membentuk suara hati, seperti keyakinan, nilai sikap, dan cara bernalar siswa sehingga akan menghantarkan siswa dalam melewati tahap mengerti
ke tahap berbuat sesuai pengertian dan kemampuannya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Paradigma
Pedagogi Reflektif merupakan suatu pendekatan atau model pembelajaran yang menerapkan refleksi dalam menemukan nilai-nilai hidup dalam
proses pendidikan sebagai pijakan dalam menentukan sikap atau perilaku. Selain itu PPR juga dapat diartikan sebagai pola pikir paradigma dalam
menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
3. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif
a. Tujuan utama PPR Tujuan utama proses pembelajaran berbasiskan Paradigma
Pedagogi Reflektif adalah Modul Tim PPR, 2010: 1 Mengintegrasikan pengetahuan dan sikap batin siswa agar
mampu melihat korelasi antara ilmu pengetahuan yang didapat dan dialaminya selama proses pembelajaran dengan
realitas konkret
di tengah-tengah
masyarakat dan
lingkungannya. 2 Siswa memiliki motivasi untuk bertindak atas dasar
pengetahuan yang dialaminya dan mampu mewujudkan dalam
bentuk aksi
nyata yang
bermanfaat bagi
perkembangan kepribadian para siswa. b. Tujuan PPR bagi Guru
Tujuan PPR adalah membantu guru untuk Modul Tim PPR, 2010:
1 Semakin memahami siswa. 2 Semakin bersedia mendampingi perkembangannya.
3 Semakin lebih baik dalam menyajikan materi ajarnya. 4 Memperhatikan kaitan perkembangan intelektual dan moral.
5 Mengadaptasi materi dan metode ajar demi tujuan
pendidikan. 6 Mengembangkan daya reflektif terkait dengan pengalaman
sebagai guru, pengajar, dan pendamping. c. Tujuan PPR bagi Siswa
Tujuan PPR bagi siswa yaitu jika aspek competence, conscience, dan compassion dikembangkan secara integral maka siswa
dapat menjadi Modul Tim PPR, 2010: 1 Manusia bagi sesama.
2 Manusia yang utuh. 3 Manusia yang secara intelektual berkompeten, terbuka
untuk perkembangan dan religius. 4 Manusia yang sanggup mencintai dan dicintai.
5 Manusia yang berkomitmen untuk menegakkan keadilan dalam pelayanannya pada orang lain.
6 Manusia yang berkompeten dan berhati nurani.
4. Pengertian 3C
Competence, Conscience, dan Compassion
Pembelajaran berbasis
PPR mengarahkan
siswa untuk
meningkatkan aspek competence, conscience, dan compassion. a. Competence merupakan kemampuan kognitif seseorang yang
berkembang melalui pengalaman-pengalaman yang diperolehnya. Dalam pembelajaran, competence dapat diartikan sebagai kemampuan
akademik yang memadukan unsur-unsur pengetahuan dan ketrampilan.
b. Conscience adalah kepekaan dan ketajaman hati nurani. Conscience dapat dimaknai juga sebagai kemampuan untuk memahami dan
menentukan pilihan baik-buruk, benar-salah. Dalam penelitian ini,
aspek conscience yang akan dikembangkan adalah:
1 Kejujuran
Kejujuran berasal dari kata jujur, yang berarti sesuatu yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya dan sesuai
dengan kenyataan yang ada. Begitu pula dengan nilai kejujuran yang dikembangkan pada siswa dalam penelitian ini. Sesuai
dengan materi pendapatan nasional yang berkaitan dengan uang, siswa diajak untuk bersikap jujur dalam menggunakan uang.
Artinya siswa diajak untuk tidak menggunakan uang yang bukan menjadi haknya. Dengan demikian, kelak siswa tidak melakukan
tindakan korupsi.
2 Sikap
Menurut P3MP USD 2010:24, sikap merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka
terhadap suatu objek. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan
konsistensi terhadap sesuatu. Dalam penelitian ini, indikator mengenai sikap siswa adalah untuk mengetahui sikap siswa saat
mengikuti proses pembelajaran di kelas.
3 Minat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1990:583, minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal
penting pada minat adalah intensitasnya. Indikator minat dalam penelitian ini adalah mengenai kegiatan yang sering dilakukan
siswa di luar kelas dengan tujuan untuk mencapai keberhasilan dalam belajar.
c. Compassion merupakan kesadaran akan perlunya berbagi rasa dan memperhatikan orang lain bahkan dalam arti tertentu perlu
pengorbanan diri. 5.
Tahap-tahap Pembelajaran dengan Paradigma Pedagogi Reflektif
PPR merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Tiga unsur utama PPR adalah pengalaman,
refleksi, dan aksi. Sedangkan unsur lainnya adalah konteks dan evaluasi. Langkah-langkah pembelajaran berpola PPR adalah Modul Tim PPR,
2010.
Gambar 2.1. Dinamika PPR
KONTEKS
PENGALAM AN
REFLEKSI AKSI
EVALUASI
a. Konteks
Secara sederhana konteks dapat diartikan sebagai proses penggalian pengalaman atau pengetahuan pada siswa untuk
mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami tentang bahan ajar yang akan dipelajari. Tahap konteks dalam PPR ini sama dengan
apersepsi dalam pembelajaran berpola KTSP. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mendukung kegiatan konteks. Salah satunya
adalah dengan tanya jawab. Melalui tanya jawab, siswa diajak untuk melihat kembali pengalaman belajar yang sudah pernah mereka
dapatkan sebelumnya. Selain itu konteks juga dapat mengajak siswa untuk mengetahui realita yang ada dalam kehidupan bermasyarakat
Modul Tim PPR, 2010.
b. Pengalaman
Pengalaman merupakan kegiatan yang memuat pemahaman kognitif, afektif dan psikomotorik yang diperoleh secara serasi, selaras,
dan seimbang. Siswa dapat mendalami makna yang dipelajari apabila dapat memahami secara akurat bahan ajar yang dipelajari. Bahan ajar
tersebut dapat dipelajari siswa secara mandiri, bukan karena guru yang aktif menjelaskan. Selanjutnya siswa dapat menyelesaikan latihan dari
apa yang sudah dipelajari. Untuk itu seluruh pikiran, hati, dan kehendak harus terlibat secara aktif dalam memperoleh pengalaman.
Dalam PPR, pengalaman merupakan unsur utama dalam mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan. Sering kali guru tidak
mungkin menyediakan pengalaman langsung mengenai nilai-nilai kemanusiaan tersebut. Untuk itu siswa difasilitasi dengan pengalaman
yang tidak langsung. Pengalaman tidak langsung dapat diciptakan, misalnya dengan membaca cerita atau melihat tayangan video yang
berkaitan dengan nilai kemanusiaan. Selanjutnya guru dapat mengajak siswa untuk membayangkan cerita tersebut. Dengan demikian siswa
dapat mengalami sendiri meskipun secara tidak langsung, dan memperoleh pengalaman mengenai nilai kemanusiaan, bukan karena
mendapat informasi Modul Tim PPR, 2010.
c. Refleksi
Refleksi merupakan kekhasan dari proses pembelajaran berbasiskan Paradigma Pedagogi Reflektif. Pada dasarnya refleksi
berarti meninjau kembali pengalaman yang sudah diperoleh oleh siswa. Guru memfasilitasi dengan pertanyaan agar siswa terbantu
untuk merefleksikan. Siswa dapat diajak untuk diam dan hening untuk meresapi apa yang baru saja dibicarakan. Melalui refleksi siswa dapat
memahami, mendalami dan meyakini makna nilai yang terkandung dalam pengalamannya. Diharapkan siswa membentuk pribadi mereka
sesuai dengan nilai yang terkandung dalam pengalamannya itu. Refleksi merupakan suatu proses yang memunculkan makna
dalam setiap pengalamannya. Hal ini dapat dilakukan dengan melalui cara-cara berikut Modul Tim PPR, 2010:
1 Memahami kebenaran yang dipelajari secara lebih baik. 2 Mengerti sumber-sumber perasaan dan reaksi yang dialami.
3 Memperdalam implikasi-implikasi yang telah dimengerti. 4 Mengusahakan mencapai makna untuk diri pribadi tentang
kejadian-kejadian, ide-ide, kebenaran atau pemutarbalikan dari kebenaran.
5 Memulai memahami siapa dirinya dan bagaimana seharusnya bersikap.
d. Aksi
Aksi merupakan hasil dari pelaksanaan pembelajaran. Aksi mengacu pada kebutuhan batin manusia yang didasarkan pada
pengalaman yang sudah direfleksikan. Aksi dalam PPR dapat diartikan sebagai perbuatan atau tindakan. Refleksi akan menjadi mentah apabila
hanya menghasilkan pemahaman dan reaksi-reaksi afektif saja. Refleksi akan berkembang kalau menghasilkan tekad maupun
keputusan untuk bertindak secara konkret. Guru memfasilitasi siswa dengan pertanyaan aksi agar siswa
terbantu untuk membangun niat dan bertindak sesuai dengan hasil refleksinya. Dengan
membangun niat dan berperilaku dari
kemauannya sendiri, siswa membentuk pribadinya agar nantinya lama-kelamaan
menjadi pejuang
bagi nilai-nilai
yang direfleksikannya
Modul Tim PPR, 2010.
e. Evaluasi
Penilaian merupakan bagian penting dalam proses belajar. Dengan penilaian, akan diketahui sejauh mana kemajuan yang telah
dicapai selama proses belajar. Evaluasi merupakan tinjauan untuk mengetahui kemajuan yang dicapai dalam pembelajaran baik siswa
maupun guru. Namun sering kali penilaian hanya digunakan untuk
mengukur kemajuan akademik. Dalam PPR, fokus penilaian tidak hanya dalam hal kemajuan akademik, tetapi lebih integral lagi yaitu
memperhatikan pada pertumbuhan siswa secara menyeluruh sebagai makhluk pribadi maupun makhluk sosial.
Jadi dengan adanya evaluasi siswa dapat memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya secara menyeluruh
mencakup pemahaman, sikap, prioritas-prioritas dan kegiatan yang selaras dengan menjadi manusia demi diri sendiri dan orang lain.
Adapun bagi guru, evaluasi bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana proses belajar yang disampaikan membantu para siswa dapat
memahami dan menilai pengalaman mereka, pembentukan nilai-nilai, dan menjadi pelaku perubahan pola pikir, sikap dan tindakan sosial
Modul Tim PPR, 2010.
6. Kekuatan Paradigma Pedagogi Reflektif
Kekuatan Paradigma Pedagogi Reflektif yaitu Modul Tim PPR, 2010:
a. Membantu siswa menyadari sejauh mana usaha yang telah dilakukan dapat efektif dalam membantu mengembangkan
dirinya. b. Membantu siswa berlatih mempertimbangkan dan memilih
cara-cara yang paling baik dan benar. c. Membantu siswa dalam melewati tahap mengerti ke tahap
berbuat sesuai pengertian dan kemampuannya. d. Menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi kristiani
yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Kelemahan Paradigma Pedagogi Reflektif