Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

karena bagaimanapun juga seorang guru ayang akan membawa siswa menuju keberhasilan. Bagaimanapun sebagai generasi penerus bangsa, siswa sebagai anak bangsa sangat diharapkan memberikan yang terbaik bagi bangsa ini, maka dari itu pendidikan dan pembinaan akhlak siswa sebagai generasi penerus merupakan tanggung jawab semua lapisan masyarakat, dari lingkungan keluarga, masyarakat sosial dan masyarakat sekolah. Pendidikan agama di sekolah umum merupakan suatu upaya pengintergrasian pendidikan Islam ke dalam system sekolah yang kurikulumnya, terutama, berorientasi pada pengetahuan umum, seperti yang berlaku dalam sistem pendidikan di Barat, dan telah diterapkan di Indonesia sejak kolonial Belanda. Pengintegrasian pendidikan Islam ke dalam system persekolahan umum mulai dirintis sejak awal abad ke-20. 3 Nilai-nilai standar tentang akhlak sudah diberikan oleh Allah Swt kedalam jiwa manusia sejak mereka lahir. Sebagaimana Firman Allah Swt:     “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaannya.”QS. Asy-syams:8 Seorang muslim menjadikan akhlaknya sebagai sarana mendekatkan diri pada Allah. Dia mengerjakan itu semua bukan didasarkan atas motivasi ingin mencari pamrih, pujian atau kebanggaan. Akhlak adalah rangkaian amal kebajikan yang diharapkan akan mencukupi untuk menjadi bekal ke negeri akhirat nanti. Namun demikian untuk memiliki akhlak yang mulia perlu adanya bimbingan secara khusus. Salah satunya adalah melalui pendidikan akhlak. Oleh karena itu dari uraian di atas sebagai penerus bangsa yang konsen di bidang pendidikan, dipandang penting melakukan kajian secara mendalam dalam bentuk penelitian akhlak siswa di era globalisasi di dalam pendidikan menengah atas. Mengapa pembentukan akhlak yang penulis teliti? Karena 3 Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2009. Cet. I, h. 120-121. akhlak merupakan hal yang sangat penting bagi manusia sebagai penuntun untuk menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam. Terlebih pada era globalisasi ini, yaitu Era yang dianggap sebagai Era yang sangat sensitif yang memiliki pengaruh sangat besar bagi kehidupan individu. Periode ini menandai perpindahan dari sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Melihat latar belakang masalah di atas, maka saya disini berpendapat bahwa seorang guru bukan hanya seorang pengajar saja tetapi seorang guru sebagai pendidik yang dapat mengarahkan siswanya. Oleh karena itu peran guru sangat diperlukan dalam membentuk kepribadian muslim yang berakhlak mulia. Hal ini mendorong saya untuk melihat lebih dalam apakah guru agama berperan dalam pembinaan akhlak siswa dengan penelitian yang berjudul “PERAN GURU PAI DI ERA GLOBALISASI DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA di SMAN 47 MODEL Jakarta Selatan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka timbul permasalahan antara lain : 1. Kurangnya pengetahuan siswa mengenai akhlak. 2. Minimnya kesadaran siswa tentang pentingnya akhlak dalam kehidupan. 3. Kurangnya pengawasan dan perhatian guru terhadap pembinaan akhlak. 4. Derasnya dampak negatif era globalisasi terhadap akhlak siswa

C. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya permasalahan mengenai peran guru agama sebagai pendidik di SMAN 47 MODEL Jakarta Selatan, maka saya dalam penelitian ini hanya akan membatasi permasalahan pada peran guru agama Islam di era globalisasi dalam membina akhlak siswa di SMAN 47 MODEL Jakarta Selatan.

D. Rumusan Masalah

Masalah diatas dapat dirumuskan, peran apa sajakah yang bisa dilakukan guru Pendidikan Agama Islam di era globalisasi dalam membina akhlak siswa di SMAN 47 MODEL Jakarta Selatan?

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam di era globalisasi dalam membina akhlak siswa di SMAN 47 MODEL Jakarta Selatan.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna:

1. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman berharga dan pelajaran dalam menerapkan ilmu selama menempuh studi di kampus tercinta, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam dunia pendidikan, khususnya PAI, tentang peranan guru dan tantangannya dalam upaya menciptakan peserta didik yang insan kamil pada era globalisasi.

2. Bagi Lembaga

Sebagai masukan terhadap pengembangan peran guru PAI dalam meningkatkan kualitas siswa sebagai insan kamil pada era globalisasi. Selain itu, penelitian ini berguna untuk memberikan informasi tentang kompetensi peran guru PAI dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 47 MODEL Jakarta Selatan.

3. Bagi Ilmu pengetahuan

Menambah pengetahuan dan wawasan ilmu pengetahuan untuk memahami pentingnya peran guru PAI di sekolah serta dapat menjadi referensi kepustakaan bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 7 BAB II KAJIAN TEORI

A. Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Guru PAI

Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW dengan tujuan untuk mengangkat manusia dari kejahilan kepada pemahaman ajaran agama Islam sebenar-benarnya. Dapat dikatakan bahwa Rasulullah SAW diutus untuk mengajarkan manusia agar mengenal Allah SWT, dan juga dapat mengamalkan ajaran agama Islam dengan sungguh-sungguh, sehingga selamat dari kesesatan dunia akhirat. Dalam hal ini Zakiah Darajat menyatakan , “Guru adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya dalam membimbing siswanya, ia harus sanggup berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain, selain itu perlu diperhatikan pula bahwa ia juga memiliki kemampuan dan kelemahan. ” 1 Menurut bahasa, agama adalah “ajaran, sistem yang mengatur keimanan, dan kepribadatan kepada Tuhan yang maha Esa”, 2 sedangkan menurut istilah adalah kepercayaan kepada Tuhan dengan mengadakan hubungan dengan melalui upacara, penyembahan, permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia berdasarkan ajaran agama tersebut. Selanjutnya yang dimaksud dengan agama Islam adalah agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT, Nabi Muhammad SAW dan bukan berasal dari manusia. Menurut Zakiah Daradjat guru agama adalah “sebagai pembina pribadi, sikap dan pandangan hidup anak. Karena itu, setiap guru agama 1 Zakiah Darajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, cet. I, h. 266. 2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, h. 12 harus berusaha membekali dirinya dengan segala persyartan bagi guru, pendidik dan pembina hari depan anak didik”. 3 Ahamad Tafsir mengemukakan, bahwa “guru agama adalah orang- orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan perkembagan seluruh potensi anak didik; baik potensi afektif, kognitif, ataupun potensi psikomotorik.” 4 Memperhatikan pendapat Ahmad Tafsir di atas maka guru agama memiliki peran yang penting dalam pendidikan. Guru agama berperan sebagai pembimbing murid dalam upaya dan rencana penyelesaian masalah. Guru agama mestilah membantu siswa menentukan persoalan- persoalan yang berarti, melokasikan sumber data yang relevan, menafsirkan dan mengevaluasi ketepatan data, dan merumuskan kesimpulan. Pendidik di sini mempu mengenanal sampai di mana siswa perlu bimbingan dalam suatu keterampilan khusus agar bisa melanjutkan persoalannya lebih lanjut. Ini sumua memerlukan guru yang sabar, cerdas fleksibel, memiliki kemampuan interdisipliner, kreatif dan cerdas. Imam Al-Ghozali juga mengemukakan yang dikutip oleh Hamdani Ihsan dkk, tentang mulianya peke rjaan mengajar, beliau berkata: “Barang siapa yang memiliki pekerjaan mengajar, ia telah memilih pekerjaan yang besar dan penting. Maka dari itu hendaklah ia mengajar tingkah lakunya dan kewajiban-kewajibannya. ” 5 Syafruddin Nurdin dan M Basyruddin Usman mengatakan: Guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar KBM, memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama guru ialah merancang, mengelola, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Di samping itu, kedudukan guru dalam kegiatan belajar mengajar juga sangat strategis dan menentukan. Strategis karena guru yang akan menentukan 3 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2003, h. 80 4 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dan Perspek Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994, Cet. II, h. 74. 5 Hamdani Ihsan, A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, Babdung: Pustaka Setia. 2007 Cet. III, h. 96