Pembuatan instrumen penelitian Tata Cara Penelitian

32 rentang waktu tiga bulan untuk pengambilan data penelitian, dan izin tersebut harus diketahui oleh bupati, dinas kesehatan, pejabat kecamatan, pejabat kelurahan, kepala dukuh, dan kepala RT setempat. Untuk subyek penelitian diberikan informed consent. Informed consent adalah lembar pernyataan kesediaan responden untuk mengikuti kegiatan penelitian selama periode penelitian berlangsung dan mengisi kuesioner secara sukarela untuk memberikan jawaban dan atau data-data lain yang diperlukan dalam penelitian tanpa adanya rekayasa atau paksaan.

3. Pembuatan instrumen penelitian

a. Penyusunan kuesioner. Kuesioner penelitian ini merupakan pengembangan dari kuesioner sebelumnya yang telah valid. Kuesioner yang dikembangkan yaitu kuesioner pada penelitian oleh Marvel 2012. Kuesioner tersebut sudah divalidasi menggunakan validasi isi melalui professional judgement. Kuesioner terdiri dari 3 bagian, yaitu data demografi responden, informed consent, dan kuesioner yang memuat pernyataan terkait antibiotika. Pertama yang dilakukan adalah membuat kuesioner dengan model open form item yang berkaitan dengan data demografi responden. Kuesioner yang memuat pernyataan tentang antibiotika dibuat dalam dua tipe, yaitu skala dichotomous dan skala Likert . Skala dichotomous terdiri dari dua alternatif jawaban, yaitu “ya” dan “tidak” sebanyak 20 pernyataan untuk aspek pengetahuan. Skala Likert terdiri dari empat altefnatif jawaban, yaitu “sangat setuju”, 33 “setuju”, “tidak setuju”, dan “sangat tidak setuju” sebanyak masing- masing 10 pernyatan untuk aspek sikap dan tindakan. b. Uji validitas dan uji pemahaman bahasa. Validitas merupakan suatu ukuran untuk menunjukkan tingkat kesahihan atau kevalidan instrumen. Apabila instrumen tersebut valid atau sahih, maka akan memiliki validitas yang tinggi. Sebaliknya, apabila instrumen kurang valid maka memiliki validitas yang rendah Arikunto, 2006. Uji validitas yang digunakan adalah validitas isi content validity. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau melalui professional judgement, yaitu apoteker. Uji validitas melalui professional judgement dalam penelitian ini merupakan konfirmasi pengembangan kuesioner, karena kuesioner sebelumnya yang dikembangkan telah valid. Pernyataan atau aitem yang dibuat dinilai kemampuannya dalam menjawab nilai yang akan diukur namun tidak keluar dari batasan tujuan Azwar, 2011. Sebelum divalidasi jumlah butir pernyataan sebanyak 40. Kemudian divalidasi oleh apoteker dengan perbaikan tata kalimat dan pemilihan kata untuk 40 pernyataan. Setelah uji validasi kemudian uji pemahaman bahasa. Uji pemahaman bahasa dilakukan untuk mengetahui pemahaman responden terhadap maksud atau tujuan pernyataan yang dibuat oleh peneliti. Uji pemahaman bahasa dilakukan kepada 30 orang sesuai dengan kriteria inklusi, yaitu wanita usia 26-45 tahun dan tidak dilakukan di lokasi penelitian. Pada uji pemahaman bahasa, responden mengisi kuesioner dengan memilih dua 34 alternatif jawaban, yaitu “mengerti” dan “tidak mengerti”. Apabila responden tidak mengerti pada satu pernyataan maka responden dapat memberikan catatan pada bagian atau kata yang tidak dimengerti. Uji pemahaman bahasa menunjukkan bahwa sebagian besar responden uji pemahaman bahasa tidak paham dengan kata resistensi, sehingga pada pernyataan yang terdapat kata resistensi diberi tambahan keterangan “kekebalan kuman”. c. Uji reliabilitas. Reliabilitas instrumen juga memiliki kaitan dengan seleksi aitem yang dilakukan dengan korelasi aitem total. Korelasi aitem total didapat dari korelasi Point-Biserial dan korelasi Pearson Product Moment . Uji korelasi Point-Biserial digunakan untuk seleksi aitem dengan data skala dichotomous yaitu digunakan pada aspek pengetahuan. Uji korelasi Pearson Product Moment digunakan pada aitem skala Likert yaitu pada aspek sikap dan tindakan. Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisien alph a α dari Cronbach dan uji reliabilitas dilakukan pada responden yang tinggal bukan di lokasi penelitian dan masuk dalam kriteria inklusi. Reliabilitas instrumen dihitung menggunakan uji statistik R. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberi nilai koefisien Cronbach Alpha 0,60 Budi dan Riyanto, 2013. Nilai alpha yang rendah dapat dikarenakan korelasi yang rendah antar aitem, sehingga beberapa aitem dapat diperbaiki atau dihilangkan. Untuk menemukan aitem yang harus dihilangkan adalah dengan melihat koefisien korelasi aitem yang negatif atau yang mendekati 0 Travakol 35 dan Dennick, 2011. Setelah dilakukan uji korelasi aitem tidak terdapat koefisien korelasi aitem yang negatif dan mendekati 0. Uji reliabilitas yang dilakukan pada 30 responden didapatkan hasil α = 0,66 untuk kuesioner aspek pengetahuan, α = 0,72 untuk kuesioner aspek sikap, dan α = 0,63 untuk kuesioner aspek tindakan, sehingga dapat dikatakan kuesioner telah reliabel.

4. Intervensi dan penyebaran kuesioner

Dokumen yang terkait

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan wanita pra lansia di Kecamatan Umbulharjo tentang antibiotika dengan metode CBIA.

1 8 113

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan wanita usia lanjut pada kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Kelurahan Terban, Yogyakarta tentang antibiotika dengan metode seminar.

0 0 113

Peningkatan pengetahuan sikap dan tindakan pria lansia tentang antibiotika dengan metode seminar di Kelurahan Baciro Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta.

0 1 147

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan wanita dewasa di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta tentang diabetes melitus dengan metode CBIA.

0 0 134

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan wanita usia dewasa tentang antibiotika dengan metode CBIA di Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta periode Desember 2014 – Maret 2015.

6 63 133

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pria usia lanjut di Kecamatan Umbulharjo tentang antibiotika dengan metode CBIA.

0 0 128

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pria dewasa tentang antibiotika di Kecamatan Gondokusuma Yogyakarta dengan metode seminar.

0 2 114

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan siswi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tentang antibiotika melalui metode seminar.

0 0 103

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan pria dewasa tentang antibiotika dengan metode CBIA (Cara Belajar Insan Aktif) di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta.

0 6 137

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan remaja wanita di Kecamatan Umbulharjo tentang antibiotika dengan metode CBIA.

0 2 122