4. Menyerap informasi secara verbal
Dengan demikian agar hasil ini dapat optimal, guru dituntut untuk mengubah peran  dan  fungsinya  menjadi  fasilitator,  mediator,  mitra  belajar  siswa,  dan
evaluator.  Ini  berarti,  guru  harus  menciptakan  interaksi  pembelajaran  yang demokratis dan dialogis antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa.
Berdasarkan  uraian  diatas,  peneliti  tertarik  mengangkat  model  pembelajaran cooperative  learning  dalam  upaya  meningkatkan  prestasi  belajar,  karena  model
pembelajaran  ini  memperhatikan  perbedaan  siswa  sebagai  individu.  Model pembelajaran  ini  tidak  terlalu  menekankan  hasil  yang  bagus  tetapi  menekankan
proses sebagai hal bertahap mencapai pengertian dan pembelajaran. Maka dalam
penelitian ini penulis mengambil judul: “UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR  PENDIDIKAN  AGAMA  ISLAM  DENGAN  MENERAPKAN
MODEL  COOPERATIF  LEARNING    PADA  SISWA  KELAS  VII  SMP TULUS BHAKTI TAHUN PELAJARAN 2015-
2016”. B.
Identifikasi Area dan Fokus PenelitianIdentifikasi Malasah
Berdasarkan  pada  latar  belakang  tersebut  diatas,  maka  dalam  penelitian  ini peneliti dapat merumuskan beberapa fokus penelitian sebagai berikut :
1. Masih rendah prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI nilai belum
sampai pada capaian KKM yang ditargetkan 2.
Masih rendahnya motivasi belajar PAI siswa 3.
Metode  atau  model  pembelajaran  guru  PAI  masih  monoton  dan  kurang mampu meningkatkan prestasi belajar
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Mengingat  banyaknya  permasalahan  yang  telah  diidentifikasikan  diatas peneliti tidak akan mengkaji seluruh permasalahan dalam penelitian ini, penelitian
ini dibatasi pada beberapa hal 1.
Prestasi belajar Prestasi  belajar  yang  peneliti  maksud  adalah  kemampuan  keberhasilan
pembelajaran  PAI  pada  materi  qada  dan  qadar,  dengan  silaturahim  dan ukhuwah,  di  kelas  VII  semester  1  SMP  Tulus  Bhakti  Kecamatan  Jatiasih
Bekasi tahun pelajaran 2015-2016
2. Pembelajaran cooperative learning
Pembelajaran cooperative learning adalah proses pembelajaran kelompok di  mana  setiap  anggota  siswa  menyumbangkan  informasi  pengetahuan,
pengalaman,  ide,  sikap,  pendapat,  kemampuan  dan  ketrampilan  yang dimilikinya,  untuk  secara  bersama  saling  meningkatkan  pemahaman
seluruh anggota.
D. Perumasan Masalah Penelitian
Dengan  mencermati  apa  yang  telah  diuraikan  pada  latar  belakang  masalah, maka perumasan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi model cooperative learning dalam pembelajaran
PAI di kelas VII SMP Tulus Bhakti? 2.
Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran cooperative learning?
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1.
Mendeskripsikan  langkah-langkah  penggunaan  model  cooperative learning dalam pembelajaran PAI di kelas VII SMP Tulus Bhakti.
2. Mendapatkan gambaran tentang peningkatan prestasi belajar siswa setelah
diterapkannya model pembelajaran cooperative learning. Kegunaan hasil peneltian ini sebagai bahan masukan bagi:
1. Bagi  siswa,  hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat  meningkatkan  prestasi
belajar siswa dalam pembelajaran PAI. 2.
Bagi  guru,  dapat  dijadikan  sebagai  salah  satu  upaya  meningkatkan kompetensi  padagogik  dan  profesional  dalam  pembelajaran  PAI  di
kelas VII. 3.
Bagi  sekolah,  dapat  dijadikan  acuan  pengembangan  kebijakan  dalam mengembangkan kualitas pembelajaran di kelas.
4. Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai masukan dan bekal untuk berperan
agar memberikan kontribusi positif terhadap keberhasilan belajar siswa.
BAB  II KAJIAN  TEORITIK  DAN  PENGAJUAN
KONSEPTUAL  INTERVENSI  TINDAKAN A.
Acuan Teori  Area dan Fokus yang Diteliti 1.
Belajar
Pengertian  belajar  dapat  kita  temukan  dalam  berbagai  sumber  atau literature. Meskipun kita melihat ada perbedaan-perbedaan di dalam rumusan
pengertian belajar tersebut dari masing-masing ahli, namun secara prinsip kita menemukan kesamaan-kesamaannya.
a. Belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya
interaksi  antara  individu  dengan  individu  dan  individu  dengan lingkungannya
sehingga mereka
mampu berinteraksi
dengan lingkungannya.
b. Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan
diri  sebagai  suatu  pola  baru  dari  reaksi  berupa  kecakapan,  sikap, kebiasaan, kepribadian atau pengertian.
c. Belajar  adalah  proses  dimana  tingkah  laku  ditimbulkan  atau  diubah
melalui latihan atau pengalaman. d.
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu  perubahan  tingkah  laku  yang  baru  secara  keseluruhan,  sebagai
hasil  pengalaman  individu  itu  sendiri  di  dalam  interaksi  dengan lingkungannya
e. Belajar  adalah  suatu  usaha  sadar  yang  dilakukan  oleh  individu  dalam
perubahan  tingkah  laku  baik  melalui  latihan    dan  pengalaman  yang menyangkut  aspek-aspek  kognitif,  afektif  dan  psikomotorik  untuk
memperoleh tujuan tertentu.
9
9
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2012, Cet. 6, h. 35.
8
f. Belajar  adalah  kegiatan  yang  berproses  dan  merupakan  unsur  yang
sangat  fundamental  dalam  penyelenggaraan  setiap  jenis  dan  jenjang pendidikan.
10
Selanjutnya,  dalam  perspektif  keagamaan  pun  dalam  hal  ini  Islam, belajar  merupakan  kewajiban  bagi  setiap  muslim  dalam  rangka
memperoleh  ilmu  pengetahuan  sehingga  derajat  kehidupannya meningkat.  Hal  ini  di  nyatakan  dalam  surat  Mujadalah:  11  yang
berbunyi :
11
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Artinya:  Hai  orang-orang  beriman  apabila  kamu  dikatakan  kepadamu: Berlapang-lapanglah dalam majlis, Maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: Berdirilah  kamu,  Maka  berdirilah,  niscaya  Allah  akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang- orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Firman-firman  Allah  yang  mewajibkan  orang  untuk  belajar  agar
memperoleh  ilmu  pengetahuan.  Surat  Az-Zumar:  9,  dan  surat  Al-Isra: 36 yang berbunyi:
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
10
Muhibbin  Syah,  Psikologi  Pendidikan,  Bandung:  Remaja  Rosdakarya,  2013, Cet.18, h. 87
11
Muhibbin Syah, Ibid., h. 94
Artinya:  apakah  kamu  Hai  orang  musyrik  yang  lebih  beruntung ataukah  orang  yang  beribadat  di  waktu-waktu  malam  dengan
sujud  dan  berdiri,  sedang  ia  takut  kepada  azab  akhirat  dan mengharapkan  rahmat  Tuhannya?  Katakanlah:  Adakah  sama
orang-orang  yang  mengetahui  dengan  orang-orang  yang  tidak mengetahui?  Sesungguhnya  orang  yang  berakallah  yang  dapat
menerima pelajaran. Az-Zumar: 9
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Artinya:  dan  janganlah  kamu  mengikuti  apa  yang  kamu  tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran,  penglihatan  dan  hati,  semuanya  itu  akan  diminta
pertanggungan jawabnya. Al-Isra: 36.
12
g. Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih.
13
Dapat  kita  simpulkan  dari  sejumlah  pandangan  dan  definisi  tentang belajar.  Belajar  adalah  suatu  aktivitas  atau  suatu  proses  untuk  memperoleh
pengetahuan,  meningkatkan  keterampilan,  memperbaiki  perilaku,  sikap,  dan mengokohkan  kepribadian.  Dalam  konteks  menjadi  tahu  atau  proses
memperoleh  pengetahuan,  menurut  pemahaman  sains  konvensional,  kontak manusia  dengan  alam  diistilahkan  dengan  pengalaman  experience.
Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan, knowledge, a  body  of  knowledge.  Definisi  ini  merupakan  definisi  umum  dalam
pembelajaran  sains  secara  konvensioanal,  dan  beranggapan  bahwa pengetahuan sudah terserak di alam, tinggal bagaimana siswa atau pembelajar
bereksplorasi,  menggali  dan  menemukan  kemudian  memungut  untuk memperoleh pengetahuan.
14
12
Muhibbin Syah, Ibid., h. 99
13
MB. Rahimsyah, Satyo Adhi, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Aprindo: Jakarta, 2009, cet. 8, h. 9
14
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Rosda, 2012,Cet. 3, h. 9
Sedangkan  menurut  peneliti  belajar  adalah  suatu  proses  untuk  mencapai suatu pengetahuan yang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi
bisa dan dapat merubah tingkah laku seseorang.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu  prestatie. Kemudian dalam  bahasa  Indonesia  “prestasi”  yang  berarti  “hasil  belajar”.  Istilah
“prestasi belajar” achievemenet berbeda dengan “hasil belajar” learning
outcome.  Prestasi  belajar  pada  umumnya  berkenaan  dengan  aspek pengetahuan,  sedangkan  hasil  belajar  merupakan  aspek  pembentukan
watak  peserta  didik  siswa.  Kata  prestasi  banyak  digunakan  dalam berbagai  bidang  dan  kegiatan  antara  lain  kesenian,  olahraga  dan
pendidikan, khususnya pembelajaran. Prestasi  belajar  merupakan  suatu  masalah  yang  bersifat  penting
perennial  di  karenakan  sepanjang  kehidupan  manusia,  semakin  seorang manusia  tumbuh  dan  menjadi  dewasa  kebutuhan  akan  prestasi  semakin
terasa  kepentingannya,  maka  dari  itu  banyak  manusia  yang  berlomba- lomba  berprestasi  dalam  bidangnya  masing-masing  agar  kelangsungan
hidupnya semakin
berkualitas. Prestasi
semakin layak
untuk dikembangkan dikarenakan banyaknya fungsi utama, antara lain:
1 Prestasi  sebagai  indikator  suatu  kualitas  dan  kuantitas  pengetahuan
yang telah dikuasai peserta didik siswa. 2
Prestasi belajar sebagai lambang pemuas hasrat ingin tahu. Para ahli psikolog biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan
couriosit y dan merupakan kebutuhan manusia”.
3 Prestasi  belajar  sebagai  bahan  informasi dalam inovasi  pendidikan.
Asumsinya  adalah  prestasi  belajar  dapat  dijadikan  pendorong  bagi siswa  dalam  meningkatkan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi,  dan
berperan sebagai umpan balik feedback dalam meningkatkan ilmu pendidikan.