begitu terpengaruh untuk kelas IPS. Ini dibuktikan dengan nilai rata-rata hasil ujian akhir seperti terlihat pada Tabel 4.10.
Adanya penyempurnaan dari tahun ke tahun dari penerapan kurikulum akan membawa dampak positif bagi kemajuan kualitas sehingga mutu lulusan akan
semakin baik.
4.5.2. Faktor Kompetensi Guru
Salah satu faktor penentu dalam keberhasilan proses pembelajaran adalah guru. Guru secara langsung berhadapan dengan siswa sekaligus berperan sebagai
perencana desainer implementator. Guru yang memiliki kompetensi akan mampu memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dalam pengimplementasian
program-program pembelajaran sekaligus cara bertindak sehari-hari di kelas. Dari hasil analisis penelitian di SMAN 13 Medan, di mana peran guru sebagai
implementator rencana dan desain pembelajaran telah berperan dengan baik. Hasil olah data dari angket yang ditujukan kepada guru di SMAN 13 Medan
mengungkapkan tingkat kompetensi guru cukup baik. Di mana dalam proses pembelajaran sehari-hari telah menerapkan prinsip-prinsip yang telah ditentukan oleh
permendiknas 2003, diantaranya penguasaan materi atas penjabaran kurikulum dengan pengembangan lokal maupun nasional, melaksanakan program bimbingan
dan penyuluhan untuk mendorong prestasi siswa, pengelolaan iklim kelas yang baik, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar mengajar melalui
kegiatan ekstra dengan prinsip belajar mandiri.
Dian Relitawati : Analisis Implementasi Proses Pembelajaran Terhadap Kualitas Lulusan Di SMAN 13 Medan, 2010.
Kompetensi guru di SMAN 13 Medan akan dibahas secara lebih lengkap pada halaman 63.
4.5.3. Faktor Intelegensi Siswa
Selain kurikulum dan kompetensi guru, tingkat intelegensi siswa dalam proses pembelajaran di SMAN 13 Medan juga memegang peranan penting dalam mencapai
keberhasilan proses belajar mengajar yang akhirnya akan mempengaruhi kualitas lulusan.
Tingkat kemampuan siswa dalam menerima dan menyerap materi pembelajaran dijabarkan oleh guru sebagai implementator turut mempengaruhi daya
kemampuan prestasi siswa sehingga untuk membentuk kualitas lulusan yang berkualitas nantinya diharapkan akan melahirkan sumber daya manusia berkualitas
sebagai pendorong maju kembangnya sebuah wilayah ternyata membutuhkan manusia yang memiliki tingkat intelegensi yang tinggi pula. Dengan demikian
kiranya pemerintah terutama orang tua perlu memperhatikan gizi dan kesehatan bagi siswa agar siswa memiliki tingkat kemampuan dan daya fikir yang handal, sehingga
mampu menyerap dan memahami materi yang telah disampaikan dalam proses pembelajaran.
Penelitian ini tidak menyangkal pendapat Sanjaya 2008 yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah faktor
siswa. Dan ada kesamaan dengan hasil penelitian Tita Lestari 2007 yaitu tentang tingkat intelegensi siswa sebagai salah satu pendukung dalam keberhasilan proses
belajar mengajar.
Dian Relitawati : Analisis Implementasi Proses Pembelajaran Terhadap Kualitas Lulusan Di SMAN 13 Medan, 2010.
Tita Lestari 2007 dalam penelitiannya yang berjudul “Dampak Penerapan Metode Pemecahan Masalah terhadap Kemampuan Berfikir Siswa dalam Pengajaran
Matematika” Στυδι Κασυσ τενtang Pembelajaran Konsep Fungsi dan Turunannya di SMUN 5 Bandung dengan hasil penelitian memperlihatkan bahwa, profil
kemampuan berfikir siswa SMU dampak penerapan metode pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika mencakup tiga kategori, yaitu kemampuan berfikir
tingkat unggul, menengah, dan asor. Kemampuan berfikir kelompok unggul 3,5 dari informan mencakup kemampuan-kemampuan berfikir integratif, kreatif, dan
kritis. Kemampuan berfikir kelompok menengah 65,7 dari informan mencakup kemampuan berfikir sistematis, logis, dan analitis. Kemampuan berfikir kelompok
asor 30,8 dari informan mencakup kemampuan penguasaan, pemahaman, dan penerapan konsep dalam subject matter.
Hasil penelitian di SMAN 13 Medan juga menemukan faktor yang sama tentang tingkat intelegensi siswa. Ini terbukti pada Tabel 4.8 terlihat adanya
perbedaan nilai rata-rata hasil ujian akhir tahun 20062007 pada kelas IPA yaitu 8,472 dengan nilai rata-rata hasil ujian tahun 20072008 yaitu 8,296. Berarti ada penurunan
nilai rata-rata hasil ujian pada kelas IPA. Sedangkan kelas IPS pada tahun 20062007 nilai rata-rata hasil ujian yaitu
7,734 dan pada tahun 20072008 nilai rata-rata hasil ujian yaitu 8,007. Berarti ada peningkatan nilai rata-rata hasil ujian. Hal ini membuktikan adanya perbedaan tingkat
intelegensi siswa di SMAN 13 Medan.
Dian Relitawati : Analisis Implementasi Proses Pembelajaran Terhadap Kualitas Lulusan Di SMAN 13 Medan, 2010.
Adanya pengaruh tingkat intelegensi siswa dari hasil penelitian di SMAN 13 Medan juga dapat dibuktikan pada Tabel 4.9. Perbedaan signifikansi nilai hasil ujian
akhir lulusan antara tahun 20042005 dengan tahun 20052006. Tahun 20042005 dengan tahun 20062007. Tahun 20052006 dengan tahun 20062007. Tahun
20052006 dengan 20072008. Tahun 20062007 dengan tahun 20072008. Untuk kelas IPA pada tahun tersebut terdapat signifikansi perbedaan yang nyata. Sebaliknya
untuk kelas IPS tidak terdapat perbedaan signifikannya. Bukti adanya pengaruh tingkat intelegensi siswa di SMAN 13 Medan ini
berkaitan dengan proses penerimaan. Di mana mutu lulusan out put dipengaruhi oleh mutu masukan in put dan mutu proses.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap kualitas lulusan di SMAN 13 Medan adalah sarana dan prasarana. Namun berdasarkan observasi yang telah dilakukan,
diperoleh fakta bahwa sarana dan prasarana dalam mendukung proses belajar mengajar sangat memuaskan, karena para siswa tidak kesulitan dalam menggunakan
sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah. Dengan demikian tenaga kependidikan perlu kiranya memperhatikan masalah
prestasi belajar karena hal ini penting dan menjadi barometer keberhasilan sekolah dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Sehingga nantinya akan membawa
nama baik sekolah dimasa pemerintah, guru, sekolah dan stakeholder perlu memainkan peranannya dalam peningkatan prestasi siswa.
Dian Relitawati : Analisis Implementasi Proses Pembelajaran Terhadap Kualitas Lulusan Di SMAN 13 Medan, 2010.
4.6. Kompetensi Guru dalam Implementasi Proses Pembelajaran di SMAN