Asuransi Kesehatan di Indonesia

20 3. Faktor budaya Faktor budaya dapat mempengaruhi kebijakan kesehatan. Dalam masyarakat dimana hirarki menduduki tempat penting, akan sangat sulit untuk bertanya atau menantang pejabat tinggi atau pejabat senior. 4. Faktor internasional atau exogenous Faktor internasional yang menyebabkan meningkatnya ketergantungan antar negara dan memengaruhi kemandirian dan kerjasama internasional dalam kesehatan. Meskipun banyak masalah kesehatan berhubungan dengan pemerintahan nasional, sebagian dari masalah itu memerlukan kerjasama organisasi tingkat nasional, regional atau multilateral.

2.5. Asuransi Kesehatan di Indonesia

Perkembangan asuransi kesehatan di Indonesia dapat dilihat dalam 3 tiga kelompokbabak perkembangan yaitu perkembangan asuransi kesehatan sosial, dan perkembangan Jaminan Kesehatan Penduduk Miskin, yaitu Thabrany, 2005: 1. Asuransi kesehatan sosial Sesungguhnya Pemerintah Indonesia telah mulai mengembangkan konsep asuransi sejak tahun 1947, tetapi karena berbagai kondisi politik dan perekonomian yang kurang menguntungkan regulasi yang dimunculkan lebih banyak mentah di tengah jalan. Jalan terang mulai terlihat pada tahun 1968 ketika Menteri Tenaga Kerja Awaludin Djanin mengupayakan asuransi kesehatan bagi pegawai negeri dan Universitas Sumatera Utara 21 keluarganya. Upaya ini merupakan pengembangan asuransi kesehatan sosial pertama di Indonesia. Program asuransi kesehatan pegawai negeri ini semula dikelola oleh suatu badan di tubuh Departemen Kesehatan yang dikenal dengan Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan. Akibat birokrasi dan adminsitrasi yang kurang efisien Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan kemudian dikonversi secara korporat menjadi Perusahaan Umum yang dikenal dengan Perusahaan Umum Husada Bakti di tahun 1984. Kemudian pada tahun 1992 Perusahaan Umum Husada Bakti dirubah menjadi PT. Askes. Upaya pengembangan asuransijaminan sosial yang sifatnya mencakup seluruh rakyat Indonesia mendapat angin segar ketika Majelis Permusyawaratan Rakyat mengeluarkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor X2001 yang menugaskan Presiden Megawati untuk mengembangkan Sistem Jaminan Sosial Nasional. Ketetapan ini ditindaklanjuti Presiden dengan menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 202002 yang membentuk tim penyusun rancangan Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Setelah usaha yang keras untuk merumuskan suatu reformasi sistem jaminan sosial, akhirnya Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional disetujui Dewan Perwakilan Rakyat dan kemudian diundangkan dalam lembar negara pada tanggal 19 Oktober 2004 oleh Presiden Megawati dengan dihadiri oleh lima menteri terkait. Komitmen pemerintahan Presiden Megawati tanggal 19 Oktober 2004 tetap dipertahankan oleh pemerintahan berikutnya, terbukti dengan diluncurkannya Universitas Sumatera Utara 22 program jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin Askeskin. Saat ini pemerintah sedang menggodok Peraturan Pemerintah untuk mengimplementasikan Undang- Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan merancang pembentukan Dewan Jaminan Sosial Nasional. Setelah Dewan Jaminan Sosial Nasional dan Peraturan Pemerintah pelaksana Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional terbentuk diharapkan asuransi kesehatan sosial dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional dapat segera meluas kepada penduduk yang bukan miskin. 2. Dana Sehat, Jaminan Kesehatan Penduduk Miskin Dana sehat adalah upaya penghimpunan dana masyarakat untuk kepentingan pengobatan dalam bentuk yang paling sederhana. Di awal tahun 1970 mulai berkembang konsep dana sehat di berbagai wilayah kabupaten bahkan provinsi di Indonesia. Upaya pengembangan ini didorong oleh pemerintah dengan harapan yang begitu besar agar masyarakat memiliki kesadaran untuk membiayai dirinya sendiri melalui mekanisme transfer resiko. Namun demikian upaya ini akhirnya tidak berhasil. Hingga saat ini tidak ada dana sehat yang bertahan hidup, apalagi berkembang. Upaya pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat memasuki babak baru ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997. Pemerintah yang khawatir dengan penurunan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan dengan didukung oleh pihak internasional mengembangkan program Jaring Pengaman Sosial untuk Bidang Kesehatan JKJBK yang ditumpangi keinginan untuk lebih mengembangkan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat. Upaya Universitas Sumatera Utara 23 JKJBK didanai pinjaman Asian Development Bank sebesar 300 juta US dolar untuk masa lima tahun. Dana dibayarkan ke Puskesmas dan Bidan Desa melalui suatu badan yang disebut pra bapel Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat. Lagi-lagi upaya ini tidak banyak membuahkan hasil bagi upaya memperluas cakupan Jaminan