Pola pertumbuhan Tanaman Kedelai Tiap Minggu

C30, dan D40 Namun, bobot kering biji yang dihasilkan oleh tanaman yang diberi perlakuan A10 dan E50 tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap bobot kering biji pada tanaman yang diberi perlakuan Kkontrol. Tabel 4.5 di bawah ini menunjukkan ada tidaknya perbedaan yang nyata antar perlakuan. Tabel 4.5 Hasil uji Duncan terhadap bobot kering biji Perlakuan Rata-Rata A 6.66ab B 4.67a C 5.45a D 5.56a E 6.65ab K 7.96b Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan α 0.05

B. Pembahasan

1. Pola pertumbuhan Tanaman Kedelai Tiap Minggu

Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa pola pertumbuhan tinggi tanaman dari minggu ke-3 hingga minggu ke-6 merupakan fase pertumbuhan vegetatif, dapat diketahui dari pertumbuhan tinggi dan jumlah daun yang meningkat pesat. Pada minggu ke-7 hingga minggu ke-10 pertumbuhan tinggi sudah stabil dan terjadi penurunan jumlah daun. Hal tersebut dapat terjadi karena tanaman dari minggu ke-7 hingga minggu ke-10 merupakan masa pertumbuhan generatif, dimana masa terbentuknya polong dan pengisian polong. Pertumbuhan tinggi tanaman mengalami peningkatan yang pesat dari minggu ke-3 hingga minggu ke-6. Hal tersebut dapat terjadi karena tanaman mengalami etiolasi sehingga tinggi tanaman kedelai yang dihasilkan menjadi tidak normal. Peningkatan tinggi yang cukup pesat ini disebabkan karena adanya penutupan dengan plastik menyebabkan intensitas cahaya matahari yang masuk menjadi berkurang. Hal ini didasarkan atas pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai dengan tanaman kontrol yang ditumbuhkan di area terbuka. Pada minggu ke-3 rata-rata tinggi tanaman yang ditanam di areal terbuka adalah 8.11 cm meningkat hingga tanaman berukuran 8.6 cm pada minggu ke-5, sedangkan rata-rata tinggi tanaman yang ditanam di areal tertutup meningkat dari 28.18 cm hingga mencapai 73.9 cm. Data perbandingan tinggi tanaman dapat dilihat pada lampiran 7. Selain itu, penanaman dilakukan pada awal musim penghujan sehingga cuaca yang sering mendung dan hujan di siang hari menyebabkan tanaman mendapatkan cahaya kurang dari 10 jam sehari. Intensitas cahaya yang kurang mengaktifkan hormon auksin di mana terjadi pemanjangan sel yang membuat tanaman menjadi lebih tinggi, sedangkan tanaman yang ditanam di areal yang terbuka mendapatkan cahaya yang cukup sehingga hormon auksin menjadi tidak aktif. Pertumbuhan jumlah daun juga meningkat pada minggu ke-3 hingga minggu ke-6 untuk setiap perlakuan. Meningkatnya jumlah daun disebabkan karena adanya batang yang tumbuh sehingga jumlah daun juga semakin bertambah. Pada minggu ke-7 hingga minggu ke-10, tanaman sudah berbunga dan membentuk polong sehingga pertumbahan jumlah daun tidak meningkat pesat bahkan mengalami penurunan di minggu ke-8. Hal tersebut dapat terjadi karena unsur hara yang didapatkan untuk pertumbuhan generatif seperti pembentukan bunga, polong dan pengisian polong berasal dari daun sehingga daun-daun akan menguning dan akhirnya gugur. Pada tanaman yang diberi perlakuan B, C dan D mengalami peningkatan jumlah daun yang sedikit dan mengalami penurunan jumlah daun hingga minggu ke-10. Hal ini dapat disebabkan karena pertumbuhan vegetatif tidak begitu baik yang disebabkan karena unsur hara sudah disuplai untuk pertumbuhan generatif sehingga masa pertumbuhan generatif lebih cepat.

2. Pengaruh pemberian konsentrasi pupuk cair dari daun lamtoro yang