Peran Guru Pendidikan Agama Islam
sendiri, yaitu harus adanya aspek memperhalus, memperindah, memperbagus, atau menampilkan sesuatu dalam bentuk yang lebih baik
dari tindakan asal jadi. Kedua, harus ada aspek motivasi atau niat yang baik. Maka suatu perbuatan yang tampaknya baik, seperti bersodakoh
dalam jumlah besar untuk kepentingan umatsosial, tidak dinamakan akhlak yang baik kalau dilakukan dengan motivasi untuk popularitas
pribadi yang bersangkutan. Dalam perkembangan dan pertumbuhan seorang anak yang pertama
kali adalah dalam keluarga, dimana telah didapatnya berbagai pengalaman yang akan menjadi bagian dari pribadinya yang mulai tumbuh, maka guru
agama di sekolah mempunyai tugas yang tidak ringan. Guru agama harus menghadapi keanekaragaman pribadi dan pengalaman agama yang dibawa
anak didik dari rumahnya masing-masing. Setiap orang yang mempunyai tugas sebagai guru harus mempunyai
akhlak, khususnya guru agama, di samping mempunyai akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam, guru agama seharusnya mempunyai karakter yang
berwibawa, dicintai dan disegani oleh anak didiknya, penampilannya dalam mengajar harus meyakinkan karena setiap perilaku yang dilakukan
oleh guru agama tersebut menjadi sorotan dan menjadi teladan bagi setiap anak didiknya.
Dengan penanaman akhlak yang baik di dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dengan durasi 3 jam perminggu di dalam
kurikulum 2013, dirasa masih sangat kurang. Setelah dari lingkungan sekolah dan pulang ke rumah, seorang siswa menghadapi susasana yang
berbeda, bahkan cendrung berlawanan dengan nasihat-nasihat agama yang diterimanya sewaktu berada di sekolahnya. Dalam kondisi demikian, sikap
yang akan diambil oleh siswa akan beraneka ragam, misalnya: 1.
Siswa akan menjadi manusia agamis yang labil, karena seluruh ajaran agama berlawanan dengan lingkungannya.
2. Siswa akan menjalankan ajaran agama tetapi secara bercampur
baur, dengan menjalankan corak kehidupan yang berlawanan dengannya. Misalnya ia melakukan shalat tetapi juga mau berzina
dengan pacarnya. 3.
Siswa akan mengabaikan ajaran agama yang diterimanya sama sekali, karena ia kalah dengan lingkungannya. Yang terakhir ini
mengikuti pembelajaran pendidikan agama hanya sekedar memenuhi kewajiban akademis belaka dan tidak untuk
memperbaiki corak kehidupannya sama sekali.
21