Mewajibkan Disiplin dalam sikap dan tingkah laku

ke Indonesia, dan kemajuan teknologi yang tidak akan habisnya sampai kapanpun. 19

6. Memberikan Motivasi Kepada Siswa Agar Memiliki Cita-

Cita Yang Baik Dan Tinggi Pada prinsipnya kehidupan yang layak dan cita-cita yang luhur merupakan suatu kebutuhan yang harus diraih, dan ini akan dapat dicapai dengan jalan belajar dan berusaha dengan sebaik mungkin, dalam upaya membentuk siswaanak didik agar memiliki tanggung jawab dan motivasi kehidupan yang berguna, diperlukan arahan dan bimbingan dari guru tentang pentingnya motivasi dan cita-cita yang tinggi, karena hal tersebut sebagian dari akhlakul Karimah. Motivasi cita-cita yang tinggi dan kehidupan yang layak pada dasarnya sudah ada pada setiap orang secara alamiah, seperti dorongan ingin melakukan suatu perbuatan. Pembinaan akhlak siswa dalam memotivasi cita-cita yang baik dan tinggi perlu adanya penjelasan, bimbingan dan contoh dari guru. Untuk hal tersebut, yang dilakukan guru pendidikan agama Islam di SMAN 47 Model Jakarta Selatan yaitu: memotivasi suatu keberhasilan dan cita-cita dengan nasehat rajin dan terus berdoa, memotivasi untuk giat belajar agar bisa meneruskan pendidikan sampai tingkat yang lebih tinggi, membantu siswa yang kesulitan dalam belajar dan memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi. Kemudian Usaha yang dilakukan guru pendidikan agama di SMP Negeri 01 Karangploso Malang dalam mengatasi masalah yang dihadapi dalam pembinaan akhlak siswa menurut bapak H. Ibrahim yakni: Dengan melalui pendekatan baik secara umum maupun secara personal kepada siswa yang kurang antusias dalam 19 Hasil Observasi, di SMAN 47 Jakarta Selatan, tanggal 28 November 2014 belajar dan melalui evaluasi dari tugas yang diberikan kepada siswa, dan untuk masalah perilaku siswa di luar sekolah, guru biasanya mengadakan kunjungan ke rumah siswa yang sedang bermasalah. 20 Dari hasil uraian di atas sudah jelas bahwasanya peran peran guru dalam membentuk akhlak siswa sudah baik, walaupun masih ada siswa yang harus diperbaiki lagi akhlaknya, kerena tidak semua manusia berakhlak baik. Mereka yang memasuki masa remaja sangat rentan dengan segala tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku karena sedang dalam kondisi puberitas dimana jiwa seorang puberitas lebih cendrung tidak ingin diatur, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Dampak dari kondisi tersebut biasanya terlihat dari perilaku yang umumnya dikenal sebagai kenakalan remaja. Untuk itu guru sangat menyadari bahwa hal tersebut harus segera ditanggulangi dan upaya guru dalam menaggulangi permasalahan siswa yang ada di era globalisasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah, bahwa untuk mengatasi kenakalan atau problema yang ada, guru pendidikan agama Islam bukan saja sebagai pendidik tetapi harus bisa menajadi suri tauladan, pembimbing dan evaluator yang baik, dengan tujuan meningkatkan keimanan mereka. Karena dengan iman dimanapun mereka berada dan dalam lingkungan apapun mereka akan dapat menyesuaikan diri sehingga tidak mudah terjerumus kedalam perbuatan yang tidak baik. 21 Dari Hasil wawancara dan obeservasi tersebut dapat menggambarkan peran, dan hambatan guru PAI di era globalisasi dalam mebina akhlak siswa di SMAN 47 Model Jakarta Selatan, salah satunya yang dapat penulis simpulkan adalah perlunya dorongan atau motivasi dari guru agar 20 Ibrahim, Hasil Wawancara Guru PAI, Tanggal 5 Desember 2014. 21 Syaroti, Wawancara wakil kepala Sekolah SMAN 47 Model Jakarta Selatan, tanggal 5 Desember 2014