerajinan Kulit 8
Balai Inseminasi Buatan Lembang Lembang, Bandung
Budidaya Sapi 9
Horticulture Research Institute Lembang
Cikole, Lembang Kebun Penelitian
Hortikultura 10
Perkebunan Gambung Cisondari, Bandung
Perkebunan Teh 11
Perkebunan Malabar PTP XII PTPN VIII
Pangalengan, Bandung
Perkebunan Teh 12
Perkebunan Rancabali PTP XII PTPN VIII
Ciwidey, Bandung Perkebunan Teh
13 Perkebunan Puncak PTP XII PTPN
VIII Puncak, Bogor
Perkebunan Teh 14
Perkebunan Kelapa Sawit Garut
Pengolahan Minyak Kelapa Sawit
15 Kebun Anggrek dan Tanaman Hias
Cikole, Lembang Kebun anggrek
16 Perkebunan Ciater PTP XII
Nagarak, Subang Kebun Teh
17 Tambaksari
Subang Pabrik Teh
18 BBT Hortikultura
Pasir Banteng, Tanjungsari
Penjualan Bibit Tanaman Buah
19 Kebun Raya Bogor
Bogor Taman dan Hutan Kota
20 Taman Wisata Mekar Sari
Cipanas Taman Buah
Sumber : http:database.deptan.go.idagrowisataviewprovinsi2008 Berdasarkan Tabel 3, kawasan agrowisata daerah Jawa Barat pada tahun
2007 berada di daerah kawasan Puncak-Bogor, Garut, Bandung, Subang dan sekitarnya. Sementara itu, kawasan agrowisata di daerah yang berdekatan dengan
ibukota negara yaitu Jakarta dan sekitarnya masih sangat minim, sedangkan tingkat kesibukan dan rutinitas yang tinggi yang dirasakan oleh warga Jakarta dan
sekitarnya membutuhkan saluran yang efektif dan efisien. Dalam hal ini agrowisata adalah jawaban yang tepat, tetapi jarak yang cukup jauh dan kawasan
agrowisata yang melewati jalan-jalan ramai dan macet seperti daerah Puncak- Bogor tidak menjawab permasalahan yang dialami oleh warga yang bertempat
tinggal di ibukota. Kampung 99 Pepohonan merupakan salah satu agrowisatayang berada di
Kota Depok. Kampung 99 Pepohonanmenawarkan konsep agrowisata yang
7 dipadukan dengan konsep back to natureyang dikelilingi oleh 99 pepohonan.
Paket wisata yang ditawarkan terdiri atas paket menginap di rumah kayu, paket outbond
, restoran, live music, dan lain sebagainya. Dengan jarak yang dekat dengan ibukota, fasilitas yang lengkap danlokasi yang sejukkarena dikelilingi
olehpepohonan yang rindang, perkampungan di tengah kota ini merupakan salah satu alternatif wisata agro yang sangat tepat untuk masyarakat yang bertempat
tinggal di ibukota dan sekitarnya yang ingin menghilangkan kejenuhannya dari pekerjaan dan rutinitas kota.
1.2. Perumusan Masalah