Analisis Implementasi Proses Pembelajaran Terhadap Kualitas Lulusan Di SMAN 13 Medan

(1)

ANALISIS IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN

TERHADAP KUALITAS LULUSAN DI SMAN 13 MEDAN

TESIS

Oleh

DIAN RELITAWATI

077003036/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

Σ

Ε Κ

Ο Λ

Α

Η

Π Α

Σ Χ

Α Σ Α Ρ ϑΑ Ν


(2)

ANALISIS IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN

TERHADAP KUALITAS LULUSAN DI SMAN 13 MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Konsentrasi Perencanaan Pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

DIAN RELITAWATI

077003036/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Judul Tesis : ANALISIS IMPLEMENTASI PROSES

PEMBELAJARAN TERHADAP KUALITAS

LULUSAN DI SMAN 13 MEDAN

Nama Mahasiswa : Dian Relitawati

Nomor Pokok : 077003036

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

(PWD)

Konsentrasi : Perencanaan Pendidikan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) Ketua

(Prof. Dr. Aldwin Surya SE,. MPd,. PhD) (Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) Anggota Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal: 10 September 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Bachtiar Hassan Miraza

Anggota : 1. Prof. Aldwin Surya SE,.MPd,. PhD

2. Dr. Tavi Supriana MS 3. Drs. Agus Suryadi, M.Si


(5)

ABSTRAK

Manusia merupakan kunci keberhasilan pembangunan karena manusia berperan sebagai pelaksana pembangunan. Keberhasilan pembangunan membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu mendorong pembangunan wilayah serta mampu memanfaatkan potensinya secara baik. Keberhasilan pendidikan dengan kualitas lulusan yang berkualitas inilah akan menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas pula.

Keberhasilan program pendidikan tergantung kepada implementasi proses pembelajaran yang diterapkan di sekolah. Berdasarkan alasan tersebut penelitian yang berjudul “Implementasi Proses Pembelajaran terhadap Kualitas Lulusan di SMAN 13 Medan ini dilakukan. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisa

bagaimana pengaruh implementasi proses pembelajaran terhadap kualitas lulusan di SMAN 13 Medan, faktor-faktor apa yang berpengaruh dalam proses pembelajaran di SMAN 13 Medan, dan bagaimana kompetensi guru terhadap proses pembelajaran di SMAN 13 Medan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan uji beda rata-rata (compare means).

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Implementasi proses pembelajaran di SMAN 13 Medan ternyata berpengaruh positif terhadap kualitas lulusannya. (2) Faktor yang dominan mempengaruhi proses pembelajaran diantaranya adalah kompetensi guru, kurikulum dan intelegensi siswa. Hasil ini diketahui dengan melihat nilai hasil ujian akhir dari tahun ketahun yang semakin meningkat. (3) Kompetensi yang dimiliki guru di SMAN 13 Medan sangat tinggi dalam proses belajar mengajar, hal ini terlihat dari mean atau nilai rata-rata empirik yang lebih besar yaitu 215,140 dari mean atau rata-rata hipotiknya yaitu 156.

Berdasarkan hasil-hasil tersebut disarankan kepada pemerintah untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam hal perencanaan dan penyusunan program-program pendidikan sehingga kualitas lulusan akan terus meningkat. Guru jangan cepat merasa puas dengan apa yang telah diperoleh selama ini serta dapat mempertahankan dan meningkatkan kompetensinya.

Kata Kunci: Implementasi Proses Pembelajaran, Kualitas Lulusan, SDM Berkualitas, dan Pengembangan Wilayah.


(6)

ABSTRACT

Human being represent the key of development efficacy because human being executor personating in development. Development need the human resource with quality so that pust the development a region and also able to exploit the potency well. Education efficacy with the grad which with this quality will make the human resource which with quality also.

Efficacy program the education depend to study implementation executed at school. Pursuant to the reason of research entitling “Study Process to Grand Quality in SMAN 13 Medan” done. The research target is to analyse how implementation influence process study in SMAN 13 Medan, factors what having an effect on course of study in SMAN 13 Medan, and how interest learn to study process in SMAN 13 Medan. Analysis method used in this research is analysis descriptive whit compare means.

Result of research show: (1) Implementation process the study in SMAN 13 Medan in reality have an effect on positive to its grad quality. (2) Dominant factor in influencing study process among other things is teacher interest, curriculum, and intelegency student. This result is known seenly assess result of test of year to year which progressively mount. (3) Interest learn in SMAN 13 Medan is high enough in course of learning to teach. This metter is seen from mean or avarage value of empirik of larger ones that is 215,140 from mean or average value its mortgage that is 156.

Pursuant to the pickings suggested to government to the repair in the case of planning and compilation of education programs so that grand quality will increasingly. Teacher don’t quickly lick lips by what have been obtained durring the time and also can maintain and improve its interest.

Keywords: Implementation Process the Study, Grad Quality Human Resource With Quality, and Regional Development.


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang atas rahmat dan hidayah-Nya saya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Republik Indonesia c.q. Menteri Pendidikan Nasional melalui Team Manejemen Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Pedesaan Konsentrasi Perencanaan Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberi bantuan finansial sehingga meringankan beban kami selama perkuliahan hingga menyelesaikan usulan penelitian ini.

Dengan selesainya usulan penelitian ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Chairuddin P Lubis DTM&H, Sp.A(K) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister.

Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang dijabat oleh Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc atas kesempatan yang diberikan kepada saya menjadi mahasiswi Program Magister pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya ucapkan kepada Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Prof. Aldwin Surya SE,. MPd,. PhD, Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku Komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran kepada saya.

Terima kasih juga kepada seluruh Dosen Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Pedesaan Konsentrasi Perencanaan Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang dengan sepenuh hati memberikan materi-materi pelajaran selama perkuliahan berlangsung.


(8)

Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya ucapkan kepada kakanda-kakandaku diantaranya Hasniar Andayani Pane, S.Psi. M.Psi, Dra. Sri Pratiwi, MSi, dan abanganda Ir. Fuad, MMA atas perhatian dan dorongan morilnya kepada saya.

Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada suami dan anak-anak saya yang saya sayangi yang telah memberi dorongan moril selama masa perkuliahan hingga saat ini, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan anugerah yang melimpah kepada kita semua. Amin.

Medan, 10 September 2009


(9)

RIWAYAT HIDUP

DIAN RELITAWATI lahir di Medan, pada tanggal 15 Desember 1968.

Seorang PNS di salah satu instansi Pemerintah Kota Medan terhitung mulai 1 April 1992 hingga saat ini. Anak kedua dari empat orang bersaudara dari seorang Ayah bernama: Alm. H. Hasanuddin Pane, dan Ibu bernama: Alm. Hj. Karsini S. Bertempat tinggal di Jl. Karya Jaya Gg. Eka Budi No. 9 Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan. Seorang muslimah yang telah menikah dan dikaruniai seorang putri serta seorang putra. Dengan latar belakang pendidikan: Sekolah Dasar Negeri 060788 Medan tamat tahun 1981. SMP Swasta Widyasana Medan pada tahun 1984. SMAN 3 Medan Program Ilmu-ilmu Fisik tamat tahun 1987. Akademi Pariwisata dan Perhotelan Darma Agung Medan tamat tahun 1991. Pernah melanjutkan ke program S1 di Fakultas Ekonomi UMSU jurusan Manajemen tahun 1992 hingga tahun 1995. Dan menyelesaikan pendidikan S1 pada STIE Graha Kirana Medan jurusan Manajemen tamat tahun 2002. Melanjutkan pendidikan S2 di Sekolah Pascasarjana USU Medan Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Pedesaan Konsentrasi Perencanaan Pendidikan pada tahun 2007 dan telah lulus pada tanggal 10 September 2009.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Sistem Pendidikan Nasional ... 10

2.1.1. Karakteristik Sistem Pendidikan ... 13

2.1.2. Pandangan terhadap Sistem Pendidikan ... 14

2.2. Implementasi Proses Pembelajaran ... 16

2.2.1. Proses Belajar Mengajar ... 19

2.2.2. Sistem Pembelajaran ... 20

2.2.3. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Keberhasilan Proses Pembelajaran ... 20


(11)

2.4. Mutu/Kualitas Pendidikan ... 24

2.5. Peran Pendidikan terhadap Pengembangan Wilayah ... 26

2.6. Penelitian Sebelumnya ... 29

2.7. Kerangka Pemikiran ... 31

2.8. Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 35

3.3. Populasi dan Sampel ... 36

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.5. Teknik Analisis Data ... 38

3.6. Definisi Operasional ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1. Uji Instrumen Penelitian ... 40

4.2. Uji Asumsi ... 41

4.2.1. Uji Normalitas Sebaran ... 42

4.2.2. Uji Homogenitas Varians ... 43

4.3. Deskripsi SMA Negeri 13 Medan ... 46

4.4. Implementasi Proses Pembelajaran terhadap Kualitas Lulusan di SMAN 13 Medan ... 48

4.4.1. Analisis Kualitas Lulusan SMAN 13 Medan ... 49


(12)

4.4.3. Kualitas Lulusan Kelas IPS ... 53

4.5. Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Proses Pembelajaran di SMAN 13 Medan ... 56

4.5.1. Faktor Kurikulum ... 56

4.5.2. Faktor Kompetensi Guru... 59

4.5.3. Faktor Intelegensi Siswa ... 60

4.6. Kompetensi Guru terhadap Implementasi Proses Pembelajaran di SMAN 13 Medan ... 63

4.7. Sumber Daya Manusia Berkualitas dan Kaitannya dengan Pengembangan Wilayah ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1. Kesimpulan ... 68

5.2. Saran ... 68


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Populasi Guru SMAN 13 Medan Tahun 2009 ... 36

3.2 Sampel Guru SMAN 13 Medan Tahun 2009... 37

4.3 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas Sebaran... 43

4.4 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Varians... 43

4.5. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Varians ... 45

4.6. Fasilitas yang Dimiliki SMA Negeri 13 Medan Tahun 2009 ... 47

4.7. Hasil Perhitungan Antar Tahun Ajaran dengan Analisis Varians 1 Jalur... 50

4.8. Nilai Rata-rata Ujian Akhir SMAN 13 Medan Tahun 2003/2004 s/d 2007/2008... 50

4.9. Hasil Perhitungan Signifikan Perbedaan Nilai Ujian Akhir SMAN 13 Medan Tahun 2003/2004 s/d 2007/2008... 51

4.10. Hasil Nilai Rata-rata Ujian Akhir Berdasarkan Penerapan Kurikulum yang Diterima Lulusan di SMAN 13 Medan... 57


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Contoh Prosedur Kerja Sistem dalam Sistem Pendidikan (Proses

Belajar Mengajar)... 13 2.2 Fase Implementasi Mutu Menurut Jerome S. Arcano dalam Siklus

Pemecahan Masalah ... 25 2.3 Kerangka Pemikiran... 32 4.4 Grafik Kompetensi Guru... 64


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 72 2. Hasil Pengolahan Data ... 78 3. Dokumentasi Penelitian ... 106


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan penting dalam mengembangkan potensi sumber daya manusia secara optimal karena pendidikan merupakan sarana investasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian sebagai modal pembangunan. Melalui pendidikan diharapkan dapat ditingkatkan kemampuan dan partisipasi individu dalam laju pembangunan karena manusia adalah kunci dari pembangunan itu sendiri.

Keberhasilan dan kemajuan pembangunan ditentukan oleh manusia sebagai pelaksana pembangunan karenanya diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu mendorong perkembangan wilayah dan mampu memanfaatkan potensi wilayah secara baik dan benar. Oleh karenanya dalam pelaksanaan pembangunan perlu dipersiapkan sumber daya manusia berkualitas melalui peningkatan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang mampu memberi dukungan dalam paradigma pembangunan secara berkelanjutan dan mampu membangun wilayahnya berdasarkan aspirasi daerah tersebut.

Untuk mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas dalam menghadapi proses dan dinamika kehidupan di masyarakat, pendidikan dipandang sebagai suatu proses peningkatan perbaikan kehidupan yang mampu mengubah pengetahuan,


(17)

keterampilan dan sikap serta tata laku manusia melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan pelatihan.

Pendidikan merupakan suatu lembaga yang mampu memberikan jasa pelayanan melalui tenaga pengajar, administrasi maupun pengelolaannya, di mana

output pendidikan berupa pengetahuan, keterampilan, sikap serta akhlak yang

diperoleh melalui suatu proses, karenanya perlu dilakukan secara baik, agar berjalan secara efisien dan efektif.

Pendidikan juga membutuhkan partisipasi dari semua stakeholder karenanya pendidikan dipandang sebagai sebuah sistem yang di dalamnya terdapat organisasi yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Ini berarti bahwa sistem pendidikan tidak terlepas dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan. Dalam kenyataannya sistem pendidikan itu sendiri dihadapkan pada tantangan yang manyangkut mutu dan efisiensi pendidikan secara internal. Sistem pendidikan yang meliputi proses di mana input yang terdiri dari murid, guru, kurikulum, metode belajar dan mengajar, sarana dan fasilitas, serta alat peraga akan menghasilkan out

put berupa lulusan.

Sistem pendidikan saat ini dihadapkan pada tantangan yang semakin kompleks sehingga pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas, upaya tersebut dilakukan melalui pengembangan dan perbaikan sarana pendidikan, kurikulum dan sistem evaluasi, pengadaan materi ajar, serta pelatihan guru dan tenaga pendidikan lainnya. Namun pada kenyataannya upaya tersebut belum cukup berarti dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Salah


(18)

satu indikator kekurang berhasilan ini ditunjukkan antara lain dengan Nilai Evaluasi Murni (NEM) siswa yang tidak memperlihatkan kenaikan bahkan cenderung konstan dari tahun ketahun. Pemerintah juga telah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui reformasi bidang pendidikan dengan memberlakukan desentralisasi pendidikan seiring dengan otonomi daerah dengan memfokuskan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang berorientasi pada mutu. Makna mutu ditekankan pada kemandirian dan kreativitas sekolah untuk mempermudah pencapaian tujuan pendidikan. Salah satu tujuan MBS yang telah ditetapkan pemerintah adalah untuk memandirikan sekaligus memberdayakan sekolah melalui pemberian wewenang, keleluasaan dan sumber daya untuk peningkatan mutu kinerja sekolah terutama peningkatan hasil belajar siswa. Karenanya untuk mewujudkan tercapai atau tidaknya peningkatan kualitas pendidikan di sekolah terletak pada pelaksanaan (implementasi) atas sistem pendidikan di sekolah tersebut.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan telah dilakukan melalui perubahan demi perubahan ke arah yang lebih baik, mulai dari tahan perencanaan, pengorganisasian hingga pengawasan telah dilaksanakan, namun kenyataannya sering terjadi penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan pelaksanaan sehingga tujuan tidak dapat dicapai secara maksimal.

Permasalahan lainnya adalah dalam kualitas pendidikan terkait suatu sistem yang saling berpengaruh dan tidak berdiri sendiri yaitu mutu lulusan dipengaruhi oleh mutu masukan dan mutu proses.


(19)

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan antara lain mengenai fungsi pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan nasional mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sistem pendidikan merupakan suatu sistem di mana di dalamnya terjadi suatu prosedur dan proses dalam rangka menghasilkan informasi secara tekhnis yang dilaksanakan secara terus-menerus dan tidak terlepas dari kebijakan atas dasar ketentuan yang berlaku.

Sistem pendidikan dalam pelaksanaannya dihadapkan pada tantangan yang semakin kompleks. Oleh karenanya dibutuhkan pengelolaan pendidikan secara efisien, merata (dalam arti memberi kesempatan bagi seluruh anak bangsa) dan akuntabel. Salah satu masalah yang paling penting dalam sistem pendidikan adalah menyangkut mutu/kualitas lulusan, karena berakibat langsung pada masyarakat. Siswa merupakan produk dari sistem pendidikan sehingga bagi siswa yang tidak terfokus pada mutu akan berdampak pada pemberatan anggaran kesejahteraan sosial dan pemborosan waktu.

Sekolah sebagai suatu lembaga formal pendidikan sebagai tempat di mana proses pendidikan diselenggarakan dengan implementasi program-program mutu. Ini berarti bahwa sekolah memegang peranan penting dalam mengimplementasikan


(20)

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang berorientasi pada mutu secara maksimal sehingga menghasilkan produk lulusan yang berkualitas.

Menurut Sihombing dan Indardjo dalam Zainuddin (2008) kualitas pendidikan meliputi: (1) produk pendidikan yang dihasilkan hanya beberapa persentase dari peserta didik yang berhasil lulus dan lulusan tersebut dapat diserap oleh lapangan kerja yang tersedia atau membuka lapangan kerja sendiri, baik dengan cara meniru yang sudah ada atau menciptakan yang baru (2) proses pendidikan menyangkut pengelolaan kelas yang sesuai pada kondisi kelas yang relatif kecil, penggunaan metode pengajaran yang tepat serta lingkungan masyarakat yang ada.

Kualitas lulusan yang diserap oleh lapangan kerja atau bahkan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri hanya dapat diwujudkan apabila kualitas lulusan mampu menguasai ilmu pengetahuan, mampu memanfaatkan teknologi, kreatif dan inovatif. Untuk mewujudkannya tergantung dalam pengelolaan komponen sistem yang bersinergi.

Sistem pendidikan memiliki beberapa komponen (sub sistem) yang saling berkaitan dan memiliki fungsi masing-masing dalam mencapai tujuan pendidikan, diantaranya: peserta didik, tenaga kependidikan, satuan kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan, pendanaan pendidikan, pengelolaan pendidikan, peran serta masyarakat dalam pendidikan, evaluasi, akreditasi dan sertifikasi, pengawasan dan sebagainya.

Dalam hal ini peneliti memandang bahwa sekolah adalah suatu sistem sedangkan proses pembelajaran merupakan sub sistem dari sistem pendidikan


(21)

karenanya peneliti membatasi masalah dalam penelitian tentang proses pembelajaran yang dipandang sebagai jantungnya dari sistem pendidikan yang memiliki fungsi dominan dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas sebagai tujuan dari pendidikan itu sendiri.

Mengingat sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan formal terdepan dengan berbagai keragaman potensi anak didik yang membutuhkan layanan pendidikan yang beragam dengan kondisi lingkungan yang berbeda, maka sekolah harus dinamis dan kreatif dalam melaksanakan perannya, terutama guru. Guru dan murid merupakan aspek yang sangat penting dalam mencapai tujuan dari proses pembelajaran sehingga keterlibatan antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar merupakan implementasi dari keaktifan siswa dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Guru harus mampu membuat siswa terlibat dalam proses belajar mengajar dengan baik secara fisik maupun mental. Keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar merupakan penentu dalam pencapaian prestasi belajar siswa sehingga out comesnya adalah lulusan yang berkualitas.

Pendidikan menengah atas adalah salah satu komponen dari sistem pendidikan nasional yang merupakan pendidikan umum yang mengutamakan perluasan peningkatan keterampilan peserta didik dengan pengkhususan yang diwujudkan pada tingkat-tingkat akhir pendidikan. Sekolah menengah atas (SMA) negeri merupakan sekolah milik pemerintah tempat mengimplementasikan program-program pendidikan yang merupakan salah satu bagian dari sub sistem pendidikan nasional.


(22)

Terkait alasan tersebut peneliti mengambil salah satu Sekolah Menengah Negeri 13 Medan sebagai tempat penelitian.

Kualitas lulusan di SMAN 13 Medan masih belum memuaskan bahkan masih ada siswa yang tidak lulus pada tahun 2007/2008. Dari informasi yang diperoleh bahwa pada tahun 2006/2007 hanya 42 orang lulusan yang diterima di perguruan tinggi negeri dari 235 orang siswa, 15 orang tidak lulus atau mengulang ikut dalam paket C. Tahun 2007/2008 hanya 28 orang yang diterima di perguruan tinggi negeri dari 235 orang siswa, 1 orang tidak lulus, serta rata-rata nilai ujian nasional yang masih belum memuaskan. Sementara tingkat pendidikan rata-rata guru lumayan tinggi. Sebanyak 50 dari 53 orang guru berpendidikan S1, 1 orang guru berpendidikan S2 untuk guru bidang Kimia, dan 2 orang berpendidikan D3 untuk guru bidang studi olah raga dan komputer. Sarana yang dimiliki terdiri dari ruang perpustakaan, laboratorium kimia/biologi, laboratorium bahasa, laboratorium komputer, lapangan olahraga, dan ruang belajar sebanyak 20 kelas.

Persoalan-persoalan tersebut di atas melatar belakangi keinginan peneliti untuk menganalisa secara lebih mendalam, di antaranya mengenai kompetensi guru terhadap implementasi proses pembelajaran, faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pembelajaran, dan pengaruh implementasi proses pembelajaran terhadap kualitas lulusan di Sekolah Menengah Atas Negeri 13 Medan.


(23)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh implementasi proses pembelajaran terhadap kualitas lulusan pada SMAN 13 Medan?

2. Faktor-faktor apakah yang paling berpengaruh dalam proses pembelajaran di SMAN 13 Medan?

3. Bagaimana kompetensi guru dalam implementasi proses pembelajaran di SMAN 13 Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

Mengacu pada perumusan masalah tersebut di atas, dalam penelitian ini ada beberapa hal yang ingin dicapai, secara umum yaitu untuk memberikan gambaran tentang segala hal yang berkaitan dengan implementasi proses pembelajaran terhadap kualitas lulusan pada SMAN 13 Medan. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis pengaruh proses pembelajaran terhadap kualitas lulusan di SMAN 13 Medan.

2. Mendeskripsikan faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam proses pembelajaran di SMAN 13 Medan.

3. Mendeskripsikan kompetensi guru dalam implementasi proses pembelajaran di SMAN 13 Medan.


(24)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara akademis maupun praktis.

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa konsep bagi pengembangan studi pendidikan yang berkaitan dengan proses kebijakan (formulasi, implementasi dan evaluasi kebijakan).

2. Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan berupa informasi mengenai permasalahan implementasi kebijakan peningkatan mutu pendidikan, khususnya mengenai dampak implementasi proses pembelajaran terhadap kualitas lulusan, kompetensi guru terhadap implementasi proses pembelajaran, serta faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam implementasi sistem pembelajaran di Sekolah Menengah Atas Negeri 13 Medan, sehingga informasi ini dapat dijadikan sebagai umpan balik bagi perbaikan implementasi sistem pembelajaran saat ini, dan masa datang.

3. Penelitian diharapkan bermanfaat bagi penelitian sejenis atau lanjutannya, dan dapat memberikan kontribusi pemikiran terhadap Pemerintah Kota Medan khususnya Sekolah Menengah Atas Negeri 13 Medan dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan dan penyusunan rencana pendidikan.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Pendidikan Nasional

Sistem Pendidikan Nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan pendidikan (UU Sisdiknas, 2003).

Tujuan pendidikan pada hakekatnya merupakan pengejawantahan dari berbagai aspek kehidupan suatu bangsa dalam bidang agama, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, hukum, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta keamanan dan pertahanan (Soenarya, 2000).

Pendidikan merupakan salah satu cara dalam memperoleh kemampuan fisik, moral, dan sosial untuk meningkatkan strata sosial yang lebih tinggi dan lebih dari sebelumnya. Melalui pendidikan seseorang akan mengalami mobilitas sosial secara vertikal ke atas, dari strata sosial yang rendah meningkat ke strata yang lebih tinggi. Pendidikan juga merupakan salah satu layanan publik yang sangat strategis bagi pemerintah dan sangat besar manfaatnya bagi masyarakat, namun di sisi lain praktek birokrasi yang melingkupinya dapat menyebabkan kemerosotan penyelenggaraan pendidikan, sementara penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan merupakan bagian terpenting dalam mensukseskan misi pendidikan. Karena itu hendaknya konsep sistem harus dipakai untuk menjamin keberhasilan pendidikan (Ace dan Tilaar, 1999).


(26)

Ditinjau dari fungsinya, sistem pendidikan adalah sebagai sumber inspirasi intelektual dan modernisasi dalam kehidupan masyarakat yang mampu memberikan bahan kajian intelektual kepada sistem pendidikan. Produk dari suatu sistem pendidikan itu sendiri harus relevan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang merupakan tuntutan sosial ekonomi dan budaya masyarakat sehingga akan membawa dampak dalam kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, karakteristik sistem pendidikan sebaiknya mempertimbangkan aspek-aspek kehidupan bangsa, lingkungan hidup, pemikiran, agama, ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya (Ace dan Tilaar, 1999).

Penggunaan sistem (system approach) di Indonesia digunakan sebagai pisau analisis dalam perencanaan pendidikan nasional sejak tahun 1970 hingga kini untuk menyelesaikan masalah dalam dunia pendidikan nasional berdasarkan sumber yang diperlukan dalam setiap langkah/tahapan dalam perencanaan pendidikan (Tilaar, 1993).

Sistem pendidikan harus mampu membuka cakrawala yang lebih luas bagi tenaga yang dihasilkannya, khususnya dalam membuka lapangan kerja baru. Sesuai dengan fungsinya, sistem pendidikan harus dapat menghasilkan tenaga yang mampu mengembangkan potensi masyarakat dalam menghasilkan barang dan jasa termasuk cara-cara memasarkannya. Artinya bahwa sistem pendidikan hendaknya mampu menghasilkan barang dan jasa sekaligus memasarkannya karena penting untuk memperluas lapangan kerja sekaligus lapangan usaha sehingga tamatan atau lulusan


(27)

sistem pendidikan nantinya tidak tergantung pada lapangan kerja saja melainkan mampu mengembangkan kesempatan kerja yang masih potensial (Tilaar 1993).

Sistem pendidikan merupakan sistem yang bersifat terbuka. Sebagai suatu sistem yang bersifat terbuka, sistem pendidikan yang terdiri atas sistem pendidikan yang bersifat nasional. Sub sistem pendidikan terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dan sub komponennya adalah pendidikan umum, kejuruan, keagamaan, dan pendidikan kedinasan; sedangkan dimensi pendidikan terdiri atas peserta didik, jumlah tenaga pendidikan, kurikulum, fasilitas dan pembiayaan pendidikan; Variabel pendidikan terdiri atas jumlah peserta didik, jumlah tenaga pendidik, isi pendidikan, prasarana dan sarana pendidikan serta penanggung jawab pendidikan yang terdiri atas orang tua, masyarakat dan pemerintah (Soenarya, 2000).

Sistem pendidikan yang menghasilkan lulusan yang berkualitas dan relevan akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam menghasilkan barang dan jasa (Sunarya, 2000). Dengan adanya pengakuan bahwa sistem pendidikan telah memberikan kontribusi terhadap upaya pengembangan sumber-sumber daya yang harus dialokasikan secara rasional terhadap sistem pendidikan.


(28)

Sumber: Soedijarto dalam Sunarya (2000).

Gambar 2.1. Contoh Prosedur Kerja Sistem dalam Sistem Pendidikan (Proses Belajar Mengajar)

2.1.1. Karakteristik Sistem Pendidikan

Salah satu karakteristik sistem pendidikan adalah perubahan untuk menuju perbaikan dan pembaharuan masyarakat yang bersifat positif sehingga memberikan iklim yang kondusif terhadap perkembangan sistem pendidikan (Pidarta, 2004).

Karakteristik sistem pendidikan sebaiknya mempertimbangkan aspek-aspek kehidupan suatu bangsa, lingkungan hidup, pemikiran, agama, ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya (Pidarta, 2004).

Sistem Kurikulum Sistem Administrasi Guru Materi Sistem Penyajian Bahan Latar Belakang Kognitif Latar Belakang Sosial Ekonomi Hasil belajar 1.Kognitif. 2.Afektif. 3.Psikomotor Proses Belajar

1.Tingkat partisispasi dan jenis kegiatan belajar yang dihayati para pelajar.

2.Peran guru dalam PBM. 3.Suasana Proses belajar.

Sistem Evaluasi Pelajar Lingkungan Latar belakang aktif


(29)

Untuk memahami karakteristik perencanaan pendidikan perlu diketahui metode, pengetahuan berbagai nilai, kaidah, kontinuitas, kecenderungan dan arah masa depan berbagai aspek kehidupan suatu masyarakat (Pidarta, 2004).

Karakteristik perencanaan pendidikan mencerminkan kepedulian terhadap tujuan pendidikan, proses, hasil, pengawasan dan perencanaan itu sendiri. Karakteristik sistem pendidikan terdiri atas: (Pidarta, 2004).

1) Sistemik; melihat permasalahan dari konteks secara keseluruhan.

2) Analitik; menganalisis permasalahan sebagai sebab akibat atas masalah yang ada di dalam dan di luar sistem.

3) Sistematik; cara kerja yang beraturan dan berurutan, mulai dari proses kegiatan yang diantaranya perumusan masalah, penelitian, penilaian, penelaahan, pemeriksaan, dan pelaksanaan.

2.1.2. Pandangan terhadap Sistem Pendidikan

Pendidikan berkualitas merupakan aspirasi masyarakat terhadap pendidikan yang akan diperlukan dalam memperoleh lapangan pekerjaan sehingga akan membawa kemajuan bagi kesejahteraan masyarakat (Fasli dan Supriadi, 2001).

Tingginya biaya pendidikan berkwalitas di Indonesia sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya kesenjangan dalam dunia pendidikan nasional sehingga berdampak pada kualitas kelulusan yang tidak dapat memenuhi kriteria persyaratan yang dibutuhkan atas lapangan pekerjaan yang tersedia. Minimnya pengalokasian dana yang diperuntukkan bagi dunia pendidikan nasional selama ini ditambah dengan banyaknya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang


(30)

ingin mengambil keuntungan sebagaimana yang diberitakan dalam media massa, semakin menyempurnakan permasalahan yang telah ada saat ini sehingga berdampak pada kemerosotan di bidang pendidikan nasional (Zainuddin, 2008).

Tingginya biaya pendidikan berkualitas serta keterbatasan sumber daya pendidikan menjadi alasan untuk mendayagunakan dan memanfaatkan sumber daya secara baik melalui pendekatan-pendekatan sistem yang memadukan pendekatan yang bersifat parsial berdasarkan tahapan-tahapan proses perencanaan dengan pertimbangan: (Paulo, 1999).

1) Aspek Kuantitatif; dengan memperhatikan aspirasi dan permintaan masyarakat terhadap pendidikan berdasarkan sosial demand approach berupa rencana daya tampung yang meliputi rincian sasaran dari apa yang akan dicapai, seperti jumlah tenaga pendidik, jumlah gedung, sumber belajar, dan pembiayaan.

2) Aspek Kualitatif; merencanakan kemampuan berpikir, mengubah sikap dan meningkatkan keterampilan peserta didik.

3) Aspek Relevansi; menyusun rencana saat ini yang hasilnya dapat diperuntukkan bagi masa depan.

4) Aspek Efisiensi; efisiensi dari sudut pandang internal dan eksternal sistem pendidikan yang merujuk pada efektivitas manajemen sistem pendidikan secara menyeluruh dengan memanfaatkan sumber daya secara terpadu demi menghasilkan lulusan yang berkualitas.


(31)

2.2. Implementasi Proses Pembelajaran

Implementasi adalah pelaksanaan dari strategi dan penetapan sumber daya. Implementasi merupakan unsur penting dalam proses perencanaan untuk menilai efektivitas suatu perencanaan dapat dilihat dari implementasinya. Sebuah keputusan yang telah disepakati tidak akan berarti bila tidak diimplementasikan dalam kegiatan yang nyata (Sanjaya, 2008).

Pelaksanaan proses pembelajaran menjadi suatu yang sangat penting dalam upaya mewujudkan kualitas lulusan atau out put pendidikan. Konsekuensinya proses pembelajaran harus dilaksanakan secara tepat, ideal dan proporsional. Dengan demikian guru harus memiliki kemampuan melaksanakan atau mengimplementasikan teori yang berkaitan dengan teori pembelajaran kedalam realitas pembelajaran yang sebenarnya.

Menurut Muchith (2008), melaksanakan proses belajar mengajar adalah mengimplementasikan norma atau teori pembelajaran yang secara tradisional dipahami sebagai proses berlangsungnya belajar mengajar di kelas.

Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier dalam Nazwar (2003) menjelaskan makna implementasi dengan mengatakan bahwa: “Μεmαηαmι απα ψανγ senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan negara, yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat-akibat/dampak nyata pada masyarakat atau


(32)

kejadian-kejadian”. Βερδασαρκαν πανδανγαν τερσεβυτ δι ατασ, δαπατλαη δισιmπυλκαν βαηωα proses implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badan-badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran (target group), melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat, dan pada akhirnya berpengaruh terhadap dampak baik yang diharapkan (intended) maupun yang tidak diharapkan (unintended/negative effects). Dengan demikian implementasi kebijakan dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi setelah suatu program dirumuskan, serta apa yang timbul dari program kebijakan itu. Di samping itu implementasi kebijakan tidak hanya terkait dengan persoalan administratif, melainkan juga mengkaji faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap proses implementasi kebijakan.

Sistem pendidikan merupakan unitas multipleks, karenanya jika salah satu bagiannya rusak atau tidak sinergi dalam pelaksanaan (implementasi) maka akan berakibat pada terganggunya fungsi dari sistem pendidikan itu sendiri. Oleh karenanya sistem pendidikan harus berjalan secara sinergi untuk menganalisis komponen-komponen dalam sistem yang ada sebagai proses transpormasi.

Pembangunan sistem pendidikan tidak perlu hanya ditujukan pada pengembangan pendidikan sebagai sistem tersendiri, tetapi juga pengembangan sistem pendidikan sebagai salah satu sistem dari sistem lain yang lebih luas. Dengan demikian pembangunan sistem pendidikan harus mampu memberikan arti fungsional


(33)

bagi pembangunan nasional dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat (Ace dan Tilaar, 1993).

Roda implementasi menunjukkan proses terhadap tahap demi tahap dalam mengimplementasikan mutu di setiap organisasi pendidikan. Empat langkah pertama terfokus pada pemenuhan permintaan kostumer dan meraih dukungan di dalam sistem sekolah. Empat tahap berikutnya membawa anda pada fase seleksi, implementasi, dan penilaian mutu. Langkah tersebut akan menilai kinerja dalam mengembangkan standar mutu untuk sekolah atau wilayah (Jerome S.A terjemahan Iriantara, 2005).

Sekolah merupakan salah satu sub sistem dari sistem pendidikan di mana out

put pendidikan merupakan prestasi dari sekolah melalui proses pendidikan di sekolah.

Di mana kinerja sekolah dapat diukur dari efektivitas, produktivitas dan kualitas kehidupan serta moral kerja dari pelaku pendidikan (Muchith, MPd, 2008).

Guru sebagai faktor penunjang peningkatan kualitas sekolah. Salah satu tugas guru adalah mengajar, di mana guru memiliki pemahaman dan penerapan secara teknis mengenai berbagai metode belajar mengajar serta hubungannya dengan belajar. Dengan kompetensi ini guru akan memilih cara terbaik dalam kegiatan pembelajaran sehingga akan dapat meningkatkan potensi siswa. Guru merupakan komponen paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas (Muchith, MPd, 2008).


(34)

2.2.1. Proses Belajar Mengajar

Pelaksanaan proses pembelajaran menjadi sesuatu yang sangat penting dalam upaya mewujudkan kualitas lulusan karena melalui proses pembelajaran ini akan melahirkan kualitas lulusan atau out put pendidikan. Oleh sebab itu, proses pembelajaran harus dilaksanakan secara tepat, ideal dan profesional. Dengan demikian mengimplementasikan teori yang berkaitan dengan teori pembelajaran dalam realita pembelajaran yang sebenarnya. Dengan kata lain melaksanakan proses belajar mengajar adalah mengimplementasikan norma atau teori pembelajaran (Muchith, MPd, 2008).

Proses pembelajaran tidak harus di dalam kelas saja melainkan juga di mana saja selama suasana itu mampu didesain untuk mengembangkan proses pembelajaran. Oleh sebab itu, konsekuensi guru adalah mendesain, memfasilitasi dan mengkoordinasikan situasi agar dapat dijadikan sarana untuk membimbing dan mengembangkan potensi siswa.

Seorang guru akan lebih memiliki makna secara edukatif jika guru mampu melakukan proses pembelajaran yang baik, tepat, akurat serta relevan dengan fungsi dan prinsip pendidikan (Muchith, 2008).

Segala bentuk atas pendekatan mengajar dapat dianggap baik apabila mampu membuat murid belajar secara terus menerus. Membuat murid belajar yang efektif merupakan rangkaian kegiatan memperoleh pengetahuan yang beraneka ragam untuk diekspresikan kembali oleh murid baik lewat tulisan maupun lewat lisan (Tilaar, 1993).


(35)

2.2.2. Sistem Pembelajaran

Sistem pembelajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan (Hamalik dalam Sanjaya, 2008).

Unsur manusiawi dimaksud terdiri atas siswa, guru, dan orang-orang yang mendukung terhadap keberhasilan proses pembelajaran termasuk pustakawan, laboratorium, dan tenaga administrasi. Sedangkan material berupa bahan pelajaran sebagai sumber belajar, seperti: buku, film, slide suara, foto, CD, dan sebagainya. Fasilitas dan perlengkapan adalah sesuatu yang mendukung proses belajar mengajar seperti: ruang kelas, penerangan, komputer, audio visual, dan sebagainya. Prosedur dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran seperti strategi, metode pembelajaran, jadwal pembelajaran, pelaksanaan evaluasi dan sebagainya.

2.2.3. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Keberhasilan Proses Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek, yakni aspek produk dan aspek proses. Menurut Sanjaya (2008), sebagai suatu sistem, pembelajaran akan dipengaruhi oleh berbagai komponen yang membentuknya terdapat beberapa komponen yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran diantaranya adalah faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta lingkungan.


(36)

1. Faktor Guru

Guru merupakan komponen penentu keberhasilan suatu sistem pembelajaran karena guru merupakan orang yang secara langsung berhadapan dengan siswa. Peran guru dalam sistem pembelajaran adalah sebagai planner, desainer sekaligus implementator. Oleh sebab itu guru dituntut untuk memahami secara benar kurikulum yang berlaku, karakteristik siswa, fasilitas dan sumber daya yang ada sebagai komponen dalam menyusun rencana dan desain pembelajaran. Sebagai implementator rencana dan desain pembelajaran guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran karena efektivitas proses pembelajaran terletak di pundak guru, karenanya keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh kualitas dan kemampuan guru. 2. Faktor Siswa

Siswa adalah organisasi yang unik berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Setiap siswa memiliki kemampuan dasar dan sikap yang berbeda. Di mana proses pembelajaran pada hakekatnya diarahkan untuk membelajarkan siswa agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Siswa sebagai subjek belajar yang diharapkan dapat mencapai tujuan utama pembelajaran yaitu keberhasilan siswa mencapai tujuan.

3. Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap pelaksanaan proses pembelajaran seperti media belajar, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lainnya.


(37)

Prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran misalnya: jalan menuju sekolah, penerangan, kamar kecil dan sebagainya.

4. Faktor Lingkungan

Faktor lain yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah keharmonisan hubungan antar orang yang terlibat dalam proses pembelajaran, seperti iklim, sosial psikologi dan organisasi kelas.

2.3. Pendapat Ahli tentang Proses Belajar

Belajar merupakan hal yang sangat dasar bagi manusia dan merupakan proses yang tiada hentinya dan berkesinambungan yang mengubah individu dalam berbagai cara. Proses pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Agar tujuan pendidikan dan pengajaran berjalan dengan benar, maka perlu pengadministrasian kegiatan-kegiatan belajar mengajar, yang lazim disebut administrasi kurikulum (Muchith, 2008).

Belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya. Perubahan-perubahan tersebut tidak disebabkan faktor kelelahan (fartigue), kematangan, ataupun karena mengkonsumsi obat tertentu (Suhaenah, 2000).

Beberapa ahli berpendapat tantang proses pembelajaran dengan jenis-jenis kategori dan tahapan yang dikenal dengan istilah taksonomi belajar. Kategori jenis-jenis belajar menurut beberapa ahli tersebut diantaranya:


(38)

1. Taksonomi Bloom yang paling populer dan mengkategorikan belajar dari 3 tingkatan sebagai domain atau ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik (Suhaenah, 2000).

2. Taksonomi Robert M. Gagne yang berpendapat bahwa kategori pembelajaran meliputi kecakapan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motoris, informasi verbal dan sikap (Suhaenah, 2000).

3. Taksonomi UNESCO yang terdiri dari learning to how, learning to do, learning

together, and learning to be (Suhaenah, 2000).

4. Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon (Muchith, 2008).

5. Menurut Jerome S. Bruner, seorang ahli pendidikan yang setuju dengan teori kognitif, pembelajaran adalah proses untuk membangun kemampuan mengembangkan potensi kognitif yang ada dalam diri siswa (Muchith, 2008).

Menurut Pidarta (2004), belajar adalah perubahan perilaku. Seseorang dikatakan sudah belajar kalau perilakunya sudah berubah. Masyarakat belajar adalah masyarakat yang sibuk dengan usaha-usaha mengembangkan dan menumbuhkan semua aspek individu. Tujuan masyarakat belajar terutama membuat para siswa giat dan lancar belajar. Hal ini sangat mungkin dicapai kalau para personalia sekolah yang berfungsi sebagai kondisi belajar juga mewujudkan dirinya sebagai masyarakat belajar. Jadi para personalia sekolah dengan para siswanya diharapkan membentuk masyarakat dalam proses penerapan proses belajar yang dikatakan beberapa ahli


(39)

tersebut di atas boleh saja berbeda-beda namun pada dasarnya proses belajar akhirnya akan membawa perubahan terhadap apa yang telah kita lakukan.

Teknik-teknik penunjang kegiatan menurut Pidarta (2004) antara lain: (1) teknik menciptakan masyarakat belajar disekolah, (2) teknik menciptakan masyarakat ilmiah di perguruan tinggi, (3) teknik mengadakan dan mengatur sumber belajar, (4) teknik meningkatkan partisipasi alumni dan masyarakat, (5) teknik meningkatkan kerjasama dengan lembaga-lembaga yang sejenis, (6) teknik ketatausahaan yang tepat akan waktu dan konsisten.

2.4. Mutu/Kualitas Pendidikan

Menurut Arcaro yang diterjemahkan oleh Iriantara (2005), mutu adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan. Mutu adalah perubahan, dan cara berpikir tentang perubahan seiring menimbulkan rasa takut pada banyak orang. Beberapa pandangan Jerome tentang mutu adalah:

1) Meraih mutu merupakan proses tentang mutu akhir.

2) Perbuatan mutu merupakan proses berkesinambungan bukan program sekali jalan. 3) Mutu memerlukan kepemimpinan dari anggota dewan sekolah dan administrator. 4) Pelatihan massal merupakan persyaratan mutu.


(40)

Sumber: Jerome S. Arcaro terjemahan Yosal Iriantara.

Gambar 2.2. Fase Implementasi Mutu Menurut Jerome S. Arcaro dalam Siklus Pemecahan Masalah

Langkah 1 : Fase mengordinasikan mutu memungkinkan sekolah memonitor dan melacak anggota dan kegiatan tim mutu yang ada.

Langkah 2 : Fase perencanaan mutu membantu sekolah atau wilayah memastikan bahwa semua stakeholder yang terlibat dalam proses pemecahan masalah dan tim yang dibentuk memecahkan persoalan yang tepat. Langkah 3 : Fase implementasi mutu merupakan fase yang paling populer dalam

siklus pemecahan masalah dengan 4 tahapan yaitu: cara tim memecahkan masalah, waktu pemecahan masalah, alasan pemecahan masalah, dan rencana tindak.

Langkah 4 : Fase monitoring mutu di mana tim memonitoring hasil untuk memastikan tercapainya hasil yang diinginkan.

Arcaro (2005) berpendapat bahwa secara tradisional ukuran mutu atas keluaran sekolah adalah prestasi siswa. Ukuran dasarnya adalah hasil ujian. Bila hasil ujian bertambah baik, maka mutu pendidikan pun membaik.

Langkah 4: Perencanaan Mutu

Langkah 3: Implementasi Mutu Langkah 2: Perencanaan Mutu Langkah 1:

Pengorganisasian Mutu

Siklus Pemecahan


(41)

Kualitas pendidikan menurut Sihombing dan Indarjo dalam Zainuddin (2008) diwarnai oleh empat kriteria yaitu: (1) kualitas awal peserta didik, (2) penggunaan dan pemeliharaan sumber-sumber pendidikan yang berkualitas. (3) proses belajar mengajar dan (4) out put pendidikan.

Mutu pendidikan akan semakin berkembang sejalan dengan perkembangan asas modernisasi dalam masyarakat (Ace dan Tilaar, 1993).

Kualitas pendidikan juga dipengaruhi oleh penyempurnaan sistemik terhadap seluruh komponen pendidikan seperti peningkatan kualitas dan pemerataan penyebaran guru, kurikulum yang disempurnakan, sumber belajar, sarana dan prasarana yang memadai, iklim pembelajaran yang kondusif serta didukung kebijakan pemerintah baik di pusat maupun di daerah (Mulyasa, 2007).

2.5. Peran Pendidikan terhadap Pengembangan Wilayah

Menurut Muchith (2008), pendidikan adalah sektor yang sangat menentukan kualitas hidup suatu bangsa. Kegagalan pendidikan berimplikasi pada gagalnya suatu bangsa, keberhasilan pendidikan juga secara otomatis membawa keberhasilan sebuah bangsa. Oleh sebab itu, untuk memperbaiki kehidupan suatu bangsa harus dimulai dari penataan dalam segala aspek dalam pendidikan, mulai dari aspek tujuan, sarana, pembelajaran, manajerial dan aspek lain yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran.

Dari berbagai aspek dalam pendidikan, aspek pembelajaran merupakan elemen yang berpengaruh dalam mewujudkan kualitas atau out put pendidikan.


(42)

Kegagalan pendidikan disebabkan oleh kegagalan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang statis dan konvensional akan memperlambat terwujudnya kualitas pendidikan. Sebaliknya pembelajaran yang dinamis, progresif dan kontekstual akan mempercepat terwujudnya kualitas pembelajaran (Muchith, 2008).

Pengembangan wilayah merupakan suatu usaha dalam mengelola sumber daya agar menghasilkan out put yang maksimal di wilayah tersebut. Pengembangan wilayah sangat tergantung pada manusia di wilayah tersebut baik yang bersifat aktif maupun pasif. Apabila masyarakatnya aktif dan dinamis maka secara otomatis wilayah tersebut akan mampu berkembang (Prof. Bachtiar pada perkuliahan 9 Mei 2008).

Menurut Sirojuzilam (2008), pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai arti peningkatan nilai manfaat bagi masyarakat suatu wilayah tertentu mampu lebih banyak menghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata membaik, di samping menunjukkan lebih banyak sarana/prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkatkan, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitas.

Beliau juga berpendapat bahwa pendidikan berfungsi untuk meningkatkan produktivitas karena kemampuan untuk menyerap tekhnologi memerlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan mendapatkan pekerjaan atau pendapatan yang semakin tinggi di masa yang akan datang.


(43)

Menurut Nachrowi dan Suhandojo (2001); salah satu pilar yang cukup penting adalah sumber daya manusia karena dengan kemampuan yang cukup akan mampu menggerakan seluruh sumber daya wilayah yang ada. Berbeda dengan sumber daya alam yang mempunyai keterbatasan, semakin lama semakin berkurang dan habis. Di samping itu sumber daya manusia mempunyai peran ganda dalam sebuah proses pembangunan, dapat sebagai obyek maupun subyek pembangunan. Sebagai obyek pembangunan, sumber daya manusia merupakan sasaran pembangunan untuk disejahterakan, dan sebagai subyek pembangunan sumber daya manusia sebagai pelaku pembangunan. Keberhasilan pembangunan ditentukan oleh pelaku-pelaku pembangunan itu sendiri. Dengan demikian konsep-konsep pembangunan itu sesungguhnya adalah pembangunan manusia (human development) yaitu pembangunan yang berorientasi kepada manusia (people centre development) di mana manusia dipandang sebagai sasaran sekaligus pelaku pembangunan.

Target dari pembangunan wilayah untuk jangka panjang adalah pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakatnya (Sasmojo, 2001).

Dengan demikian disimpulkan bahwa pilar-pilar dari pengembangan wilayah adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, dan tekhnologi. Namun pilar yang paling menentukan adalah sumber daya manusia yang merupakan pilar terpenting dalam pengembangan wilayah karena manusia sebagai faktor pendorong sekaligus penggerak dari sumber daya alam dan tekhnologi yang tersedia. Manusia menjadi kunci sukses pelaksanaan pembangunan skala kecil, menengah maupun besar.


(44)

Dalam rangka peningkatan keberhasilan pembangunan tersebut maka menjadi alasan diperlukannya kualitas sumber daya manusia yang memadai. Pembangunan wilayah bukan sekedar membangun fisik daerah semata, melainkan juga membangun sumber daya manusia, oleh karenanya dalam pelaksanaan dibutuhkan perhatian yang serius dalam aspek pemberdayaan masyarakat. Dalam hal ini kepala daerah kiranya wajib mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung bagi perkembangan sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan sekaligus tekhnologi sehingga mampu mendukung terlaksananya paradigma pembangunan daerah berdasarkan aspirasinya.

2.6. Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya berkaitan dengan tesis ini antara lain adalah:

1. Nazwar (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Κοαλισι Ακτορ\Stakeholder dalam Implementasi Kebijakan (Suatu Kajian tentang Koalisi Aktor dalam Implementasi Kebijakan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) di Sekolah Dasar Kota Solok) yang hasilnya bahwa pelaksanaan aktor yang terlibat belum melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan di mana sosialisasi belum dilaksanakan secara kontiniu dan menyeluruh sehingga konsep dan tujuan MPMBS belum sepenuhnya dipahami target group atau aktor secara baik, bahkan ada yang tidak mengerti sama sekali apa itu MPMBS. Di samping itu masih ada sekolah yang belum memahami visi dan misi sekolah.


(45)

2. Tita Lestari (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Dampak Penerapan Metode Pemecahan Masalah terhadap Kemampuan Berfikir Siswa dalam Pengajaran Matematika” (Στυδι Κασυσ τεντανγ Πεmβελαϕαραν Κονσεπ Φυνγσι δαν Turunannya di SMUN 5 Bandung) dengan hasil penelitian memperlihatkan bahwa, profil kemampuan berfikir siswa SMU dampak penerapan metode pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika mencakup tiga kategori, yaitu kemampuan berfikir tingkat unggul, menengah, dan asor. Kemampuan berfikir kelompok unggul (3,5% dari informan) mencakup kemampuan-kemampuan berfikir integratif, kreatif, dan kritis. Kemampuan berfikir kelompok menengah (65,7% dari informan) mencakup kemampuan berfikir sistematis, logis, dan analitis. Kemampuan berfikir kelompok asor (30,8% dari informan) mencakup kemampuan penguasaan, pemahaman, dan penerapan konsep dalam

subject matter. Temuan lain dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan

metode pemecahan masalah dalam kehidupan kelas belum optimal, pelaksanaan pembelajaran belum terlaksana sesuai dengan rambu-rambu kurikulum yang dimuat dalam GBPP, Juklak dan Juknis. Faktor-faktor utama dalam proses pembelajaran di kelas (kurikulum, guru, dan sumber belajar) masih menjadi kendala dari pada pendukung.


(46)

2.7. Kerangka Pemikiran

Sistem Pendidikan Nasional memiliki beberapa komponen atau sub sistem, diantaranya adalah Sistem Pembelajaran yang merupakan komponen terpenting dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Di mana dalam proses penyelenggaraan pendidikan perlu pengimplementasian program-program mutu secara maksimal sehingga menghasilkan produk lulusan yang berkualitas. Sistem Pembelajaran terdiri dari komponen-komponen yang turut mempengaruhi keberhasilan dalam sistem pembelajaran diantaranya kurikulum, sarana prasarana dan guru sebagai aspek terpenting dalam proses pembelajaran yang akhirnya akan membawa peningkatan bagi prestasi siswa. Di mana tingkat kompetensi guru sangat menentukan untuk mendukung pelaksanaan proses pembelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum yang diberlakukan. Keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar merupakan penentu dalam pencapaian prestasi belajar siswa sehingga out comesnya adalah lulusan yang berkualitas.

Dengan adanya lulusan yang berkualitas akan lahir pula sumber daya manusia yang berkualitas sehingga nantinya dapat mendorong perkembangan wilayah dan mampu memanfaatkan potensi wilayah secara baik dan benar.

Oleh karenanya dalam pelaksanaan/penerapan (implementasi) proses pembelajaran harus dilakukan secara efisien dan sinergi sehingga tujuan pendidikan benar-benar tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan.


(47)

Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran

Pengembangan Wilayah Sumber Daya Manusia Berkualitas

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Implementasi Proses Pembelajaran

Kurikulum

GURU

Kualitas Lulusan

Prestasi Belajar Siswa Sarana


(48)

2.8. Hipotesis Penelitian

Hipotesis ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Implementasi proses pembelajaran berpengaruh positif terhadap kualitas lulusan di SMAN 13 Medan.

2. Faktor-faktor paling berpengaruh dalam proses pembelajaran di SMAN 13 Medan adalah kompetensi guru dan kurikulum.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain adalah angket yang digunakan untuk mengungkap mengenai kompetensi guru dalam mengajar. Alat ukur yang lain adalah dokumentasi, yang digunakan untuk mengetahui kualitas kelulusan siswa yang diambil dari tahun 2003-2004, 2004-2005, 3005-2006, 2006-2007 dan tahun 2007-2008.

Angket kompetensi guru dalam penelitian ini disusun berdasarkan beberapa aspek, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, materi, proses belajar mengajar, pengujian, perencanaan, pengadaan, penggunaan, perawatan, organisasi siswa, penanganan kasus kesiswaan dan penyaluran bakat.

Angket kompetensi guru disusun berdasarkan model skala Likert dengan 5 (lima) pilihan jawaban. Untuk pernyataan dari nomor 1 sampai dengan nomor 34, pilihan jawaban yang disediakan adalah Selalu (Sl), Sering (Se), Kadang-kadang (Kd), Jarang (J) dan Tidak Pernah (TP). Penilaian untuk jawaban Sl adalah 5, jawaban Se adalah 4, jawaban Kd adalah 3, jawaban J adalah 2 dan jawaban TP adalah 1.

Selanjutnya untuk nomor 35 sampai dengan nomor 64 pilihan jawabannya adalah Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Kurang Setuju (KS) dan Tidak Setuju (TS). Penilaian untuk jawaban SS adalah 5, jawaban S adalah 4, jawaban R


(50)

adalah 3, jawaban KS adalah 2 dan jawaban TS adalah 1. Tabel kisi-kisi angket kompetensi guru dapat dilihat pada lampiran halaman 76.

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Ruang lingkup wilayah yang akan dijadikan obyek dalam penelitian ini adalah Sekolah Menengah Atas Negeri 13 Kota Medan yang direncakan akan dilaksanakan pada bulan April 2009 sampai dengan bulan Juni 2009.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer akan diperoleh dari responden yaitu Guru, yang masih mengajar sejak tahun 2003 sampai saat ini di SMAN 13 Medan dan Dinas Pendidikan Kota Medan melalui penyebaran kuesioner yang memuat indikator-indikator yang menggambarkan keberadaan sumber daya pendidikan dalam mengimplementasikan proses pembelajaran (guru, siswa, sarana dan prasarana, kurikulum).

Selain data primer, penelitian ini juga akan menggunakan data sekunder tentang gambaran Sekolah Menengah Tingkat Atas Negeri 13 Medan. Data nilai hasil ujian akhir, yang merupakan data tambahan dalam mendukung hipotesis melalui instansi/lembaga terkait lain, diantaranya Dinas Tenaga Kerja Kota Medan, Perguruan Tinggi Negeri yang ada di Kota Medan, Badan Pusat Statistik,


(51)

Jurnal-jurnal pendidikan, dan buku-buku sebagai referensi yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.3. Populasi dan Sampel

Tujuan pengambilan sampel adalah agar peneliti dapat memperoleh data yang dapat mencerminkan keadaan sebenarnya, peneliti menggunakan sasaran populasi penelitian adalah Guru sebanyak 43 orang di SMAN 13 Medan yang masih aktif mengajar sejak tahun 2003 sampai 2009.

Dalam penelitian ini seluruh populasi menjadi sampel yang biasa disebut sebagai sensus. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik nonprobability sampling jenis sampling jenuh, yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel bila jumlah populasi relatif kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus (Sugiono, 2007).

Tabel 3.1. Populasi Guru SMAN 13 Medan Tahun 2009

No Tenaga Kependidikan Jenjang Pendidikan

dan Pendidik Jumlah SMA D1 D3 S1 S2

1 Guru 43 orang - - - 42 1

Jumlah 43 orang - - - 42 1


(52)

Tabel 3.2. Sampel Guru SMAN 13 Medan Tahun 2009

No Tenaga Kependidikan Jenjang Pendidikan

dan Pendidik Jumlah SMA D1 D3 S1 S2

1 Guru 43 orang - - - 42 1

Jumlah 43 orang - - - 42 1 Sumber: Data SMAN 13 Medan

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data melalui penyebaran angket. Angket berisi beberapa pertanyaan kepada responden yang menjadi sampel. Responden dimaksud adalah semua guru yang masih aktif mengajar sejak T.A. 2003/2004 s/d sekarang dan data hasil ujian akhir sejak TA. 2003/2004 s/d 2007/2008.

2. Studi kepustakaan melalui penggunaan informasi yang berhubungan dengan teori-teori yang berkaitan dengan masalah dan variabel-variabel yang diteliti dengan cara mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan obyek yang diteliti.

3. Riset lapangan dengan melakukan pengamatan langsung ke obyek yang menjadi sasaran penelitian. Peneliti berperan sebagai pengumpul data, sementara pihak yang dihubungi di sekolah sebagai pemberi data. Data tersebut ditabulasi dan diolah dalam bentuk tabel maupun gambar yang akhirnya akan dianalisis secara kuantitatif melalui perhitungan statistik.


(53)

3.5. Teknik Analisis Data

Untuk memudahkan dan menyederhanakan data kedalam bentuk yang dapat dibaca dan dimengerti, peneliti akan menguji dan menganalisis data sebagai pertanggungjawaban ilmiah dengan teknik diantaranya:

1. Untuk menjawab permasalahan 1 digunakan analisis varian (anova) untuk menguji perbedaan rata-rata nilai hasil ujian akhir dengan rumus:

ecil VarianTerk

esar VarianTerb F

Kemudian dilanjutkan dengan uji t-test untuk membandingkan tingkat signifikan dari implementasi proses pembelajaran di SMAN 13 Medan melalui rumus sebagai berikut:

Dengan ketentuan bila : t hit > t tabel (0,05) maka H1 diterima dan t hit < t tabel (0,05) maka Ho diterima

Dimana : x1 = rata-rata sampel data sebelum implementasi proses pembelajaran.

2

x = rata-rata sampel data sesudah implementasi proses pembelajaran.

1

s = simpangan baku sampel data sebelum implementasi proses

pembelajaran.

2

s = simpangan baku sampel data setelah implementasi proses

pembelajaran.

2 1

s = varians baku sampel data sebelum implementasi proses pembelajaran.

2 2

s = varians baku sampel data sesudah implementasi proses pembelajaran.

r = korelasi antara dua sampel.

(Sugiono 2007: 121-124)                     2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 n s n s r n s n s x x t


(54)

4. Kemudian untuk menjawab permasalahan 2 (kedua) dan 3 (ketiga) digunakan metode deskriftif.

3.6. Definisi Operasional

1. Sistem pembelajaran adalah proses belajar mengajar yang merupakan implementasi norma atau teori pembelajaran yang melibatkan interaksi antara siswa dan guru, sarana/prasarana, kurikulum dan orang-orang yang mendukung keberhasilan tujuan pembelajaran di SMAN 13 Medan.

2. Implementasi adalah pelaksanaan, penerapan proses belajar mengajar yang sebenarnya di SMAN 13 Medan.

3. Kualitas Lulusan adalah nilai evaluasi belajar siswa dan nilai Ujian Nasional T.A. 2008/2009 di SMAN 13 Medan.

4. Tenaga Kependidikan adalah guru, kepala sekolah, tenaga administrasi yang mendukung kegiatan belajar mengajar di SMAN 13 Medan.

5. Prestasi Belajar adalah prestasi siswa secara akademik di SMAN 13 Medan. 6. Kurikulum adalah materi yang dijabarkan dari pengembangan kurikkulum

nasional sebagai bahan ajar yang digunakan dalam proses belajar mengajar di SMAN 13 Medan.


(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Uji Instrumen Penelitian

Pelaksanaan uji coba angket kompetensi guru ini, dilakukan pada guru-guru yang mengajar di SMA Negeri 13 Medan, di mana dari penyebaran angket ini nantinya dapat diketahui bagaimana tingkat kompetensi para guru dalam mengimplementasikan program yang telah ditetapkan.

Pelaksanaan pengambilan data dalam rangka uji coba ini dilakukan dengan cara menemui para guru di ruang khusus para guru. Setelah bertemu, peneliti memperkenalkan diri dan sekaligus menyampaikan maksud dan tujuan mengadakan penelitian. Setelah para guru memahami, maka angket kompetensi guru dibagikan. Namun mengingat kesibukan para guru serta sistem yang digunakan ini, maka angket tersebut akan ditinggalkan untuk diisi. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan pengambilan data berjalan dengan efektif dan efisien.

Selanjutnya dilakukan pengecekan sekaligus penyekoran terhadap angket yang telah terkumpul dari 43 orang guru. Cara kerja yang dilakukan sejalan dengan penyekoran data penelitian ini adalah dengan membuat format nilai berdasarkan skor-skor yang ada pada setiap lembarnya, kemudian skor-skor yang merupakan pilihan subjek pada setiap butir pernyataan dipindahkan ke kertas milimeter yang diformat sesuai dengan keperluan tabulasi data, yaitu lajur untuk nomor pernyataan dan baris untuk


(56)

nomor subjek serta dilanjutkan dengan pengolahan data guna mengetahui validitas dan reliabilitas angket tersebut.

Berdasarkan hasil uji coba angket kompetensi guru, yang diisi oleh 43 orang guru, menunjukkan bahwa dari 64 butir pernyataan, terdapat 12 butir yang gugur dan 52 butir yang valid. Tabel lampiran halaman 73 merupakan distribusi butir-butir valid dari angket kompetensi guru setelah dilakukan uji coba.

Butir yang gugur seperti terlihat pada tabel lampiran distribusi penyebaran butir-butir pernyataan angket implementasi proses pembelajaran setelah uji coba adalah nomor 1, 25, 35, 36, 41, 47, 48, 49, 50, 51, 52 dan butir nomor 53. Sedangkan butir yang valid memiliki nilai rbt = 0,273 sampai rbt = 0,845. Setelah selesai pengujian validitas butir, dilanjutkan dengan analisis reliabilitas yang menggunakan formula Hoyt di mana didapat hasil rtt’ = 0,947. Berdasarkan indeks reliabilitas tersebut, maka angket yang telah disusun dinyatakan reliabel, yaitu dapat digunakan pada saat yang lain dalam mengungkap kompetensi guru.

4.2. Uji Asumsi

Untuk mengetahui jawaban atas permasalahan dan menguji data penelitian ini dilakukan beberapa pertimbangan melalui pengujian asumsi model statistik, diantaranya untuk melihat tingkat kompetensi guru di SMA Negeri 13 Medan. Sedangkan data nilai ujian akhir siswa dijadikan sebagai barometer kualitas lulusan siswa ditinjau dari perbedaan kurikulum. Data mengenai kompetensi guru akan dibahas dengan menggunakan statistik deskriptif, sedangkan data mengenai nilai ujian akhir siswa akan


(57)

dikaji dengan menggunakan analisis statistik, yakni dengan menggunakan teknik Analisis Varians yang bertujuan untuk melihat perbedaan nilai rata-rata antara beberapa kelompok.

Teknik Analisis Varians dalam penelitian ini dilakukan dua kali, hal ini disebabkan ada dua jenis kelas, yakni kelas IPA dan kelas IPS yang masing-masing akan dilihat pengaruh dari perbedaan kurikulum dari tahun 2003-2004 sampai 2007-2008. Namun sebelum data dianalisis, maka data yang sudah terkumpul perlu dilakukan analisis uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varians.

4.2.1. Uji Normalitas Sebaran

Uji normalitas sebaran ini adalah untuk membuktikan bahwa penyebaran data penelitian yang menjadi pusat perhatian, menyebar berdasarkan prinsip kurve normal. Uji normalitas sebaran dianalisis dengan menggunakan formula chi kwadrat. Berdasarkan analisis tersebut, maka diketahui bahwa data variabel nilai akhir ujian nasional, mengikuti sebaran normal, yaitu berdistribusi sesuai dengan prinsip kurve normal Ebbing Gauss. Sebagai kriterianya apabila p > 0,050 maka sebarannya dinyatakan normal, sebaliknya apabila p < 0,050 sebarannya dinyatakan tidak normal (Hadi dan Pamardiningsih, 2000). Tabel 4.3 berikut ini merupakan rangkuman hasil perhitungan uji normalitas sebaran.


(58)

Tabel 4.3. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas Sebaran

Variabel rerata chi sb p Keterangan

Nilai Ujian Akhir IPA 7,827 3,310 0,809 0,91 Normal Nilai Ujian Akhir IPS 7,632 7,788 0,751 0,051 Normal Sumber: Statistik hasil dari data SMAN 13 Medan

Keterangan : RERATA = Nilai rata-rata CHI2 = Harga Kai Kwadrat

SB = Simpangan Baku (Standart Deviasi) p = Peluang Terjadinya Kesalahan

4.2.2. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians dimaksudkan untuk mengetahui apakah subjek penelitian yang dalam beberapa aspek psikologis, misalnya berstatus sebagai siswa bersifat sama (homogen).

Berdasarkan uji homogenitas varians untuk siswa kelas IPA, diketahui bahwa subjek penelitian berasal dari sampel yang homogen. Sebagai kriterianya apabila p beda > 0,050 maka dinyatakan homogen (Hadi dan Pamardiningsih, 2000).

Tabel 4.4. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Varians

Variabel Uji Homogenitas Sumber X p Keterangan

Hartley Antar A 1,816 0,060 Homogen C-Cochran Antar A 1,409 0,101 Homogen Bartlett Antar A 3,741 0,442 Homogen


(59)

Lanjutan Tabel 4.4.

Antar A1 –A2 1,816 0,060 Homogen Antar A1 – A3 1,136 0,369 Homogen Nilai Ujian Antar A1 – A4 1.029 0,369 Homogen Akhir IPA

F Pasangan Antar A1 – A5 1,465 0,159 Homogen Antar A2 – A3 1,599 0,110 Homogen Antar A2 – A4 1,764 0,070 Homogen Antar A2 – A5 1,240 0,286 Homogen Antar A3 – A4 1,103 0,398 Homogen Antar A3 – A5 1,290 0,252 Homogen Antar A4 – A5 1,423 0,178 Homogen Sumber: Statistik Hasil dari Data SMAN 13 Medan

Keterangan : Antar A = Antar tahun ajaran di kelas IPA X = Koefisien uji homogenitas p = Peluang terjadinya kesalahan

Selanjutnya berdasarkan uji homogenitas varians untuk siswa kelas IPS, diketahui bahwa subjek penelitian berasal dari sampel yang homogen. Sebagai kriterianya apabila p beda > 0,050 maka dinyatakan homogen (Hadi dan Pamardiningsih, 2000).


(60)

Tabel 4.5. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Varians

Variabel Uji Homogenitas Sumber X p Keterangan

Hartley Antar A 0,571 0,078 Homogen C-Cochran Antar A 1,210 0,230 Homogen Bartlett Antar A 2,772 0,597 Homogen

Antar A1 –A2 1,708 0,078 Homogen Antar A1 – A3 1,485 0,148 Homogen Nilai Ujian Antar A1 – A4 1.648 0,092 Homogen Akhir IPS

F Pasangan Antar A1 – A5 1,215 0,301 Homogen Antar A2 – A3 1,150 0,354 Homogen Antar A2 – A4 1,037 0,462 Homogen Antar A2 – A5 1,405 0,182 Homogen Antar A3 – A4 1,110 0,391 Homogen Antar A3 – A5 1,222 0,296 Homogen Antar A4 – A5 1,356 0,209 Homogen Sumber: Statistik Hasil dari Data SMAN 13 Medan

Keterangan : Antar A = Antar tahun ajaran di kelas IPS X = Koefisien uji homogenitas p = Peluang terjadinya kesalahan


(61)

4.3. Deskripsi SMA Negeri 13 Medan

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 13 Medan yang saat ini masih dijabat oleh Bapak Darul Aman, SPd sebagai kepala sekolah. SMAN 13 Medan merupakan salah satu sekolah di pinggiran Kota Medan dengan letak lokasi yang cukup strategis dan terjangkau oleh transportasi yang baik.

SMAN 13 Medan berdiri pada tahun 1983 di mana bangunan gedungnya pertama sekali berstatus menumpang di bangunan gedung Sekolah Dasar Negeri yang berada di Jl. Brig. Jend. Katamso simpang Jl. Perbatasan Medan yang saat ini telah menjadi gedung pertokoan, tepatnya di depan bangunan sekolah WR. Supratman Medan.

SMAN 13 Medan pertama berdiri dipimpin oleh seorang kepala sekolah bernama: Drs. Agus Harahap dan pada tahun 1984 bangunan gedung SMAN 13 Medan dibangun di atas tanah seluas ± 18.696 m ″ δι ϑλ. Βριγ. Jend. Hamid Km 7 Titi Kuning Medan (tepatnya di pinggiran proyek kanal Sungai Deli) dengan jumlah ruangan sebanyak 8 kelas dan 1 ruangan kepala sekolah dan tata usaha.

Dari tahun ketahun bangunan gedung ini kian berkembang hingga saat ini SMAN 13 Medan telah memiliki fasilitas gedung yang baik. Fasilitas yang dimiliki SMAN 13 Medan dapat dilihat pada Tabel 4.6.


(62)

Tabel 4.6. Fasilitas yang Dimiliki SMAN 13 Medan Tahun 2009

No Fasilitas Jumlah Luas Kondisi 1 Ruangan Belajar 20 unit 80 m″ 40 kursi/kelas 2 Laboratorium Komputer 1 unit 80 m″ 50 Set 3 Ruang Perpustakaan 1 unit 80 m″ lengkap

4 Ruang Kepala Sekolah 1 unit 36 m″ baik

5 Ruang Tata Usaha 1 unit 36 m″ baik

6 Ruang Guru 1 unit 80 m″ baik

7 Ruang BP 1 unit 36 m″ baik

8 Kantin 1 unit 36 m″ baik

9 Mushollah 1 unit 64 m″ baik

10 Toilet 2 unit 30 m″ baik

11 Lapangan Olah Raga 1 unit 3.500 m″ baik

12 Lapangan Basket 1 unit 1.200 m″ baik

13 Lapangan Parkir Guru 1 unit 400 m″ baik 14 lapangan Parkir Murid 1 unit 800 m″ baik Sumber: Data SMAN 13 Medan

Status kepemilikan tanah dan bangunan saat ini adalah sertifikat hak milik Pemerintah Kota Medan terhitung sejak tahun 2000.

Prestasi yang pernah diraih antara lain adalah penghargaan dari DEPKUMHAM pada tanggal 2 April 2008 berupa piagam penghargaan atas ketauladanan perlakuan tenaga kepedidikan terhadap peserta didik.


(63)

Program kultur sekolah ini antara lain adalah gerakan sekolah bersih dan sehat untuk program kebersihan, keindahan, dan kesejukan kota yang dicanangkan Walikota Medan, yakni melaksanakan pembersihan menyeluruh sebelum kegiatan belajar mengajar, pembersihan bagian tertentu setelah siswa istirahat dan setelah siswa pulang sekolah. Program sekolah bebas sampah dan pemantauan kebersihan fisik dan kerapian berpakaian siswa yang dilaksanakan sebagai kegiatan rutin kesehariannya.

SMAN 13 Medan memiliki visi: cerdas, berprestasi, kreatif, ulet dan berakhlak mulia. Adapun indikator-indikator dalam mendukung visi tersebut adalah: belajar dengan cerdas, berprestasi dan berkompetensi, berpacu dalam kreativitas, ulet menghadapi tantangan serta mengutamakan akhlak dalam semua aktivitas.

Selain visi, sekolah ini juga memiliki misi di antaranya adalah untuk meningkatkan disiplin, membina wawasan wiyata mandala dengan dasar imtaq dan iptek yang berimbang, menjaga prestise dalam meraih prestasi, meningkatkan sinergi dan kinerja secara optimal, memacu untuk terus maju dalam mencapai prestasi yang baik serta mengembangkan wawasan kemandirian.

4.4. Implementasi Proses Pembelajaran terhadap Kualitas Lulusan di SMAN 13 Medan

Pelaksanaan proses belajar mengajar di SMAN 13 Medan kesehariannya tidak jauh berbeda dengan apa yang dilaksanakan oleh sekolah menengah atas negeri lainnya di Kota Medan.


(64)

Teori mengatakan bahwa segala bentuk atas pendekatan mengajar dapat dianggap baik apabila mampu membuat murid belajar secara terus-menerus. Belajar yang efektif merupakan rangkaian kegiatan memperoleh pengetahuan yang beraneka ragam untuk diekspresikan kembali oleh murid baik lewat lisan maupun tulisan (Tilaar, 1993).

Sebagaimana teori tersebut dalam pelaksanaannya telah diterapkan di SMAN 13 Medan. Hasil dari analisis penelitian diperoleh bahwa implementasi proses pembelajaran mempengaruhi kualitas lulusannya. Hal tersebut dikemukakan berdasarkan hasil-hasil perhitungan analisis varians di mana terdapat perbedaan kualitas lulusan dari tahun ketahun baik untuk kelas IPA maupun IPS.

4.4.1. Analisis Kualitas Lulusan SMAN 13 Medan

Untuk menjawab apakah implementasi proses pembelajaran berpengaruh terhadap kualitas lulusan di SMAN 13 Medan. Peneliti telah melakukan analisis variansi (Anova) sekaligus untuk menjawab tingkat signifikan kualitas lulusan.

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa ada perbedaan kualitas lulusan yang signifikan antara tahun 2003/2004, 2004/2005, 2005/2006, 2006/2007, dan 2007/2008. Hasil ini diketahui dengan melihat nilai atau koefisien perbedaan Anova F = 43,237 dengan a π < 0,010 untuk kelas IPA dan Anova F = 8,309 dengan a π

< 0,010 untuk kelas IPS. Ini membuktikan bahwa hipotesis yang berbunyi bahwa implementasi proses pembelajaran berpengaruh terhadap kualitas lulusan diterima, seperti terlihat dalam Tabel 4.7 berikut:


(65)

Tabel 4.7. Hasil Perhitungan Antar Tahun Ajaran dengan Analisis Varians 1 Jalur

Sumber JK db RK F R″ p

Antar A 15,688 4 3,922 8,309 0,186 0,000

Dalam 68,133 144 0,472 --- --- ---

Total 84,133 149 ---- --- --- ---

Sumber: Data Sekunder Diolah Keterangan:

Antar A = Antar tahun ajaran JK = Jumlah kuadrat RK = Rerata kuadrat F = Koefisien perbedaan R″ = Koefisien determinan

P = Peluang terjadinya kesalahan

Tabel 4.8. Nilai Rata-rata Ujian Akhir SMAN 13 Medan Tahun 2003/2004 s/d 2007/2008

Tahun Ajaran Nilai Rata-Rata SD/SB

IPA IPS IPA IPS

2003/2004 6,783 7,039 0,483 0,578

2004/2005 7,611 7,610 0,651 0,756

2005/2006 7,971 7,770 0,515 0,705

2006/2007 8,472 7,734 0,490 0,742

2007/2008 8,296 8,007 0,585 0,638

Sumber: Data Primer Diolah

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata ujian akhir siswa tertinggi pada tahun 2007/2008 dan terendah pada tahun 2003/2004 untuk kelas IPA


(66)

maupun IPS. Setelah dilakukan analisis untuk uji signifikan dari hasil ujian akhir siswa SMAN 13 Medan, hasilnya sebagai berikut:

Tabel 4.9. Hasil Perhitungan Signifikan Perbedaan Nilai Ujian Akhir SMAN 13 Medan Tahun 2003/2004 s/d 2007/2008

Nilai Hasil Uji t (X) Probabilitas (P)

No Tahun Ajaran IPA IPS IPA IPS

1 2003/2004 dengan 2004/2005 -5.752 -3.222 0,000 0,002 2 2003/2004 dengan 2005/2006 -8.249 -4.123 0,000 0,000 3 2003/2004 dengan 2006/2007 -11.728 -3.922 0,000 0,000 4 2003/2004 dengan 2007/2008 -10.508 -5.461 0,000 0,000 5 2004/2005 dengan 2005/2006 -2.497 -0.901 0,013 0,628 6 2004/2005 dengan 2006/2007 -5.976 -0.699 0,000 0,507 7 2004/2005 dengan 2007/2008 -4.756 -2.238 0,000 0,025 8 2005/2006 dengan 2006/2007 -3.478 0.201 0,001 0,835 9 2005/2006 dengan 2007/2008 -2.259 -1.337 0,024 0,180 10 2006/2007 dengan 2007/2008 1.220 -1.539 0,222 0,122 Sumber: Data Primer Diolah

Dengan kreteria uji beda: 1. Apabila π ! 0,01 sangat signifikan. 2. Apabila π < 0,05 signifikan. 3. Apabila π > 0,05 tidak signfikan.

Berdasarkan data tersebut dapat dijelaskan secara terperinci tentang hasil-hasil analisis kualitas lulusan SMAN 13 Medan sebagai berikut:


(67)

4.4.2. Kualitas Lulusan Kelas IPA

1. Tahun 2003-2004 dengan tahun 2004-2005 terdapat perbedaan kualitas lulusan yang sangat signifikan, dengan nilai Ξ = - 5,752 ; π < 0,010.

2. Tahun 2003-2004 dengan tahun 2005-2006 terdapat perbedaan kualitas lulusan yang sangat signifikan, dengan nilai Ξ = - 8,249 ; π < 0,010.

3. Tahun 2003-2004 dengan tahun 2006-2007 terdapat perbedaan kualitas lulusan yang sangat signifikan, dengan nilai Ξ = - 11,728 ; π < 0,010.

4. Tahun 2003-2004 dengan tahun 2007-2008 terdapat perbedaan kualitas lulusan yang sangat signifikan, dengan nilai Ξ = - 10,508 ; π < 0,010.

5. Tahun 2004-2005 dengan tahun 2005-2006 terdapat perbedaan kualitas lulusan yang signifikan, dengan nilai Ξ = - 2,497 ; π < 0,050.

6. Tahun 2004/2005 dengan tahun 2006-2007 terdapat perbedaan kualitas lulusan yang sangat signifikan, dengan nilai Ξ = - 5,976 ; π < 0,010.

7. Tahun 2004-2005 dengan tahun 2007-2008 terdapat perbedaan kualitas lulusan yang sangat signifikan, dengan nilai Ξ = - 4,756 ; π < 0,010.

8. Tahun 2005-2006 dengan tahun 2006-2007 terdapat perbedaan kualitas lulusan yang sangat signifikan, dengan nilai Ξ = - 3,478 ; π < 0,010.

9. Tahun 2005-2006 dengan tahun 2007-2008 terdapat perbedaan kualitas lulusan yang signifikan, dengan nilai Ξ = - 2,259 ; π < 0,050.

10.Tahun 2006-2007 dengan tahun 2007-2008 tidak terdapat perbedaan kualitas lulusan, dengan nilai Ξ = 1,220 ; π > 0,050.


(68)

4.4.3. Kualitas Lulusan Kelas IPS

1. Tahun 2003-2004 dengan tahun 2004-2005 terdapat perbedaan kualitas lulusan yang sangat signifikan, dengan nilai Ξ = - 3,222 ; π < 0,010.

2. Tahun 2003-2004 dengan tahun 2005-2006 terdapat perbedaan kualitas lulusan yang sangat signifikan, dengan nilai Ξ = - 4,123 ; π < 0,010.

3. Tahun 2003-2004 dengan tahun 2006-2007 terdapat perbedaan kualitas lulusan yang sangat signifikan, dengan nilai Ξ = - 3,922 ; π < 0,010.

4. Tahun 2003-2004 dengan tahun 2007-2008 terdapat perbedaan kualitas lulusan yang sangat signifikan, dengan nilai Ξ = - 5,461 ; π < 0,010.

5. Tahun 2004-2005 dengan tahun 2005-2006 tidak terdapat perbedaan kualitas lulusan, dengan nilai Ξ = - 0,901 ; π > 0,050.

6. Tahun 2004-2005 dengan tahun 2006-2007 tidak terdapat perbedaan kualitas lulusan, dengan nilai Ξ = - 0,699 ; π > 0,050.

7. Tahun 2004-2005 dengan tahun 2007-2008 terdapat perbedaan kualitas lulusan yang signifikan, dengan nilai Ξ = - 2,238 ; π < 0,050.

8. Tahun 2005-2006 dengan tahun 2006-2007 tidak terdapat perbedaan kualitas lulusan, dengan nilai Ξ = 0,201 ; π > 0,050.

9. Tahun 2005-2006 dengan tahun 2007-2008 tidak terdapat perbedaan kualitas lulusan, dengan nilai Ξ = - 1,337 ; π > 0,050.

10.Tahun 2006-2007 dengan tahun 2007-2008 tidak terdapat perbedaan kualitas lulusan, dengan nilai Ξ = - 1,539 ; π > 0,050.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)