Indikator Kinerja Lembaga Legislatif Perempuan DPRD Kota Medan 1. Akuntabilitas

- Bolu Meranti 4 Kotak = 36 Buah Rp. 65.000 - Durian Rp. 700.000 Total 72.740.000 Sumber: Kaukus Perempuan DPRD Kota Medan Kaukus sebagai badan yang terdiri dari anggota DPRD Perempuan di kota Medan tidak bisa menjalankan tugas mereka dalam memperjuangkan kepentingan perempuan. Mereka hanya bisa melakukan kegiatan yang bersifat umum saja dan kurang peduli terhadap sensitif gender. Anggaran yang lain hanya sekedar dihamburkan bahkan dana yang semestinya tidak seharusnya ada malah terpampang di laporan pertanggungjawaban seperti dana iklan bantuan. Dana itu hanya menjadikan anggota dewan dikenal semakin baik dan pedulin di mata masyarakat. Dana lain yang dikeluarkan pun, tidak membuat contoh baik bagi reprentasi mereka sebagai wakil rakyat bahkan wakil perempuan.

4. Indikator Kinerja Lembaga Legislatif Perempuan DPRD Kota Medan 1. Akuntabilitas

Akuntabilitas dapat dilihat dari seberapa besar kegiatan anggota legislatif perempuan di DPRD dalam mengambil kebijakan dalam memperjuangkan kepentingan perempuan sesuai dengan fungsi, tugas dan wewenangnya yang dapat merespon kepentingan perempuan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Jika dilihat dari akuntabilitasnya, anggota dewan perempuan DPRD kota Medan belum dapat mempertanggungjawabkan segala program yang dibuat. Hal ini dapat dilihat dari segi kegiatan Mereka serta kebijakannya belum ada yang nampak sesuai dengan fungsi, tugas, dan wewenangnya, apalagi konsisten untuk masyarakat. Kaukus perempuan yang dibuat seharusnya dapat menjadi pipa penyalur kepentingan kaum perempuan namun tidak dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kepentingan perempuan. Bahkan dari pemaparan anggaran pengeluaran Kaukus DPRD Kota Medan, banyak hal-hal yang tidak dapat dipertanggungjawabkan seperti Bintek anggota perempuan DPRD kota Medan yang seharusnya dananya tidak diambil dari kas kaukus. Anggota Dewan Perempuan kota Medan juga tidak memakai hak inisiatif mereka sebagai anggota dewan dalam membuat kebijakan yang memperjuangkan kepentingan perempuan. Mereka hanya menerima ranperda usulan dari pemerintah kota Medan saja. Universitas Sumatera Utara Padahal sebagai wakil rakyat, DPRD harus bisa menghasilkan satu aturan yang berdasarkan kepentingan rakyat atau menjawab berbagai masalah di masyarakat. Peningkatan fungsi legislasi tidak hanya dilihat dari jumlah peraturan daerah yang dihasilkan yang berasal dari inisiatif DPRD. Kualitas Anggota DPRD Perempuan juga diukur dari peraturan yang berpihak kepada kepentingan perempuan. Keputusan dan kebijakan yang dikeluarkan mereka sebagai bagian dari legislatif lebih banyak hanya mementingkan pada golongan partai yang diwakilinya. Kondisi seperti ini menjadi catatan bagi masyarakat bahwa wakil rakyat yang telah dipilih sebagai perpanjangan tangan ke pemerintah tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Tugas utama dewan yaitu menghasilkan legislasi yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat, tidak dilaksanakan sama sekali. Begitu juga dengan anggota dewan perempuan, mereka juga tidak mempertanggungjawabkan kedudukan mereka sebagai wakil perempuan. Mereka tidak mengusung kebijakan sensitif gender.

2. Responsivitas