Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Pai Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Cooperatif Learning Di Kelas Vii Smp Tulus Bhakti Jatiasih Bekasi

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

IDA PUSPITASARI

NIM 1812011000056

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

i ABSTRAK

Ida Puspitasari (1812011000056), Upaya Peningkatan Prestasi Belajar PAI

Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Cooperatif Learning Di Kelas VII

SMP Tulus Bhakti Jatiasih - Bekasi.

Tujuan penelitian ini adalah: untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran berkelompok dengan model pembelajaran Cooperative, serta proses pembelajaran berkelompok dengan model pembelajaran Cooperative, dan untuk menggambarkan prestasi pembelajaran berkelompok dengan model pembelajaran Cooperative.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul dalam kelas. Metode ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. Ketiga tahap tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah-langkah yang sama dan difokuskan pada pembelajaran diskusi sebagai praktik dari keterampilan berbicara melalui Cooperative. Adapun subjek penelitian adalah di kelas VII SMP Tulus Bhakti, Kecamatan Jatiasih Kota Bekasi dengan banyak siswa 30 orang.

Hasil penelitian menunjukan bahwa keterampilan bekerjasama siswa melalui pembelajaran kelompok dengan model Cooperative mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui siklus/pertemuan yang dilakukan. Pada siklus I pertemuan pertama siswa yang mendapat skor tertinggi yaitu 36,67%. Pada siklus I pertemuan kedua persentase siswa mengalami peningkatan sebesar 16,66% menjadi 53,33%. Sementara pada siklus II pertemuan ketiga persentase siswa mengalami peningkatan sebesar 83,33% dalam tahap ini mengalami peningkatan sebesar 30%. Rata-rata prestasi siswa dalam aspek siswa serius mengerjakan tes yang diberikan guru, pada pertemuan keempat siklus II mengalami peningkatan sebesar 33,33% diperoleh 56,67% dan menjadi 90% pada pertemuan tersebut. Keseriusan siswa dalam mengerjakan tes yang diberikan guru pada pertmuan pertama siklus I berada pada kategori cukup dan pada siklus II tergolong ke dalam kategori baik. Respon, gagasan dan pendapat siswa pada saat berkelompok berlangsung sangat baik.


(8)

ii ABSTRACT

Ida Puspitasari (1812011000056), Efforts to Improve Learning Achievement

PAI (Islamic Religious Education), Applying Learning Model Cooperative

Classroom Tulus Bhakti VII SMP Jatiasih Bekasi.

The purpose of this study are: to describe the planning group learning Cooperative Learning model, the process of group learning with Cooperative Learning model, and to describe the achievements of the group learning Cooperative Learning model.

The method used in this research is classroom action research (PTK). PTK implemented in an attempt to overcome the problems that arise in the classroom. This method is done in three phases, including planning, implementation, and reflection. The third stage is the present cycle is repeated and performed with the same measures and the discussion focused on learning as a practice of speaking skills through Cooperative Learning. Choose research classroom Tulus Bhakti VII SMP Jatiasih Bekasi more than 30 student.

The results showed that students' skills through learning in cooperation with collaborative model groups increased. Such improvements can be seen through the cycle / meetings conducted. In the first cycle the first meeting of students who got highest score is 36.67%. In the first cycle of the second meeting of the percentage of students has increased by 16.66% to 53.33%. While the second cycle of the third meeting of the percentage of students has increased by 83.33% in this phase increased by 30%. The average achievement of students in aspects of serious students taking the test, the teacher, at the fourth meeting of the second cycle increased by 33.33% was obtained 56.67% and to 90% at the meeting. The seriousness of the students taking the test, the teacher in the first pertmuan cycle I was in enough categories and the second cycle classified into either category. Responses, ideas and opinions on when a group of students going very well.


(9)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam, berkat rahmat, taufiq dan inayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-sahabatnya dan kepada seluruh umatnya di seluruh alam.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, walaupun waktu, tenaga dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan dan kemampuan yang penulis miliki, demi selesainya skripsi ini dan agar bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.

Sebelumnya penulis mengucapkan syukron katsiran jazakumullah khairan katsiran kepada orang tua tercinta dan terkasih, dengan curahan cinta dan kasih sayangnya, kerja kerasnya serta doa yang selalu dipanjatkan telah mengantar penulis menyelesaikan Pendidikan SI di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga Allah selalu menjaga serta memberikan rahmat, nikmat beserta karuniaNya kepada mereka.

Pada dasarnya dalam proses penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya banyak kesulitan dan hambatan yang dihadapi, baik dari faktor dana, mengumpulkan bahan-bahan skripsi, motivasi dan pelaksanaan serta hambatan yang lainnya. Namun berkat pertolongan Allah SWT, kesungguhan serta bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis perlu menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya terutama kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag, Ketua Jurusan Pendidikan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(10)

iv

3. Hj. Marhamah Saleh, Lc., MA, Sekretaris Jurusan Pendidikan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Tanenji, M.A, Dosen Pembimbing yang tak henti-hentinya membimbing,

memberikan saran, masukan serta motivasinya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

5. Seluruh dosen yang telah membimbing, mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis, semoga ilmu yang telah diberikan mendapat keberkahan dan bermanfaat.

6. Pimpinan dan staf administrasi Perpustakaan Utama, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk meminjamkan buku-buku yang penulis butuhkan sebagai sumber bacaan dan referensi yang berhubungan dengan skripsi ini.

7. Drs. Abdul Somad selaku Kepala Sekolah Tulus Bhakti Jatiasih - Bekasi, Wakil kepala Kesiswaan, dan para dewan guru serta staf TU yang telah berpartisipasi dalam memberikan informasi dan data-data sehingga terselesaikan skripsi ini. Serta telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian disek olah tersebut.

8. M. Ishaq, S.Pd selaku guru bidang studi PAI di Tulus Bhakti Jatiasih - Bekasi yang telah memberikan kontribusinya selama penelitian berlangsung.

9. Keluargaku tercinta, bapak (Alm. H. Mudin), ibu (Alm. Hj. Nyai), kakak-kakakku (Mpo Dizah, Abang Sayadi, Matnur, Jaidi, Fatma, Sarif), dan adikku (Marpati), yang selalu memberikan kasih sayang, Do’a serta dukungannya, hingga terselesaikannya skripsi ini.

10.Suamiku (Sarmada) yang selalu memberikan kasih sayang, selalu sabar menemaniku, dan sabar menerima keegoisanku selama ini serta selalu membantu dan memberikan semangat dan motivasinya.

11.Anak-anakku (Haujan, Nisrina, Ghaniari), yang tercantik, juga selalu memberikan semangat dan tidak mengganggu saya dalam mengerjakan penulisan skripsi ini.


(11)

v

12.Teman-teman seperjuangan PAI angkatan 2012, Terimakasih atas kebersamaannya selama ini. Masa itu takkan pernah hilang, tetap jaga ukhuwah islamiyah kita. Semoga kita bisa bersua kembali.

13.Semua sahabat-sahabatku tercinta, Terimakasih atas hari-hari yang begitu menyenangkan penuh dengan keceriaan, terimakasih telah memberi dan mengajarkan arti kebersamaan selama ini, terimakasih untuk motivasi dan dorongan kepada penulis. Moga kita tetap menjaga tali ukhuwah kita dan moga Allah meridhai.

Kepada semuanya yang telah membantu penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya, semoga Allah SWT membalas kebaikan dan bantuan yang telah mereka berikan selama penulisan. Apabila terdapat kekurangan dan kekhilafan dalam penulisan skripsi ini mohon dimaafkan. Semoga skripsi ini dapat membuka cakrawala yang lebih luas bagi pembaca serta menambah pengetahuan dan semoga bermanfaat untuk kita semua.

Jakarta, 23 September 2016


(12)

vi

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian/Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 6

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 7

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ... 8

1. Belajar ... 8

2. Prestasi Belajar ... 11

a. Pengertian Prestasi Belajar ... 11

b. Indikator Prestasi Belajar ... 12

c. Pengukuran Prestasi Belajar ... 14

d. Macam-Macam Tes Objektif ... 15

e. Faktor-faktor yang mempengaruhinya ... 16


(13)

vii

a. Pengertian Pembelajaran ... 18

b. Pengertian dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran PAI ... 19

4. Model Cooperative ... 20

a. Pengertian Model Pembelajaran ... 20

b. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Pembelajaran ... 21

c. Pengertian Model Cooperative ... 23

d. Karakteristik Strategi Pembelajaran Model Cooperative ... 25

e. Langkah-langkah Penggunaan Teknik Model Cooperative ... 26

f. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative ... 27

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 28

C. Hipotesis Tindakan ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

B. Metodologi Peneltian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 30

C. Subjek dan Partisipan dalam Penelitian ... 33

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 33

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 34

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 37

G. Data dan Sumber Data ... 38

1. Data ... 38

2. Sumber Data ... 38

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 39

1. Lembar Observasi ... 39

2. Wawancara ... 39

3. Tes ... 40

I. Teknik Pengumpulan Data ... 40

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 41

K. Analisis Data dan Interprestasi Data ... 41

1. Analisis Data ... 41


(14)

viii

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 42

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi dan Analisis Data ... 44

1. Deskripsi ... 44

a. Lokasi Penelitian ... 44

b. Sejarah Singkat Tulus Bhakti ... 44

c. Visi, Misi dan Tujuan ... 44

d. Motto ... 45

e. Data Guru ... 45

2. Siklus I ... 46

a. Tindakan ... 46

b. Hasil Pengamatan ... 47

c. Refleksi ... 53

d. Keputusan ... 55

3. Siklus II ... 56

a. Tindakan ... 56

b. Hasil Pengamatan ... 58

c. Data Perhitungan N-Gain ... 58

d. Lembar Kerja Siswa ... 59

e. Hasil Perhitungan Hasil Kuis ... 60

f. Hasil Observasi Kegiatan Siswa ... 61

g. Refleksi ... 63

h. Keputusan ... 65

B. Pembahasan ... 65

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70

B. Implikasi ... 71

C. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(15)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

Tabel 2.1 Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi ... 13

Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative ... 27

Tabel 4.1 Data Guru ... 45

Tabel 4.2 Data Statistik Pretest dan Posttest Siklus I ... 48

Tabel 4.3 Persentase Peningkatan Prestasi belajar Siswa ... 48

Tabel 4.4 Hasil Penilain LKS pada Pertemuan Pertama Siklus I ... 49

Tabel 4.5 Hasil Penilaian LKS pada Pertemuan Kedua Siklus I... 50

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Nilai Kuis... 51

Tabel 4.7 Data Observasi Kegiatan Siswa Pada Siklus I ... 51

Tabel 4.8 Data Rekapitulasi Hasil Penelitian Siklus I ... 55

Tabel 4.9 Data statistik Pretest dan Posttest Siklus II ... 58

Tabel 4.10 Persentase peningkatan prestasi belajar (N-gain) ... 59

Tabel 4.11 Hasil Penilain LKS pada pertemuan ketiga Siklus II ... 59

Tabel 4.12 Hasil Penilaian LKS pada pertemuan keempat siklus II ... 60

Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Nilai Kuis ... 61

Tabel 4.14 Data Observasi Kegiatan Siswa Pada Siklus II ... 61


(16)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman


(17)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1. Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi (Studi Pendahuluan) ... 76

2. Lembar Observasi Studi Pendahuluan ... 77

3. Kesimpulan Hasil Observasi ... 80

4. Kisi-kisi Instrumen Lembar Wawancara Guru ... 81

5. Lembar Wawancara Guru ... 83

6. Kesimpulan Hasil Wawancara ... 87

7. Kisi-kisi Instrumen Lembar Wawancara Siswa ... 89

8. Lembar Wawancara Siswa ... 90

9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 98

10. Soal-soal ... 114

11. Daftar Nilai Tes Siswa ... 117

12. Daftar Prestasi Belajar Siswa ... 119

13. Analisis Prestasi Belajar Siswa ... 121

14. Tabel Pengukuran N-Gain ... 126

15. Dokumentasi / Foto ... 128

16. Surat Bimbingan Skripsi ... 1..

17. Surat Permohonan Izin Observasi ... 1..


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan kebiasaan, sikap, dan sebagainya. Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan non formal disamping secara formal seperti sekolah, madrasah, dan institusi-institusi lainnya.1

Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang dipercaya untuk melangsungkan kegiatan belajar mengajar di dalamnya. Kegiatan belajar mengajar tersebut pada umumnya melibatkan interaksi edukatif antara guru yang mengajar dengan siswa belajar guna mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi siswa dengan lingkungan. Dalam prosesnya, ada berbagai cara yang dapat digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, salah satunya adalah dengan memilih model pembelajaran yang dianggap sesuai dan efektif untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.2

Saat ini pendidikan dituntut untuk dapat memainkan perannya sebagai basis dan benteng tangguh yang akan menjaga dan memperkukuh etika dan moral bangsa. Pendidikan merupakan suatu media sosialisasi nilai-nilai luhur, khususnya ajaran agama, yang akan lebih efektif bila diberikan kepada anak (siswa) sejak dini.

1

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. 18, h. 10-11

2

Dede Rahmat Hidayat, Aip Badrujaman, Penelitian Tindakan dalam Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT Indeks, 2012), Cet. 1, h. 136


(19)

Tujuan pendidikan di Indonesia tertulis pada Undang-Undang Republik Indonesia (UURI) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta peraturan-peraturan pemerintah yang bertalian dengan pendidikan.3 Tujuan pendidikan itu sendiri adalah membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang Pancasilais yang dimotori oleh pengembangan afeksi seperti sikap suka belajar, tahu cara belajar, rasa percaya diri, mencintai prestasi tinggi, punya etos kerja, kreatif dan produktif, serta puas akan sukses yang dicapai.4

Pendidikan juga harus dapat menekankan pada penguasaan etika dan moral yang tinggi di samping penguasaan pengetahuan yang luas sehingga pendidikan tidak hanya semata-mata bertujuan untuk memperkaya pemikiran siswa dengan berbagai pengetahuan, tetapi juga bertujuan menjunjung tinggi etika.

Banyak problem dan tantangan yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia, salah satu diantaranya yang banyak di perbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi belajar. Masalah lain adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu di dominasi peran guru (teacher-centered). Guru lebih banyak menempatkan siswa sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik.

Pendidikan sekarang ini kurang memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai mata pelajaran untuk mengembangkan kemampuan berfikir holistic (menyeluruh) kreatif, objektif dan logis, belum memanfaatkan quantum learning sebagai salah satu paradigm menarik dalam pembelajaran, serta kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual.

Perkembangan global saat ini menuntut dunia pendidikan untuk selalu mengubah konsep berfikirnya. Masa depan yang kian tidak menentu dengan berbagai tantangan yang akan dihadapi oleh umat manusia pada abad ke-21 memiliki implikasi luas dan mendalam terhadap berbagai macam rancangan pengajaran dan teknik pembelajaran.5

3

Made Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet. 2, h. 12

4

Made Pidarta, Ibid, h. viii

5

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 3, h. 4


(20)

Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, namun hal tersebut tidak akan tercapai tanpa bantuan dari berbagai pihak, terutama orang-orang yang pada dasarnya berkecimpung di dalam dunia pendidikan.

Di dalam proses belajar mengajar guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai tehnik-tehnik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar.

Menurut Morris (1976:1321), teknik adalah “the systemic procedure by with a complex or scientific task is accomplished, or the degree of skill or command of fundamentals exhibited in any performance”. Batasan tersebut mengemukakan bahwa teknik adalah prosedur yang sistematik sebagai petunjuk untuk melaksanakan tugas pekerjaan yang komplek atau ilmiah, merupakan tingkat keterampilan atau perintah untuk melakukan patokan-patokan dasar suatu penampilan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, memberi batasan bahwa teknik adalah cara (kepandaian, dsb) membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni (Moeliono, 1990:915). Berdasarkan kedua batasan tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa teknik merupakan keterampilan dan seni (kiat) untuk melaksanakan langkah-langkah yang sistematik dalam melakukan suatu kegiatan ilmiah yang lebih luas atau metode.6

Pengertian yang lain ialah sebagai teknik penyajian yang di kuasai oleh guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat di tangkap, di pahami dan digunakan oleh siswa dengan baik. Di dalam kenyataannya, cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi kepada siswa berbeda dengan cara yang di tempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan serta sikap.

Dari pengamatan dan diskusi dengan rekan guru PAI dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM), kelas VII di SMP Tulus Bhakti Jatiasih Bekasi, ketika

6

Sudjana, Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, (Bandung: Falah Production, 2005), Cet. 4, h. 13.


(21)

pembelajaran PAI menemukan banyak permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut yaitu pertama, hasil pengamatan guru, penguasaan materi PAI masih rendah, ini di tunjukan dengan sedikitnya jumlah siswa yang dapat menyelesaikan permasalahan yang diajukan oleh guru. Kedua, prestasi belajar siswa masih rendah ini ditunjukkan dari hasil tes formatif, kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang diperoleh siswa itu hanya 60% jumlah siswa yang dapat menyelesaikan diatas KKM. Ketiga, motivasi belajar siswa masih rendah, ini ditunjukkan kehadiran siswa dalam pelajaran PAI kurang dari 80%, dari 30 siswa. Jika masalah ini tidak di atasi maka akan berpengaruh pada prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI.

Hasil wawancara terhadap beberapa siswa ditemukan beberapa penyebab rendahnya prestasi belajar siswa terhadap penguasaan materi PAI. Pertama, motivasi siswa untuk mempelajari materi PAI rendah dan menganggap sulit materi PAI. Kedua, KBM di dalam kelas masih berpusat pada guru (teacher concered), siswa lebih banyak mendengar dan mencatat materi yang disampaikan guru. Ketiga, interaksi antar siswa dalam suatu kelompok belajar masih kurang, karena hanya terbatas pada pekerjaan mengisi LKS (lembar kerja siswa), dimana materinya dibuat sendiri oleh guru PAI di sekolah tersebut, dan tidak menggunakan buku terbitan lain. Pelajaran PAI masih menekankan pada aspek hafalan, sehingga siswa cenderung belajar dengan mengahafal, dan hal ini menimbulkan kejenuhan dan perasaan kurang tertarik terhadap pelajaran PAI. Keempat, pembelajaran di kelas yang umum digunakan di SMP Tulus Bhakti yaitu ceramah, dengan bantuan media papan tulis.

Dari hasil wawancara dengan siswa kemudian di tindak lanjuti dengan kerjasama dalam bentuk cooperative learning bersama antara guru, terutama guru kelas untuk mengatasi rendahnya prestasi belajar PAI

Upaya di lakukan agar permasalahan tersebut dapat di atasi, peneliti melakukan suatu penelitian model pembelajaran, mengenai penggunaan model pembelajaran yang lebih mengutamakan pada penguasaan materi sehingga tercapai ketuntasan belajar dan siswa memiliki motivasi yang tinggi sehingga berpengaruh pada peningkatan prestasi siswa dalam materi pelajaran PAI.


(22)

Permasalahan tentang rendahnya prestasi belajar atau belum terwujudnya keterampilan proses pembelajaran yang menekankan pada peran aktif siswa, ini

persoalannya adalah pada masalah “prestasi belajar” yakni pencapaian dalam

memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang di rencanakan.7 Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.

Masalah prestasi belajar merupakan masalah penting sebab menyangkut masa depan siswa, terutama mereka yang mengalami kesulitan belajar. Pendekatan pengajaran cooperative learning adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi siswa mencapai penguasaan (mastery level), terhadap kompetensi tertentu. Siswa dengan keterampilan dan latar belakang yang berbeda di akomodasi untuk melakukan cooperative learning dalam penyelesaian tugas dan diskusi-diskusi agar mencapai pemahaman yang sama tentang kebenaran dalam suatu wilayah bahasan yang spesifik. Di sini kerjasama atau cooperative lebih bermakna dari kompetitif. Agar mampu meningkatkan perkembangan aktualnya, menjadi perkembangan potensial di perlukan melalui kerjasama dengan teman sebayanya yang berkemampuan (capable peers).8

Dalam model pembelajaran Cooperative learning, interaksi belajar mengajarnya menuntut siswa untuk aktif, kreatif dan senang yang melibatkan secara optimal mental dan fisik mereka. Tingkat keaktifan, kreatifitas, dan kesenangan mereka dalam belajar merupakan rentangan kontinum dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Tetapi idealnya pada kontinum yang tertinggi baik pelibatan aspek mental maupun fisik siswa. Oleh karena itu, interaksi belajar mengajar dengan paradigma Cooperative learning menuntut siswa:

1. Berbuat

2. Terlibat dalam kegiatan 3. Mengamati secara visual

7

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), Cet. 6, h. 13

8

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 3, h. 114


(23)

4. Menyerap informasi secara verbal

Dengan demikian agar hasil ini dapat optimal, guru dituntut untuk mengubah peran dan fungsinya menjadi fasilitator, mediator, mitra belajar siswa, dan evaluator. Ini berarti, guru harus menciptakan interaksi pembelajaran yang demokratis dan dialogis antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik mengangkat model pembelajaran cooperative learning dalam upaya meningkatkan prestasi belajar, karena model pembelajaran ini memperhatikan perbedaan siswa sebagai individu. Model pembelajaran ini tidak terlalu menekankan hasil yang bagus tetapi menekankan proses sebagai hal bertahap mencapai pengertian dan pembelajaran. Maka dalam

penelitian ini penulis mengambil judul: “UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENERAPKAN MODEL COOPERATIF LEARNING PADA SISWA KELAS VII SMP

TULUS BHAKTI TAHUN PELAJARAN 2015-2016”.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian/Identifikasi Malasah

Berdasarkan pada latar belakang tersebut diatas, maka dalam penelitian ini peneliti dapat merumuskan beberapa fokus penelitian sebagai berikut :

1. Masih rendah prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI nilai belum sampai pada capaian KKM yang ditargetkan

2. Masih rendahnya motivasi belajar PAI siswa

3. Metode atau model pembelajaran guru PAI masih monoton dan kurang mampu meningkatkan prestasi belajar

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Mengingat banyaknya permasalahan yang telah diidentifikasikan diatas peneliti tidak akan mengkaji seluruh permasalahan dalam penelitian ini, penelitian ini dibatasi pada beberapa hal

1. Prestasi belajar

Prestasi belajar yang peneliti maksud adalah kemampuan keberhasilan pembelajaran PAI pada materi qada dan qadar, dengan silaturahim dan ukhuwah, di kelas VII semester 1 SMP Tulus Bhakti Kecamatan Jatiasih Bekasi tahun pelajaran 2015-2016


(24)

2. Pembelajaran cooperative learning

Pembelajaran cooperative learning adalah proses pembelajaran kelompok di mana setiap anggota siswa menyumbangkan informasi pengetahuan, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota.

D. Perumasan Masalah Penelitian

Dengan mencermati apa yang telah diuraikan pada latar belakang masalah, maka perumasan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi model cooperative learning dalam pembelajaran PAI di kelas VII SMP Tulus Bhakti?

2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran cooperative learning?

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan langkah-langkah penggunaan model cooperative learning dalam pembelajaran PAI di kelas VII SMP Tulus Bhakti.

2. Mendapatkan gambaran tentang peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran cooperative learning.

Kegunaan hasil peneltian ini sebagai bahan masukan bagi:

1. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran PAI.

2. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai salah satu upaya meningkatkan kompetensi padagogik dan profesional dalam pembelajaran PAI di kelas VII.

3. Bagi sekolah, dapat dijadikan acuan pengembangan kebijakan dalam mengembangkan kualitas pembelajaran di kelas.

4. Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai masukan dan bekal untuk berperan agar memberikan kontribusi positif terhadap keberhasilan belajar siswa.


(25)

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

1. Belajar

Pengertian belajar dapat kita temukan dalam berbagai sumber atau literature. Meskipun kita melihat ada perbedaan-perbedaan di dalam rumusan pengertian belajar tersebut dari masing-masing ahli, namun secara prinsip kita menemukan kesamaan-kesamaannya.

a. Belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

b. Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau pengertian.

c. Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

d. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya

e. Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.9

9

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2012), Cet. 6, h. 35.


(26)

f. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.10

Selanjutnya, dalam perspektif keagamaan pun (dalam hal ini Islam), belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupannya meningkat. Hal ini di nyatakan dalam surat Mujadalah: 11 yang berbunyi :11







































































Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Firman-firman Allah yang mewajibkan orang untuk belajar agar memperoleh ilmu pengetahuan. Surat Az-Zumar: 9, dan surat Al-Isra: 36 yang berbunyi:













































































10

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), Cet.18, h. 87

11


(27)

Artinya: (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Az-Zumar: 9)









































Artinya: dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Al-Isra: 36).12

g. Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih.13 Dapat kita simpulkan dari sejumlah pandangan dan definisi tentang belajar. Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan, (knowledge), a body of knowledge. Definisi ini merupakan definisi umum dalam pembelajaran sains secara konvensioanal, dan beranggapan bahwa pengetahuan sudah terserak di alam, tinggal bagaimana siswa atau pembelajar bereksplorasi, menggali dan menemukan kemudian memungut untuk memperoleh pengetahuan.14

12

Muhibbin Syah, Ibid., h. 99

13

MB. Rahimsyah, Satyo Adhi, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Aprindo: Jakarta, 2009), cet. 8, h. 9

14


(28)

Sedangkan menurut peneliti belajar adalah suatu proses untuk mencapai suatu pengetahuan yang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa dan dapat merubah tingkah laku seseorang.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian

dalam bahasa Indonesia “prestasi” yang berarti “hasil belajar”. Istilah “prestasi belajar” (achievemenet) berbeda dengan “hasil belajar” (learning

outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar merupakan aspek pembentukan watak peserta didik (siswa). Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain kesenian, olahraga dan pendidikan, khususnya pembelajaran.

Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat penting (perennial) di karenakan sepanjang kehidupan manusia, semakin seorang manusia tumbuh dan menjadi dewasa kebutuhan akan prestasi semakin terasa kepentingannya, maka dari itu banyak manusia yang berlomba-lomba berprestasi dalam bidangnya masing-masing agar kelangsungan hidupnya semakin berkualitas. Prestasi semakin layak untuk dikembangkan dikarenakan banyaknya fungsi utama, antara lain:

1) Prestasi sebagai indikator suatu kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik (siswa).

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuas hasrat ingin tahu. Para ahli

psikolog biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan

(couriosity) dan merupakan kebutuhan manusia”.

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan ilmu pendidikan.


(29)

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang bersifat relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan siswa di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) siswa. Dalam proses pembelajaran, siswa menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena siswalah yang dapat menyerap seluruh pelajaran.15

Jika dilihat dari fungsi prestasi yang telah diterangkan diatas, maka betapa pentingnya prestasi belajar dalam menunjang indikator kualitas keberhasilan peserta didik (siswa) dan institusi pendidikan. Evaluasi mempunyai kedudukan yang sangat penting dan strategis karena evaluasi merupakan suatu yang tak terpisahkan dari pembelajaran itu sendiri. b. Indikator Prestasi belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil siswa sebagaimana yang terurai diatas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu), dikaitkan dengan jenis

15


(30)

prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur. Berikut ini adalah tabel jenis, indikator, dan cara evaluasi prestasi:16

Tabel 2.1 Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi

Ranah/Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi

A. Ranah Cipta (kognitif)

1. Pengamatan

1. Dapat menunjukan 2. Dapat membandingkan 3. Dapat menghubungkan

Tes lisan Tes tertulis Observasi

2. Ingatan

1. Dapat menyebutkan

2. Dapat menunjukan kembali

Tes lisan Tes tertulis Observasi

3. Pemahaman

1. Dapat menjelaskan

2. Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri

Tes lisan Tes tertulis

4. Penerapan

1. Dapat memberikan contoh 2. Dapat menggunakan secara

tepat

Tes tertulis Pemberian tugas Observasi 5. Analisis (pemeriksaan

dan pemilahan secara teliti)

1. Dapat menguraikan

2. Dapat mengklasifikasikan / memilah-milah

Tes tertulis Pemberian tugas

6. Sintesis (membuat paduan baru dan utuh)

1. Dapat menghubungkan 2. Dapat menyimpulkan

3. Dapat menggeneralisasikan (membuat prinsip umum)

Tes tertulis Pemberian tugas

B. Ranah Rasa (Afektif)

1. Penerimaan

1. Menunjukan sikap menerima 2. Menunjukan sikap menolak

Tes tertulis Tes skala sikap Observasi

2. Sambutan

1. Kesediaan berpartisipasi / terlibat

2. Kesediaan memanfaatkan

Tes skala sikap Pemberian tugas Observasi

3. Apresiasi (sikap menghargai)

1. Menganggap penting dan bermanfaat

2. Menganggap indah dan harmonis

3. Mengagumi

Tes skala

penilaian / sikap Pemberian tugas Observasi

4. Internalisasi (pendalaman)

1. Mengakui dan meyakini 2. Mengingkari

Tes skala sikap Pemberian tugas ekspresif (yang menyatakan

16

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. 18, h.148-150


(31)

sikap) dan proyektif (yang menyatakan perkiraan / ramalan

Observasi

5. Karakterisasi (penghayatan)

1. Melembagakan atau meniadakan

2. Menjelmakan dalam pribadi dan prilaku sehari-hari

Pemberian tugas ekspresif dan proyektif

Observasi

C. Ranah Karsa (Psikomotor)

1. Keterampilan

bergerak dan bertindak

1. Mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya

Observasi Tes tindakan

2. Kecapan ekspresi verbal dan nonverbal

1. Mengucapkan

2. Membuat mimik dan gerak jasmani

Tes lisan Observasi Tes tindakan c. Pengukuran prestasi belajar

Dalam pengukuran prestasi belajar ini akan dijelaskan alat-alat penilaian hasil belajar, yakni tes subjektif maupun tes objektif. Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites. Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang disampaikan terutama meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan.17 Dalam hal ini kita bedakan atas dua bentuk tes, yaitu sebagai berikut:

1) Tes subjektif

Tes subjektif, yang pada umumnya berbentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan dan sebagainya.18

17

Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), Cet. 1 hal. 101

18

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), Cet. 5, h. 162


(32)

2) Tes objektif

Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai.19

Dapat disimpulkan bahwa peneliti menggunakan tes subjektif (essay), dan tes objektif (tes pilihan ganda dan tes isian), dalam pengukuran prestasi belajar selain posttest dan pretest.

d. Macam-macam tes objektif

1) Tes benar-salah (true-false)

Soal-soalnya berupa pertanyaan-pertanyaan (statement). Statement tersebut ada yang benar dan ada yang salah.

2) Tes pilihan ganda (multiple choice test)

Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau multiple choice test terdiri atas bagian keterangan (stem), dan kemungkinan jawaban atau alternative (options). Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor).

3) Tes menjodohkan (maching test)

Maching test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokan, memasangkan, atau menjodohkan. Maching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.

4) Tes isian (completion test)

Completion test biasanya kita sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan.

19


(33)

Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari murid.20

e. Faktor-faktor yang mempengaruhinya

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Miranda (2000), Winkel (1986), dan Santrok (1998) menyatakan bahwa prestasi siswa ditentukan oleh faktor-faktor berikut :

1) Taraf intelegensi 2) Bakat khusus

3) Taraf pengetahuan yang dimiliki 4) Taraf kemampuan berbahasa

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:

1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.

Seorang siswa yang bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal) cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berinteligensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orangtuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar.

1) Faktor Internal Siswa, yaitu berasal dari dalam diri siswa. Terdapat dua aspek, yakni:

20


(34)

a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah); kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai sakit kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.

b) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah); di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu dan sebagai kondisi psikologis yang memegang peranan penting dalam pencapaian prestasi belajar yang gemilang, adapun faktor-faktor psikologis itu antara lain :

1. Tingkat Kecerdasan/Intelegensi

Tingkat kecerdasan/intelegensi siswa (dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang cara yang tepat),21 prestasi sesorang ditentukan juga oleh tingkat kecerdasannya, tingkat kecerdasan seseorang ditentukan baik dari bakat bawaan (berdasarkan gen yang diturunkan dari orang tuanya), maupun faktor lingkungan (termasuk semua pengalaman dan pendidikan yang pernah di perolehnya), ciri-ciri intelektual adalah mudah menangkap pelajaran, ingatannya baik, dan lain sebagainya itu semua adalah mencerminkan seseorang yang memiliki kecerdasan.

2. Sikap

Sikap siswa (gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara

21

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. 18, h. 131


(35)

yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif),

3. Bakat

Secara umum bakat adalah kemampuan potensial ya9 ng dimiliki seseorang yang mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.22 Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan potensi yang dimilikinya. minat siswa (kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu),

4. Motivasi

Motivasi siswa (keadaan internal manusia yang mendorong untuk berbuat sesuatu).

2) Faktor Eksternal Siswa, terdiri dari dua macam yakni:

a) Lingkungan Sosial sekolah seperti para guru, tenaga kependidikan, dan lain-lain. Lingkungan sosial juga termasuk masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut.

b) Lingkungan Nonsosial seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.23

3. Pembelajaran PAI

a. Pengertian Pembelajaran

Apa yang disebut dengan pembelajaran itu? Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar

22

Muhibbin Syah, Ibid., h. 133

23


(36)

sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Sebagai suatu proses kerjasama, pembelajaran tidak hanya menitikberatkan pada kegiatan guru atau kegiatan siswa saja, akan tetapi guru dan siswa secara bersama-sama berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian, kesadaran dan keterpahaman guru dan siswa akan tujuan yang harus dicapai dalam proses pembelajaran merupakan syarat mutlak yang tidak bisa ditawar, sehingga dalam prosesnya, guru dan siswa mengarah pada tujuan yang sama.24

b. Pengertian dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran PAI

Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang berketuhanan (theocentris), artinya akar pembangunan dengan segala dimensinya selalu didasarkan pada nafas agama.25 Adapun beberapa masalah sosial yang dihadapi masyarakat menimbulkan sejumlah kekhawatiran, dari guru, orang tua serta masyarakat dan lingkungan tempat siswa tersebut berada.

Menanggapi sejumlah kekhakwatiran ini, ada yang mengatakan bahwa penyebab utamanya adalah sektor instrumental input pendidikan yang meliputi guru selaku pendidik, materi/bahan yang diberikan, bentuk dan faktor komunikasi pendidikan, serta faktor dan situasi pendidikan. Faktor lainnya adalah environmental output yang meliputi keadaan rumah tangga, sosial lingkungan, ekonomi lingkungan, dan budaya lingkungan siswa hingga proses pendidikan di sekolah itu sendiri.

Dalam upaya mewujudkan pendidikan yang berorientasi pada pembekalan kemampuan intelektual tinggi yang memiliki akhlaqul karimah yang baik, siswa haruslah memiliki latar belakang (background) pendidikan yang terintegrasi. Artinya, pendidikan haruslah dilihat sebagai bagian yang utuh, yang memposisikan guru, materi pelajaran yang diberikan, proses pendidikan, lingkungan rumah, sosial (masyarakat), ekonomi dan budaya lingkungan siswa sebagai bagian yang tidak

24

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), Cet. 6, h. 26

25

Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV Misaka Galiza, 2003), Cet. II, h. 9.


(37)

terpisahkan dalam proses pembentukan karakter (character building) siswa menjadi anak yang saleh.

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah suatu proses yang bertujuan untuk membantu siswa dalam belajar agama Islam. Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam mungkin saja terjadi tanpa proses pembelajaran.26

Mengingat pentingnya keberadaan moralitas agama atau akhlak tersebut, maka seyogyanya substansi nilai-nilai akhlak memiliki tempat tersendiri di dalam pembelajaran sekolah. Pendidikan akhlak ini tentunya tidak dapat dipahami secara terbatas hanya pada pengajaran Pendidikan Agama Islam karena perihal akhlak ini tidak cukup diukur hanya dari seberapa jauh siswa tersebut telah menguasai hal-hal bersifat kognitif atau pengetahuan mengenai akhlak, ajaran agama, atau ritus-ritus keagamaan semata.

Justru yang lebih penting adalah seberapa jauh nilai-nilai keagamaan tersebut tertanam dalam jiwa anak, dan seberapa jauh pula nilai-nilai tersebut dapat dimanifestasikan dalam tingkah lakunya sehari-hari. Perwujudan nyata nilai-nilai tersebut dalam tingkah laku sehari-hari akan melahirkan budi pekerti yang luhur atau akhlaqul karimah.

Pendidikan Agama Islam merupakan suatu kelanjutan dari peran agama yang tentunya bukannya hanya sekedar mengajarkan tindakan-tindakan ritual seperti salat dan membaca doa, akan tetapi dari itu, yaitu membentuk keseluruhan tingkah laku manusia dalam rangka memperoleh ridha Allah SWT.

4. Model Cooperative

a. Pengertian Model Pembelajaran

Model-model mengajar (teaching models) adalah blue print mengajar yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pengajaran. Cetak biru (blue print) ini lazimnya dijadikan pedoman perencanaan dan pelaksanaan pengajaran serta evaluasi belajar.

26


(38)

Dalam sebuah model mengajar biasanya terdapat tahapan-tahapan atau langkah-langkah (syntax) yang relatif tetap dan pasti untuk menyajikan materi pelajaran secara berurutan. Oleh karena itu, sebuah model mengajar dapat di anggap sebagai teori mini yang bersifat mekanis dalam arti berjalan secara tetap seperti mesin.27

Joyce dan Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan, pembelajaran di kelas atau yang lain. Joyce dan Weil, 1980:1). Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien umtuk mencapai tujuan pendidikannya.

b. Dasar pertimbangan Pemilihan Model Pembelajaran

Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam memilihnya, yaitu:28

1) Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan adalah:

a) Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan kompetensi akademik, kepribadian, sosial dan kompetensi vokasional atau yang dulu diistilahkan dengan domain kognitif, afektif,atau psikomotor?

b) Bagaimana komplektitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai? c) Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan

akademik?

2) Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:

27

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. 18, h. 187

28

Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2013) Cet. 6, h. 133


(39)

a) Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu?

b) Apakah untuk mempelajari materi pembelejaran itu memerlukan prasyarat atau tidak?

c) Apakah tersedia bahan atau sumber-sumber yang relevan untuk mempelajari materi itu?

3) Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa

a) Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan peserta didik atau siswa?

b) Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi siswa?

c) Apakah model pembelejaran itu sesuai dengan gaya belajar siswa?

4) Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis

a) Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja?

b) Apakah model pembelajaran yang kita terapkan dianggap satu-satunya model yang dapat digunakan?

c) Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektivitas atau efisiensi?

Model Pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:29

1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. 2) Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.

3) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.

4) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (a) urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax); (b) adanya prinsip-prinsip reaksi; (c) sistem sosial; dan (d) sistem pendukung.

5) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.

29


(40)

6) Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

c. Pengertian Model Cooperative

Sekolah bukanlah sekedar bangunan, kurikulum, dan mesin. Sekolah adalah jalinan relasi dan interaksi antar orang. Bagaimana interaksi interpersonal terstruktur menentukan keefektifan sekolah. Ketika guru dipandang sebagai bagian-bagian yang dapat saling dipertukarkan dengan mesin yang mencetak para siswa terdidik produksi massal, mereka cenderung menjadi terisolasi dan teralienasi dari satu sama lain serta dari pekerjaan mereka. Oleh karena itu, manfaat dari tim-tim Cooperative sangatlah besar bagi pengajar dan para murid.30

Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan pembelajaran aktif adalah memberikan tugas kepada murid untuk dikerjakan dalam kelompok kecil. Dukungan dari sesama murid dan perbedaan sudut pandang, pengetahuan, dan keterampilan menjadikan pembelajaran Cooperative bagian yang berharga dalam suasana pembelajran di kelas. Meskipun demikian, pembelajaran Cooperative tidak selalu efektif. Alih-alih pembelajaran yang sesungguhnya mungkin ada partisipasi yang tidak seimbang, komunikasi yang terburuk, dan kebingungan. Strategi-strategi berikut ini dirancang untuk memaksimalkan manfaat pembelajaran aktif dan meminimalkan kesulitan.31

Cooperative dapat diartikan sebagai Cooperative atau kerja sama. Marjan dan Mozhgan mengartikan cooperative sebagai suatu pendekatan pengajaran dan pembelajaran yang melibatkan sekelompok siswa untuk bekerja bersama dalam memecahkan masalah, melengkapi tugas, dan menciptakan suatu produk. Sementara Smith dan Mac Gregor dalam Marjan dan Mozhgan mendefinisikan cooperative learning sebagai suatu istilah yang memasukkan berbagai pendekatan pendidikan yang

30

David W. Johnson, Roger T. Johnson dan Edythe Johnson Holubec, Colaborative Learning, (Bandung: Nusa Media, 2010), Cet. 1. h. 176

31

Mel Silberman, Pembelajaran Aktif 101 Strategi untuk Mengajar to Teach any Subject, (Jakarta: PT Indeks, 2013), Cet. 1, h. 124


(41)

melibatkan hubungan intelektual antar siswa, atau antara siswa dengan guru secara bersama-sama. Pada umumnya siswa bekerja dalam kelompok yang beranggotakan dua orang atau lebih, satu sama lain saling mencari pemahaman, solusi, pengertian, atau menciptakan suatu produk.32 Kedua pendapat tersebut memfokuskan pembelajaran Cooperative pada proses kerja sama antarsiswa dalam kelompok ketika pembelajaran berlangsung.

Dalam proses kerja sama, setiap siswa harus menyadari bahwa ia merupakan bagian dari suatu kelompok kecil yang harus saling bekerja sama untuk dapat mencapai tujuan bersama. Dengan kesadaran tersebut, setiap siswa akan memiliki rasa ketergantungan positif satu sama lain untuk dapat mencapai keberhasilan kelompok yang diinginkan bersama. Kunci utama untuk mencapai hasil tersebut mereka akan berusaha bekerja sama dengan maksimal salah satunya dengan cara mendiskusikan bersama informasi-informasi yang diberikan dengan sungguh-sungguh. Yang perlu ditekankan adalah pembelajaran kerja sama bukan sekedar menuliskan hasil akhir, tetapi yang menjadi komponen penting adalah bagaimana siswa dapat berproses bersama satu sama lain secara sinergis dalam mengembangkan pengetahuannya.

Secara bahasa collaborative learning memiliki arti yang hampir sama dengan istilah cooperative learning, yaitu bekerja sama. Namun pada

dasarnya keduanya memiliki perbedaan. Menurut Gunawan: “Proses

belajar secara Cooperative Learning bukan sekedar bekerja sama dalam suatu kelompok, tetapi penekanannya lebih kepada suatu proses pembelajaran yang melibatkan proses komunikasi secara utuh dan adil di

dalam kelas”.Dari pendapat tersebut berarti yang menjadi fokus perhatian pembelajaran Cooperative adalah proses komunikasi antar siswa ketika bekerja sama, dan bagaimana mereka berproses bersama dalam mengembangkan pengetahuannya. Jadi pembelajaran Cooperative bukan bertujuan untuk menyamakan persfektif siswa mengenai suatu konsep tertentu sebagai hasil akhir diskusi kelompok, tetapi bertujuan untuk

32


(42)

memperkaya pengetahuan siswa dari berbagai persfektif yang muncul ketika diskusi berlangsung dan kemudian diharapkan siswa dapat menginternalisasi secara individu untuk memperoleh pemahaman mengenai konsep tertentu. Ada lima unsur penting dalam proses pembelajaran Cooperative, yaitu:

1) Adanya rasa kebersamaan;

2) Adanya interaksi yang saling mendukung antar anggota kelompok satu sama lain;

3) Adanya rasa tanggung jawab secara individu dan kelompok untuk keberhasilan proses pembelajaran;

4) Kemampuan komunikasi yang baik antarpribadi dalam suatu kelompok kecil;

5) Adanya proses refleksi terhadap fungsi dan kemampuan mereka bekerja sama sebagai suatu kelompok.33

d. Karakteristik Strategi Pembelajaran Model Cooperative

Pembelajaran Cooperative memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan strategi pembelajran lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses yang pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok, atau dalam mencapai tujuan peserta didik secara harmoni bekerja sama dengan teman kelasnya. Sesuai dengan sifatnya pembelajaran Cooperative yang lebih mengedepankan aspek kerjasama memiliki karakteristik sebagai berikut: 34

1) Pembelajaran secara tim

2) Pembelajaran dengan manajemen Cooperative 3) Kemauan untuk bekerja sama

4) Keterampilan bekerja sama

33

Mel Silberman, Ibid., h. 199

34

Junaedi, Dkk. Strategi Pembelajaran Paket 8-14 Learning Asistance Program For Islamic Schools, (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2008), Cet. 1, h. 10


(43)

e. Langkah-langkah Penggunaan Teknik Model Cooperative

Kegiatan belajar biasanya dilakukan melalui diskusi di dalam kelompok-kelompok kecil itu (sub group) dengan jumlah anggota masing-masing kelompok sekitar 3-4 orang.35

Diskusi dalam kelompok kecil terbukti sebagai cara pembelajaran yang paling efektif. Cooperative akan efektif jika ruang kelas ditata sedemikian rupa sehingga tidak menggambarkan situasi klasikal, tetapi dapat berbentuk setengah lingkaran, huruf U, kelompok tatap muka empat-empat, dobel setengah lingkaran dan lain sebagainya.36

Dalam kelompok kecil tidak ada ketua atau sekretaris. Yang diperlukan ialah pelapor (juru bicara) untuk melaporkan hasil diskusi di dalam kelompok besar. Adapun langkah-langkah penggunaan teknik model Cooperative:

1) Pendidik, mungkin bersama siswa, memilih dan menentukan masalah dan bagian-bagian masalah yang akan dibahas dan perlu diucapkan dalam kegiatan belajar.

2) Pendidik menunjuk beberapa siswa untuk membentuk kelompok kecil. Jumlah kelompok yang akan dibentuk dan banyaknya siswa dalam setiap kelompok kecil disesuaikan dengan jumlah bagian masalah yang akan dibahas.

3) Pendidik membagikan bagian-bagian masalah kepada masing-masing kelompok kecil. Satu kelompok membahas satu bagian masalah. Selanjutnya, pendidik menjelaskan tentang tugas kelompok yang harus dilakukan, waktu pembahasan (5-15 menit), pemilihan pelapor, dan lain sebagainya.

4) Kelompok-kelompok kecil berdiskusi untuk membahas bagian masalah yang telah ditentukan. Para siswa dalam kelompok kecil itu memperjelas bagian masalah, serta memberikan saran-saran untuk pemecahannya.

35

Sudjana, Metode dan Teknik pembelajaran Partisipatif, (Bandung: Falah Production, 2005), Cet. 4, h. 122

36


(44)

5) Apabila waktu ditentukan telah selesai, pendidik mengundang kelompok-kelompok kecil untuk berkumpul kembali dalam kelompok besar, kemudian ia mempersilahkan para pelapor dari masing-masing kelompok kecil secara bergiliran untuk menyampaikan laporannya kepada kelompok besar.37

6) Pendidik, atau seorang siswa yang ditunjuk, mencatat pokok-pokok laporan yang telah disampaikan. Selanjutnya para siswa diminta untuk menambah, mengurangi, atau mengomentari laporan itu. Pendidik bersama siswa dapat mengajukan kemungkinan kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil diskusi dan selanjutnya melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil diskusi itu.38

f. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative

Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative

Kelebihan Kekurangan

1) Peserta didik yang kurang biasa menyampaikan pendapat dalam kelompok belajar seolah-olah oleh situasi untuk berbicara dalam kelompok kecil.

2) Menumbuhkan suasana yang akrab, penuh perhatian terhadap pendapat orang lain, dan mungkin akan menyenangkan.

3) Dapat menghimpun berbagai pendapat tentang bagian-bagian masalah dalam waktu singkat.

4) Dapat digunakan bersama

1) Mungkin terjadi pengelompokan yang pesertanya terdiri atas orang-orang yang tidak tahu apa-apa, sehingga kekuatan kelompok tidak seimbang. 2) Laporan kelompok-kelompok

kecil tidak tersusun secara sistematis dan tidak terarah.

3) Pembicaraan mungkin dapat berbelit-belit.

4) Membutuhkan waktu untuk

37

Sudjana, Op.cit., h. 123

38


(45)

teknik lain sehingga penggunaan teknik ini bervariasi.

mempersiapkan masalah dan untuk bagian masalah itu.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Siti Sanawiyah, dengan judul “Penerapan Strategi Cooperatif Learning pada Mata Pelajaran Fikih”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran ini memiliki kemampuan yang cukup baik sebab dalam pelaksanaannya siswa mampu memberi gagasan terhadap pokok permasalahan yang sedang dibahas, sehingga siswa terlihat aktif.39

2. Santi dengan judul “Implementasi Strategi Pembelajaran Cooperatif Pada Mata Pelajaran Agama Islam”. Hasil akhir secara keseluruhan dari kegiatan pembelajaran PAI yang menggunakan strategi cooperatif dapat memberikan hasil yang memuaskan, sehingga siswa merasa senang dan enjoy setelah mengikuti pelajaran PAI dengan menggunakan pembelajaran cooperatif, karena lebih memahami dan mengerti mengenai materi yang telah dibahas sehingga strategi pembelajaran cooperatif sangatlah efektif.40 3. Nervi Pradewi, dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Cooperatif

Learning dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa yang mendapat pembelajaran

39

Siti Sanawiyah, dengan judul “Penerapan Strategi Cooperatif Learning pada Mata Pelajaran Fikih”. Portal jurnal Universitas Islam Negeri, 2015, tersedia online: (http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/) diakses pada 23 Mei 2015 jam 13.25 WIB

40

Santi dengan judul “Implementasi Strategi Pembelajaran Cooperatif Pada Mata Pelajaran Agama Islam”. Portal jurnal Universitas Islam Negeri, 2015, tersedia online: (http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/) diakses pada 23 Mei 2015, jam 11.30 WIB.


(46)

dengan menggunakan pembelajaran Cooperative, kemampuannya lebih baik dibanding siswa yang menggunakan pembelajaran biasa.41

Persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama meneliti tentang model Cooperative. Sedangkan perbedaannya adalah mata pelajaran. Peneliti memecahkan masalah Pendidikan Agama Islam.

C. Hipotesis Tindakan

Adapun hipotesis tindakan adalah melalui model pembelajaran Cooperative prestasi belajar PAI siswa meningkat.

41

Nervi Pradewi, dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Cooperatif Learning dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)”. Portal jurnal Universitas Islam Negeri, 2015, tersedia online: (http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/) diakses pada 29 Mei 2015, jam 20.30 WIB.


(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di Kelas VII SMP Tulus Bhakti Jatiasih Kota Bekasi.

2. Waktu Penelitian

Waktu Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada tanggal 8 Februari sampai 28 April 2016, di kelas VII SMP Tulus Bhakti Jatiasih Kota Bekasi. Berikut ini merupakan jadwal rencana kegiatan penelitian tindakan kelas VII SMP Tulus Bhakti Jatiasih Kota Bekasi.

B. Metodologi Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran.42

Konsep penelitian ini adalah model spiral dari Kemmis dan McTaggart yang terdiri dari beberapa siklus tindakan dalam pembelajaran berdasarkan refleksi mengenai hasil dari tindakan-tindakan pada siklus sebelumnya. Dalam setiap siklus terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, pengamatan, dan refleksi.

Prosedur penelitian tindakan kelas ini adalah terdiri dari 4 tahap, secara rinci sebagai berikut:

1. Perencanaan

a. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dan indikator keberhasilan penelitian.

42

Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h. 58.


(48)

Perencanaan

Aksi Refleksi

Observasi

b. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas.

c. Mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis proses dan hasil tindakan.

2. Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan tindakan penerapan dengan menggunakan model cooperative learning dalam peningkatan keaktifan dan prestasi belajar peserta didik yang telah direncanakan.

3. Pengamatan

Dalam tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap tindakan. Peneliti mempersiapkan lembar pengamatan yang telah disiapkan untuk mengetahui kondisi kelas terutama keaktifan belajar peserta didik dalam berdiskusi. Disamping itu, peneliti juga melaksanakan pengamatan terhadap tindakan dalam pembelajaran.

4. Refleksi

Data-data yang diperoleh observasi dikumpulkan, dianalisi dan didiskusikan dengan cooperative yaitu guru Pelajaran PAI dan dicari solusi dari permasalahan pembelajaran yang telah berlangsung. Berdasarkan hasil observasi guru dapat merefleksi diri tentang penerapan pembelajaran dengan model cooperative learning dalam menyelesaikan tugas diskusi dapat meningkatkan keaktifa belajar peserta didik guna berpengaruh pada prestasi belajar peserta didik.

Pelaksanaan penelitian ini dengan Kurt Lewin dimana komponen tindakan dan observasi dijadikan satu kesatuan. Sebagaimana gambar dibawah.43

Gambar 1 : Empat Langkah dalam PTK

43


(49)

Rancangan penelitian yang akan dilaksanakan meliputi 2 tahapan utama dalam tiap siklusnya, yaitu : tahap perencanaan yang merencanakan semua persiapan sebelum dilakukan pelaksanaan penelitian, kemudian dilanjutkan pada tahapan pelaksanaan dimana proses penelitian dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran cooperative, kemudian dilakukan pengamatan pada hasil-hasil temuan pada proses pelaksanaan sebelumnya, selanjutnya dilakukan refleksi berdasarkan analisi data untuk menentukan apakah penelitian akan dihentikan pada siklus I atau dilanjutkan pada siklus II begitu seterusnya.

Dasar untuk mencapainya suatu penelitian ini, maka diperlukan data yang mempunyai validitas yang tinggi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan triangulasi metode yaitu :

1. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip yang digunakan dalam kerangka atau landasan teori, penyusunan hipotesis secara tajam.44

Metode ini dilakukan untuk memperoleh daftar nama peserta didik yang termasuk dalam subjek penelitian, data-data yang berkaitan dengan sekolah mulai dari struktur organisasi, daftar nama peserta didik yang menjadi subjek penelitian, nilai formatif materi terakhir sebelum pemberian tindakan dan sebagainya. Selain itu juga digunakan untuk pengambilan gambar peserta didik dalam melaksanakan model cooperative learning.

2. Metode Observasi Sistematik

Observasi sistematik yaitu observasi dimana faktor-faktor yang sudah diamati sudah di daftar secara sistematis dan sudah di daftar menurut kategorinya.45 Metode ini digunakan untuk mengamati kegiatan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga dapat

44

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rhineka Cipta, 2004), h. 181

45

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), edisi revisi, h.30-31


(1)

2015, tersedia online:

(http:/irepository.uinjkt.ac.idldspace4 diakses pada 23

Mei20l5,

iam

1130

WIB.

{

tju

33

Nervi Pradewi, dengan

judul

"Pengaruh Penerapan Model Cooperatif Learning dalom Meningkntlwn

Akivitas

Belajar

Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudryaan Islam

(SKI)".

Portal

jumal

Universitas Islam Negeri, 2015, tersedia online:

diakses pada29

Mei

2015, iam 20.30

WIB.

1

W

BAB

III

METODOLOGI PENELITIAN

I Suharsimi

Arikunto,

dkk" Penelitian Tindakan Kelas,

(Jakarta: PT.

Bumi Aksara

2008), h. 58.

LY

2 Zurnal

Aqib,

P enelitian Tindakan Kelas, (Bandung:

Yrama Widya, 2008), h.

2l

ID

J S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidiknn,

(Jakarta: PT. Rhineka

Cipta

2004),h.

l8l

6t

4

Suharsimi

Arikunto,

Das ar -Das ar Evaluas

i

Pendidilwn, (Jakarta:

Bumi

Aksara, 2AA6), edisi revisi,

h.30-31

W

5

Djemari Mardapi, Telmik Penyusunan Instrumen Tes dan Non ?'es, (Yogyakarta:

Mita

Cendekia Press, 2008). h.67

fw,

6 Snharsimi

Arikunto,

Prosedur Penetitian Suatu

Pendidilran, (Jakarta: Rhineka

Cipta

2A02), h.96

W

7 Suharsimi

Arikunto,

Manaj emen P enelitian, (Jakarta:

PT Rhineka

Cipta

2000), Cet. 5,

h.

I 16 Vy

8 Lampiran,

h.77-79.

wL

9 Lampiran, h. 80

W

10

Nana Sudjana, Penilaian, Hasil Proses

Belajar

Mengaj

ar,

@andung: Remaja Rosdakary

u

2012)

cet. 17 h.67.

La,


(2)

(-t2

Lampiran,

h.89-97.

W

l3

Suharsimi

Arikunto,

Dasar-Dasar Evaluasi

Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi

Aksar4

2005), cet. 5, h.s3

60

t4

Suharsimi

Arikunto,

Manajemen Penelitian, (Jakarta:

PT Rhineka

Cipt+2000),cel

5, n.223

W

Jakarta

September 2016

Yang mengesatrkan, Pembimbiag

Tanenii.

MA


(3)

r@,

ILil!

r l

KEMENTERIAN AGAMA UIN

JAKARTA

FITK

Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia

FORM

(FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AXOOaZ

Tgl.

Terbit : t

tt/aret ZO1O No.

Revisi: ;

01

WRAT

PERMOHONAN

tm

Nomor : Un.01/F. 1/KM.O1 .3t...t2016

Lamp.

: Outline/proposal

Hal

:

Permohonan

lzin

penelitian

Jakarta, 21 September 2016

Kepada Yth.

Kepala Sekolah SMP Tunas Bhakti

JatiAsih

Bekasi

di Tempat

Assal a m u' al a i ku m wr.wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa, : lda Puspita Sari

.1812011000056

: Pendidikan Agama lslam

Semester

:Vll

(Tujuh)

Judul

skripsi

:

Upaya

Meningkatkan

prestasi

Belajar

pAl

dengan

Menerapkan model

cooperatif

learning di kelas

vll

sMp rulus

Bhakti Jati Asih Bekasi

adalah benar

mahasiswa/i Fakultas

llmu

Tarbiyah

dan

Keguruan

UIN

yang

sedang

menyusun

skripsi,

dan

akan

mengadakan penelitian

(riset)

di

instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.

Untuk

itu

kami

mohon

Saudara

dapat

mengizinkan mahasiswa

tersebut

melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassal a m u' al a i ku m wr.wb.

Khon, M.Ag. Nama

NIM Jurusan

Tembusan:

1.

Dekan FITK

2.

Pembantu Dekan Bidang Akademik

3.

Mahasiswa yang bersangkutan


(4)

KEMENTERIAN AGAMA UIN

JAKARTA

FITK

Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 1 541 2 lndonesia

FORM

(FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-066

Tgl Terbit 1 Maret 2010

No.

Revisi: :

01

Hal 1t1

SURAT PERMOHONAN

IZIN

OBSERVASI

Nomor : Un.01/F1 .lPP.00.91...12016

Lamp.

: ...

Hal

: Observasi

Kepada Yth.

Kepala Sekolah SMP Tulus Bhakti JatiAsih Bekasi

Ass alamu' alaikum wr.wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa:

l akarta, 2 1 Septemb er 201 6

Nama

NIM

: Ida Puspita Sari

: 181201 1000056

Jurusan

/Prodi

: Pendidikan Agama Islam

Semester

:

VII

(Tujuh)

adalah benar mahasiswa pada Fakultas

Ilmu

Tarbiyah

dan

Keguruan

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir kuliah "Pendidikan Agama Islam", mahasiswa tersebut memerlukan observasi dengan pihak terkait. Oleh karena

itu,

kami

mohon kesediaan Saudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan

memberikan bantuannya.

Demikianlah, atas perhatian dan bantuan Saudara kami ucapkan terima kasih.

Was s alamu' alaikum wr.wh.

l akarla, 2

I

Septemb er 20 | 6

Tembusan:

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

IW6ti, SE, MM.1. 198303 2 001


(5)

KEMENTERIAN AGAMA UIN

JAKARTA

FITK

Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 tndonesia

FORM

(FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-08't Tgl.

Terbit :

1 Maret 2010

No. Revisi: 01

Hal 1t1

SURAT BIMBINGAN

SKRIPSI

Nomor : Un.01/Fl,/KM.01.3/... ..12015

Lamp.

:...

Hal

:Bimbingan Skripsi

Jakarta, 18 Mei 201 5

untuk

menjadi

pembimbing

IllI

Kepada Yth. Tanenji, MA Pembimbing Skripsi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UiN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

As s alamu' al aikum wr.w b.

Dengan

ini

diharapkan kesediaan Saudara

(materi/teknis) penulisan skipsi mahasiswa:

Nama

NIM

Jurusan Semester

Judul Skripsi

Ida Puspita Sari

1812011000056 PAI

v11

IJpaya Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Dengan Menerapkan

DI

Kelas

Vll

SMP

Model

Pembelajaraan Cooperatif Learning

Tulus Bhakti Jati Asih Bekasi

Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan padatanggaL

l8

mei 2Ol5 ,

abstraksiloutline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan

redaliional

pacla judul

tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghLrbungi Jurusan terlebih dahulu.

Bimbingan

skripsi

ini

diharapkan selesai dalam

waktu

6

(enam)

bulan, dan

dapat

diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan. Atas perhatian dan kerja sama saudara, kami ucapkan terima kasih.

lMas s alamu' alaikum wr.wb.

Tembusan:

l.

Dekan FITK

2.

Mahasiswa ybs

ajid Khon,M.Ag 198703 1 00s


(6)

NAMA

NIM

TEMPAT

TANGGAL

LAHIR

FAKULTAS

ruRUSAN

ALAMAT

RIWAYAT

PENDIDIKAN

BIODATA

PENULIS

Ida Puspitasari 1812011000056 Bckasi, 16 Maret 1973

FI'fK

(Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan)

PAI

(Pendidikan Agama Islam)

Kp. Kebantenan

RT

0021004 Jati Asih Bekasi SD Kebantenan Jati Asih Bekasi, Lulus Tahun

19U6.

MTs

Al

Muawanah Ceger Jaka Setia Bekasi, Lulus Tahun 1989.

MA

Haji Agus Salim Bekasi, Lulus Tahun 1992. D1 PGTK Bani Saleh Bekasi, Lulus Tahun 1993.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN PEMBELAJARAN FIQH IBADAH DENGAN MENERAPKAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS VII C SMP Peningkatan Pembelajaran Fiqh Ibadah Dengan Menerapkan Metode Demonstrasi Di Kelas Vii C SMP Muhammadiyah 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017.

0 2 16

PENINGKATAN PEMBELAJARAN FIQH IBADAH DENGAN MENERAPKAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS VII C SMP Peningkatan Pembelajaran Fiqh Ibadah Dengan Menerapkan Metode Demonstrasi Di Kelas Vii C SMP Muhammadiyah 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017.

0 4 17

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN MODEL EXPERIENTAL LEARNING DI KELAS VII SMP NEGERI 29 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012.

0 1 18

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ASISTENSI (ASSISTED LEARNIN G) PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ASISTENSI (ASSISTED LEARNING)(Suatu Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VII E Sekolah Mene

0 2 7

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ASISTENSI (ASSISTED LEARNING) PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ASISTENSI (ASSISTED LEARNING)(Suatu Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VII E Sekolah Menen

3 25 105

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Quantum Learning (PTK di SMP Negeri 1 Ngemplak Boyolali Kelas VII Tahun

0 0 16

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Quantum Learning (PTK di SMP Negeri 1 Ngemplak Boyolali Kelas VII Tahun 2

0 0 14

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI).

0 0 13

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PAIKEM DALAM PEMBELAJARAN SENI MUSIK KELAS VII DI SMP ALOYSIUS DENGGUNG.

0 0 132

PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI I RAWALO

0 0 17