Sistem Pendidikan SMA Kolese De Britto

63 lingkungan yang melingkupinya. Beberapa konteks yang perlu dipertimbangkan oleh guru: a. Konteks kehidupan siswa yang meliputi cara hidup keluarga, teman- teman, kelompok sebaya, keadaan sosial-ekonomi, kesenangan, atau yang lain yang berdampak menguntungkan atau merugikan siswa. b. Konteks sosio-ekonomi, politik, kebudayaan, kebiasaan kaum muda, agama, media massa, dan lain-lain yang merupakan lingkungan hidup siswa yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa dalam hubungannya dengan orang lain. c. Situasi sekolah tempat proses belajar-mengajar terjadi. Keberhasilan proses pendidikan sangat dipengaruhi oleh situasi sekolah yang bersifat kondusif. Sekolah seharusnya merupakan tempat orang dipercaya, diperhatikan, dihargai, dan diperlakukan secara jujur dan adil. d. Pengertian-pengertian yang dibawa siswa ketika memulai proses belajar. Pengertian dan pemahaman yang mereka peroleh dari studi sebelumnya atau dari lingkungan hidup mereka merupakan konteks belajar yang harus diperhatikan. Pemahaman konteks itu sangat membantu para guru dalam menciptakan hubungan yang dicirikan oleh autensitas dan kebenaran. Kalau suasana saling mempercayai dan saling menghargai terjadi, siswa akan mengalami bahwa orang lain merupakan teman sejati dalam proses 64 belajar. Dalam suasana seperti itulah proses belajar mengajar akan berjalan lancar sekaligus berkualitas. 2. Pengalaman Pengalaman mempunyai arti “mengenyam sesuatu dalam batin”. Ini mengandaikan adanya fakta dan pengertian-pengertian. Ini juga menuntut seseorang menduga kejadian-kejadian, menganalisis, dan menilai ide-ide. Hanya dengan pemahaman yang tepat terhadap apa yang dipertimbangkan, orang dapat maju sampai menghargai arti pengalaman. Pemahaman tidak hanya terbatas pada aspek intelektual, tetapi mencakup keseluruhan pribadi, budi, perasaan, dan kemauan masuk ke pengalaman belajar. Dalam pengalaman itu mencakup ranah kognitif dan afektif sekaligus. Kegiatan belajar yang hanya menekankan pemahaman intelektual, tanpa disertai dengan perasaan batin, tidak akan mendorong orang untuk bertindak. Oleh karena itu, istilah pengalaman dipakai untuk mencirikan setiap kegiatan yang di dalamnya tercakup pemahaman kognitif dan afektif sekaligus dari materi yang dipelajari. Pengalaman dapat bersifat langsung dan tidak langsung. Pengalaman kognitif saja kurang dapat menimbulkan rasa belas kasih secra optimal. Lain halnya dengan pengalaman langsung karena di dalamnya orang mengalami keterlibatan secara keseluruhan, yaitu pikiran dan perasaan. Pengalaman langsung dalam proses belajar-mengajar dapat terjadi melalui percobaan, diskusi, penelitian, proyek pelayanan, dan sebagainya. Sementara itu, pengalaman tidak langsung dapat terjadi melalui membaca 65 dan mendengarkan. Agar proses belajar menjadi efektif, perlulah adanya usaha menciptakan pengalaman langsung tersebut. Usaha itu misalnya dapat ditempuh melalui role playing, pemakaian audio visual, dan sebagainya. 3. Refleksi Refleksi merupakan suatu kegiatan dengan menyimak kembali secara intensif terhadap pengalaman belajar, antara lain materi pelajaran, pengalaman, ide-ide, usul-usul, atau reaksi spontan agar dapat memahami dan menangkap maknanya secara lebih mendalam. Dalam refleksi diusahakan siswa menangkap nilai yang dipelajari. Untuk mencapai hal itu, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut: a. memahami hal yang dipelajari secara lebih baik dan mendalam, dengan pertanyaan misalnya: “Apakah yang disajikan dalam buku cuku p sahih atau jujur?” b. mengerti sumber-sumber perasaan dan reaksi yang dialami siswa dalam renungan ini, misalnya: “Apakah yang paling menarik dari cerpen yang saya baca ini?”, “Mengapa saya merasa iba terhadap tokoh yang satu ini dan benci terhadap tokoh yang lain?” c. mendalami implikasi bagi diri sendiri, bagi orang lain, atau bagi masyarakat, misalnya: ”Apa gunanya hal ini bagi diri saya, bagi keluarga, tetangga, atau masyarakat pada umumnya?” d. mendapatkan pengertian pribadi tentang kejadian-kejadian, ide-ide, kebenaran, atau pemutarbalikan kebenaran, dan sebagainya, misalnya: 66 “Apakah cara hidup saya sesuai dengan kepentingan yang lain?”, “Apakah saya sanggup memikirkan kembali apa yang sebetulnya saya butuhkan unuk hidup bahagia?” e. memulai lebih mengerti atau memahami diri sendiri, misalnya: “Refleksi ini menimbulkan perasaan apa dalam diri saya?” Siswa diberi kebebasan untuk berefleksi. Ada kemungkinan siswa yang telah berefleksi tidak menunjukkan perubahan ke arah perkembangan. Hal ini bisa terjadi karena siswa baru dalam taraf perkembangan untuk menjadi lebih dewasa. Akan tetapi, yang penting guru sudah menanamkan “benih” kehidupan ke dalam diri siswa dan benih itu akan tumbuh pada saatnya. 4. Aksi Paradigma pedagogi Ignasian tidak hanya berhenti pada refleksi, tetapi justru dari refleksi itu diharapkan siswa terdorong untuk mengambil keputusan atau komitmen dan kemudian melaksanakannya. Refleksi akan menjadi mentah kalau hanya menghasilkan pemahaman dan reaksi-reaksi afektif. Refleksi yang bermula dari pengalaman harus berakhir pada realitas pengalaman yang baru dalam wujud pengambilan sikap atau tindakan. Perwujudan pengalaman baru inilah yang disebut aksi. Dalam istilah aksi terkandung pemahaman, keyakinan, dan keputusan untuk melakukan komitmen atau melakukan suatu tindakan. Dengan demikian, tindakan yang dilakukan berangkat dari keprihatinan 67 atau kesadaran akan pentingnya mengambil tindakan, bukan bertindak sekedar emosi, terhasut, dan ikut-ikutan belaka. Ada dua macam pilihan untuk beraksi. Pertama, pilihan batin, misalnya setelah berefleksi siswa menyadari bahwa Tuhan selalu berkarya dalam hidupnya. Untuk itu dalam segala keberhasilan dan kegagalannya, ia akan kembali kepada Tuhan untuk bersyukur atau memohon kepada- Nya. Kedua, pilihan lahiriah, misalnya setelah berefleks i siswa menyadari bahwa hasil belajarnya tidak baik atau gagal karena cara belajarnya yang tidal pas, maka ia akan mengubah cara belajarnya untuk menghindari kegagalan lagi. 5. Evaluasi Evaluasi mencakup dua hal, yaitu menilai kemajuan akademis dan menilai kemajuan pembentukan pribadi siswa secara menyeluruh. Tes, ulangan, atau ujian merupakan alat evaluasi untuk menilai atau mengukur seberapa jauh pengetahuan sudah dikuasai dan keterampilan sudah diperoleh. Evaluasi secara berkala mendorong guru dan siswa untuk lebih memperhatikan pertumbuhan intelektual dan mengetahui kekurangan- kekurangan yang perlu segera ditangani. Akan tetapi, yang harus diperhatikan adalah bahwa dalam evaluasi ini perhatian tidak hanya tercurah pada kemampuan penyerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari proses pengajaran, tetapi harus mencakup perkembangan secara menyeluruh, yaitu perhatian kepada sejauh mana siswa berkembang sebagai pribadi yang mengarah menjadi manusia bagi orang lain. 68 Untuk mengetahui perkembangan pribadi, guru dapat melakukannya dengan mengadakan hubungan dialogal, angket, atau melalui pengamatan terhadap perilaku para siswa. Dalam evaluasi ini guru perlu memperhatikan umur, bakat, kemampuan, dan tingkat kedewasaan setiap siswa. SMA Kolese De Britto juga menerapkan Pendidikan Bebas sebagai sikap dasar. Yang dimaksud dengan Pendidikan Bebas adalah bukan suatu pendidikan ke arah anarki atau suatu sistem yang yang bebas dari peraturan yang perlu untuk kehidupan bermasyarakat melainkan suatu sikap dalam usaha SMA Kolese De Britto yang mencakup para pendidik dan peserta didik, untuk bersama-sama mencari pengarahan dalam tindak- tanduk, berlandaskan pada pengakuan bahwa karunia manusia yang paling asasi dan luhur adalah kebebasannya yang harus diprioritaskan dalam proses pembentukan kepribadian. C. Kurikulum SMA Kolese De Britto Kurikulum yang digunakan SMA Kolese De Britto adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP yang diterapkan sejak Tahun 20062007 untuk menggantikan Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Penerapan KTSP dalam program SMA Kolese De Britto didasarkan pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan 69 Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. KTSP merupakan kurikulum yang memberi kewenangan dan tanggung jawab penuh pada sekolah untuk menyusun sendiri pelaksanaan kegiatan pembelajarannya sesuai misi, visi, dan potensinya masing-masing, dengan mengacu kepada Standar Isi SI dan Standar Kompetensi Lulusan SKL, serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan BNSP. Dengan KTSP, kepala sekolah, para guru, dan komite sekolah dapat terlibat langsung dalam merumuskan tujuan pembelajaran, materi, serta hal-hal lainnya yang berhubungan dengan kegiatan belajar-mengajar. 1. Tim Kurikulum Tim kurikulum merupakan badan yang berada di bawah koordinasi wakil kepala sekolah urusan kurikulum, yang bertujuan untuk mengembangkan mutu pendidikan SMA Kolese De Britto agar dapat terus bersaing dalam menghadapi tuntutan kemajuan zaman. Kegiatan yang dilakukan tim kurikulum adalah : a. Melakukan pengolahan data siswa untuk melakukan pemetaan rata – rata kemampuan siswa secara umum. b. Melakukan penelitian akademik berdasarkan hasil tes yang dilakukan siswa sehingga ditemukan korelasi pencapaian belajar siswa dengan pemahaman siswa terhadap pelajaran sehingga diperoleh data untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai di SMA Kolese De Britto 70 tanpa meninggalkan ketentuan pokok yang diwajibkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional. c. Melakukan pengkajian kurikulum. d. Mengakomodasi karya guru, baik berupa penelitian, karya ilmiah, maupun opini untuk dipublikasi di lingkup SMA Kolese De Britto. 2. Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA Kolese De Britto Tahun Ajaran 2012 – 2013 Tabel 4.1 Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA Kolese De Britto Tahun Ajaran 2012 – 2013 NO KOMPONEN JUMLAH JAM KELAS X KELAS XI KELAS XII IPA IPS BHS IPA IPS BHS

A. Mata Pelajaran

1 Pendidikan Agama 2 2 2 2 2 2 2 2 Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2 2 3 Bahasa Indonesia 4 4 4 5 4 4 5 4 Bahasa Inggris 4 4 4 5 4 5 5 5 Matematika 5 5 4 3 5 4 3 6 Fisika 3 5 5 7 Biologi 3 5 5 8 Kimia 3 5 5 9 Sejarah 1 1 2 2 1 2 2 10 Geografi 1 4 4 11 Ekonomi 3 7 7 12 Sosiologi 2 3 3 13 Sastra Indonesia 4 4 14 Ketrampilan Bahasa Asing a. Bahasa Perancis 4 4 b.Bahasa Mandarin 3 3 c.Bahasa Jerman 2 2 2 2 2 d.Jurnalistik 2 2 15 Antropologi 3 3 16 Seni Budaya 71 NO KOMPONEN JUMLAH JAM KELAS X KELAS XI KELAS XII IPA IPS BHS IPA IPS BHS a.Seni Rupa 2 2 2 2 2 b.Seni Teater 2 2 17 Pendidikan Jasmani, OR, dan kesehatan 2 2 2 2 2 2 2 18 Teknologi Informasi Komunikasi 2 2 2 2 2 2 2

B. Muatan Lokal Spiritualitas Ignatian

a. Pendidikan Konseling 1 1 1 1 1 1 1 b. BimbinganKonseling 1 1 1 1 1 1 1 C.Pengembangan Diri Perwalian 1 1 1 1 1 1 1 Kegiatan – Kegiatan Pendampingan 2 2 2 2 2 2 2 44 44 44 44 44 44 44 Ekuivalen 2 jam pelajaran

D. Organisasi SMA Kolese De Britto

Struktur Organisasi SMA Kolese De Britto Keterangan : = garis komando = garis koordinasi DINAS DIKAPORA YAYASAN DE BRITTO KEPALA SEKOLAH WAKASEK URS. ADM KEUANGAN WAKASEK URS. KESISWAAN WAKASEK URUSAN KURIKULUM PERPUS PNGB. GURU HUMAS KARYAWAN ADM.RT SATPAM GURU BK SUB PAMONG PRESIDIUM SISWA LITBANG KURIKULUM 72

E. Sumber Daya Manusia SMA Kolese De Britto

Staf Direksi Kepala Sekolah : F. X. Agus Hariyanto, S.Pd., S.E. Wakasek Urusan Kurikulum : Drs. Ign.Triantoro Wakasek Urusan Adm.dan Keu. : R. Arifin Nugroho, S.Si. Wakasek Urusan Kesiswaan : Yohanes Nugroho, S.J. Pamong Sub Pamong : Antonius Eko Andriyanto, S.J. Humas : Drs. B. Widi Nugroho, M.Ed. Kepala Perpustakaan : Drs. St. Kartono, M.Hum. Koordinator Laboratorium Laboratorium Bahasa : P. Gandhi Prastowo, S.Pd. Laboratorium Biologi : Ir. Sebastiana Susiani Laboraturium Fisika : Dra. Endah Sulastriningsih Laboratorium Kimia : Drs. H. Suradi Laboratorium Komputer : E. Megia Nofita, S.T. Koordinator Karya Ilmiah : Ag. Triwinanta, S.Pd. Koordinator Ekstrakurikuler : Drs. B. Widi Nugroho, M.Ed. Ign. Agus Yulianto, S.Pd., M.Pd. Antonius Eko Andriyanto, S.J. Pendamping Presidium : D. Sanusi SH Murti, S.Pd. Antonius Eko Andriyanto, S.J. Tim Kurikulum : H. Heri Istiyanto, S.Si., M. Kom. H. Franky Ari Andri Prianto, S.Pd. M. M. Sudewi Fajarina, S.Si. Tim Penelitian dan Pengembangan : Ag. Triwinanta, S.Pd. Y. Iwan Prasetyo S.Pd. Drs. Th. Wartono Basuki M. G. Andi Ardiana, S.Pd. Tim Supervisi : Drs. B. Widi Nugroho, M. Ed. Ag. Prih Adiartanto, S. Pd., M.Ed. Tim Sarana dan Prasarana : Dra. C. Suci Puji Setyowati Drs. H. Suradi E. Megia Nofita, S.T. Penanggung Jawab R-SMA-BI : Ign. Agus Yulianto, S.Pd., M.Pd.

Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran kooperatif Make A Match sebagai upaya peningkatan pemahaman pada materi penjurnalan siklus akuntansi perusahaan dagang siswa kelas X Akuntansi 1 SMK Pius Tegal.

0 0 208

Penerapan model pembelajaran kooperatif sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman pada materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum.

0 2 429

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing sebagai upaya meningkatkan pemahaman siswa pada materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal khusus : penelitian tindakan kelas pada siswa kelas XII Sosial 2 SMA Nege

0 9 227

Penerapan metode Role Playing sebagai upaya meningkatkan pemahaman materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi ke dalam jurnal umum pada siklus akuntansi perusahaan jasa siswa kelas XI IPS : penelitian dilaksanakan pada kelas XI IPS 2 S

0 0 2

Penerapan metode Role Playing sebagai upaya meningkatkan pemahaman materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi ke dalam jurnal umum pada siklus akuntansi perusahaan jasa siswa kelas XI IPS : penelitian dilaksanakan pada kelas XI IPS 2 S

0 0 260

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI SIKLUS AKUNTANSI

0 0 219

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing sebagai upaya meningkatkan pemahaman siswa pada materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal khusus : penelitian tindakan kelas pada siswa kelas XII Sosial 2 SMA Nege

0 1 225

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DAN ROLE PLAYING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI ANALISIS BUKTI TRANSAKSI DAN PENCATATAN BUKTI TRANSAKSI DALAM JURNAL UMUM PADA SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA Penelitian Ti

0 0 311

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROLE PLAYING PADA KOMPETENSI DASAR SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN SISWA

1 7 330

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN PADA MATERI ANALISIS BUKTI TRANSAKSI DAN PENCATATAN BUKTI TRANSAKSI DALAM JURNAL UMUM

0 0 427