17
tepat. Pengukuran tindakan dapat menggunakan skala Likert seperti halnya dalam pengukuran sikap Budi dan Riyanto, 2013; Notoatmodjo, 2010.
D. Antibiotika
1. Definisi dan mekanisme kerja antibiotika
Antibiotika merupakan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri maupun sebagai pencegahan terhadap infeksi
misalnya pada pembedahan. Antibiotika tidak akan aktif terhadap sebagian besar virus karena metabolisme virus tergantung pada inangnya. Antibiotika dihasilkan
oleh mikroorganisme atau dihasilkan secara sintetik, yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri atau organisme lain BPOM, 2011; Tjay dan
Raharja, 2007. Mekanisme kerja antibiotika antara lain dengan menghambat sintesis
protein sehingga menyebabkan bakteri mati makrolida, tetrasiklin, kloramfenikol, aminoglikosida, dan linkomisin, bekerja pada dinding sel bakteri sefalosporin
dan penisilin, dan perusakan permeabilitas membran sel bakteri polimiksin dan imidazol Tjay dan Raharja, 2007.
2. Penggolongan antibiotika sebagai obat keras
Undang Undang Obat Keras St. No. 419 tanggal 22 Desember 1949 menyatakan bahwa obat keras dibagi menjadi dua golongan yaitu obat golongan
G gevaarlijk atau obat-obat keras yang terdapat pada daftar obat-obatan berbahaya, dan obat golongan W warschuwing atau obat yang masuk pada
daftar obat keras dengan peringatan. Pendistribusian serta penjualannya harus
18
dilakukan dengan resep dokter kecuali untuk pedagang-pedagang besar yang diakui, apoteker, dokter, dokter gigi, dan dokter hewan.
Beberapa jenis antibiotika yang terdapat dalam daftar obat wajib apotek OWA dapat diperoleh tanpa resep dokter. OWA adalah obat keras yang dapat
diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter. Sesuai dengan Permenkes No. 347 tahun 1990, Permenkes No. 924 tahun 1993, dan
Permenkes No. 1176 tahun 1999 tentang OWA, terdapat beberapa jenis antibiotika yang termasuk dalam daftar OWA sehingga dapat diperoleh tanpa
resep dokter, terutama antibiotika untuk antituberkolosa dan antibiotika dengan bentuk sediaan topikal.
Antibiotika merupakan golongan obat keras yang pemakaiannya harus dibawah pengawasan dokter. Hal ini ditujukkan untuk menghindari penggunaan
obat yang tidak tepat, misalnya dalam pemilihan antibiotika, dosis obat, durasi dan waktu penggunaan antibiotika. Penggunaan antibiotika yang tidak tepat akan
menyebabkan resistensi antibiotika BPOM, 2011.
3. Penggunaan antibiotika secara rasional