61
persiapannya untuk kelak menjadi pemimpin yang melayani dalam masyarakat.
4.
Tujuan Pendidikan SMA Kolese De Britto Berpijak pada visi dan misi yang telah dirumuskan, pendidikan di
SMA Kolese De Britto bertujuan membantu proses pembentukan siswa menjadi pemimpin-pemimpin pelayanan yang meneladan Yesus Kristus
dengan kepribadian yang utuh, optimal dan seimbang, jujur, disiplin, mandiri, kreatif, mau bekerja keras, humanis, selalu sedia melayani, dan
berani berjuang bagi sesama.
B. Sistem Pendidikan SMA Kolese De Britto
SMA Kolese De Britto menerapkan paradigma pendagogi Ignasian dalam mendidik siswa untuk mengembangkan belajar mandiri sehingga siswa
mampu mencari dan mencerna informasi yang diperlukan dan membiasakan diri untuk proses belajar seumur hidup.
Pedagogi Ignasian ialah cara para pengajar mendampingi siswa dalam pertumbuhan dan perkembangan pembentukannya, yang dilandasi spiritualitas
Santo Ignatius. Pedagogi meliputi pandangan hidup dan visi dari berbagai ideal manusia untuk dididik. Pedagogi juga memberikan kriteria pilihan sarana
untuk dipakai dalam proses pendidikan. Oleh karena itu, pedagogi ini tidak boleh direduksi menjadi metodologi semata-mata.
Secara sempit, paradigma ini merupakan sebuah alat yang praktis dan sebuah perangkat yang efektif untuk meningkatkan kinerja guru dan siswa
62
dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Secara luas, paradigma ini merupakan cara bertindak yang membantu siswa berkembang menjadi
manusia yang berkompeten, bertanggung jawab, dan berbelas kasih. Dengan demikian, paradigma Pedagogi Ignasian sebenarnya merupakan
dinamika pengajaran, yang diharapkan dapat diterapkan untuk mencapai pendidikan yang semakin berkualitas tinggi, sesuai dengan visinya. Paradigma
di sini meliputi corak dan proses tertentu dalam mengajar, yang berarti pengisian pendekatan terhadap nilai belajar dan pertumbuhan dalam
kurikulum yang berlaku. Dalam proses pengajaran, dinamika paradigma ini mencakup lima
langkah pokok, yaitu:
1.
Konteks Proses pendidikan tidak pernah bergerak dalam ruang hampa. Oleh
karena itu, pengalaman manusiawi harus menjadi titik tolaknya. Pemahaman konteks merupakan bentuk konkret perhatian dan kepedulian
terhadap siswa. Perhatian dan kepedulian ini merupakan dua hal pokok sebagai awal untuk melangkah.
“Apa yang harus diketahui para guru agar siswa-siswanya dapat belajar dengan baik?” Pertanyaan seperti itu kiranya tepat mengenai inti
pengertian konteks dalam pedagogi ini. Tentu saja pertanyaan itu menyangkut di luar pemahaman materi ajar. Pertanyaan tersebut
menyangkut pengetahuan guru mengenai karakter siswa dan kondisi
63
lingkungan yang melingkupinya. Beberapa konteks yang perlu dipertimbangkan oleh guru:
a.
Konteks kehidupan siswa yang meliputi cara hidup keluarga, teman- teman, kelompok sebaya, keadaan sosial-ekonomi, kesenangan, atau
yang lain yang berdampak menguntungkan atau merugikan siswa.
b.
Konteks sosio-ekonomi, politik, kebudayaan, kebiasaan kaum muda, agama, media massa, dan lain-lain yang merupakan lingkungan hidup
siswa yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa dalam hubungannya dengan orang lain.
c.
Situasi sekolah tempat proses belajar-mengajar terjadi. Keberhasilan proses pendidikan sangat dipengaruhi oleh situasi sekolah yang
bersifat kondusif. Sekolah seharusnya merupakan tempat orang dipercaya, diperhatikan, dihargai, dan diperlakukan secara jujur dan
adil.
d.
Pengertian-pengertian yang dibawa siswa ketika memulai proses belajar. Pengertian dan pemahaman yang mereka peroleh dari studi
sebelumnya atau dari lingkungan hidup mereka merupakan konteks belajar yang harus diperhatikan.
Pemahaman konteks itu sangat membantu para guru dalam menciptakan hubungan yang dicirikan oleh autensitas dan kebenaran.
Kalau suasana saling mempercayai dan saling menghargai terjadi, siswa akan mengalami bahwa orang lain merupakan teman sejati dalam proses