rancangan peraturan daerah. Fungsi DPRD lebih tercermin dalam mengawasi pererintahan daerah. Di bidang legislasi, lebih berkaitan dengan sifat-sifat teknis yang banyak
membutuhkan dukungan-dukungan yang teknis pula.
6.3. Kinerja DPRD 6.3.1. Kinerja
Menurut Mangkunegara, Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya. Kinerja dipengaruhi oleh sikap dan karakternya dalam menyelesaikan pekerjaanya yang didasari oleh sebuah orientasi
16
. Sedangkan menurut Prof. Dr. Moeheriono, kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi.
17
6.3.2. Pengukuran Kinerja
Kinerja dapat diukur jika sekelompok individu mempunyai kriteria yang ditetapkan oleh organisasi.
Dalam melakukan penilaian terhadap pelaksanaan pekerjaan atau kinerja seorang pegawai harus memiliki pedoman dan dasar-dasar penilaian. Pedoman dan dasar-dasar
penilaian tersebut dapat dibuat dalam aspek-aspek penilaian.Untuk dapat mengetahui kinerja suatu organisasi, harus diketahui ukuran keberhasilan untuk dapat menilai kinerja
tersebut.Ada indikator atau ukuran yang jelas untuk dapat merefleksikan tujuan dan misi dari organisasi yang bersangkutan . Levinne Dwiyanto dalam mengukur kinerja
organisasi publik ada tiga konsep yaitu responsivitas, responsibility, dan akuntability.
18
Sementara menurut Yeremias T. Keban untuk mengukur kinerja DPRD dapat dilihat dari pendekatan kebijakan, yaitu seberapa jauh kebijakan yang ditetapkan telah secara
efektif memecahkan masalah publik. Artinya apakah kebijakan yang dihasilkan DPRD dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan memecahkan masalah publik dengan tepat.
Pendapat itu menggambarkan ukuran kinerja DPRD dilihat dari produk kebijakan yang dihasilkan sebab keterlibatan DPRD dalam penyelenggaraan pemerintahan lebih pada
“policy making”.
19
16
A.A Anwar Prabu Mangkunegara, evaluasi Kinerja SDM, cetakan ketiga,. Bangung. PT. Refika Aditama.2010
17
Prof. Dr. Moeheriono, Msi. Pengukuran kinerja berbasis kompetensi. Surabaya. Ghalia Indonesia. 2009
18
Agus Dwiyanto. Penilaian Kinerja Organisasi Publik, Makalah dalam Seminar Sehari : Kinerja Organisasi Sektor Publik, Kebijakan dan Penerapannya, Hal : 7
19
Yeremias T Keban. Indikator Kinerja Pemerintah Daerah: pendekatan manajemen dan kebijakan, seminar sehari kerja. 1995. Hal: 7
Universitas Sumatera Utara
Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas, baik mengenai konsep-konsep atau pengertian tentang kinerja, pengukuran kinerja dan bagaimana mengukur kinerja, maka
penulis akan menggunakan pengukuran kinerja yang disesuaikan dengan tujuan dan misi organisasi yaitu: Akuntabilitas, Responsivitas dan Efektivitas sebagai indikator-indikator
dalam penelitian ini. 1.
Akuntabilitas Agus Dwiyanto berpendapat bahwa konsep akuntabilitas publik dapat digunakan
untuk melihat seberapa besar kebijaksanaan dan kegiatan organisasi publik itu sendiri dapat konsisten dengan kehendak masyarakat yang ada. Kinerja organisasi publik tidak bisa
hanya dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaliknya harus dinilai dari ukuran eksternal
seperti nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kebijakan yang dibuat oleh organisasi
itu benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat. Menurut Affan Gafar bahwa akuntabilitas adalah setiap pemegang jabatan yang
dipilih oleh rakyat harus dapat mempertanggungjawabkan kebijaksanaan yang hendak dan telah ditempuhnya. Tidah hanya itu, ia juga harus dapat mempertanggungjawabkan kata-
katanya. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah perilaku dalam kehidupan yang pernah, sedang dan bahkan yang akan dijalaninya.
20
2. Responsivitas
Tujuan pengukuran kinerja akuntabilitas untuk penelitian ini adalah untuk melihat DPRD khususnya di DPRD Kota Medan sebagai lembaga penyalur aspirasi masyarakat
ikut bertanggung jawab atas kelancaran jalannya roda pemerintahan di daerah demi memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam mengatur dan mengurus pemerintahan di
daerahnya harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Oleh karena itu, anggota DPRD perempuan
Kota Medan harus memperhatikan apakah pelaksanaan fungsinya telah sesuai dengan harapan, keinginan dan kebutuhan masyarakat. Konsep akuntabilitas ini mengandung
makna bahwa pertanggungjawaban pelaksanaan fungsi DPRD kepada masyarakat.
Suatu organisasi yang mempunyai peran pelayanan publik dituntut harus peka terhadap apa yang menjadi kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas menurut S.P
Siagian adalah kemampuan aparatur dalam mengantisipasi dan menghadapi aturan baru,
20
Afan Gaffar. Politik Indonesia: Transisi menuju Demokrasi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 2000. Hal: 7
Universitas Sumatera Utara
perkembangan baru, tuntutan baru dan pengetahuan baru, birokrasi harus segera merespon secara cepat agar tidak tertinggal dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
21
3. Efektivitas
Organisasi harus mampu dan mau mendengarkan apa yang menjadi tuntutan dan aspirasi masyarakat. Tingkat responsivitas yang akan diteliti adalah kemampuan anggota
DPRD perempuan di Kota Medan dalam mengenali kebutuhan masyarakat, merespon persoalan yang muncul di tengah masyarakat, memahami kemauan masyarakat dan
kemudian dikembangkan dan dituangkan dalam kebijakan-kebijakan sesuai dengan aspirasi masyarakat itu. Organisasi yang mempunyai responsivitas yang rendah akan menunjukkan
kinerja yang jelek dan menunjukkan organisasi itu telah gagal. Di dalam DPRD untuk menunjukkan reponsivitas yang baik haruslah dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan
masyarakat, memberikan pelayanan yang dapat memuaskan keinginan masyarakat dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi di tengah masyarakat.
Menurut Kumorotomo, efektivitas adalah menyangkut apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tersebut tercapai. Hal ini ada kaitannya dengan
teknis, nilai, misi dan tujuan organisasi serta fungsi agen pembangunan.
22
7. Metode Penelitian
Dari uraian di atas, pengukuran efektivitas dari DPRD dapat dilihat dari seberapa besar peran angggota legislatif perempuan ini dalam merespon kepentingan masyarakat
khususnya perempuan itu sendiri yang dituangkan dalam kebijakan-kebijakan di legislasi, anggaran, dan pengawasan. Di legislasi, yaitu merumuskan dan menetapkan kebijakan yang
sesuai dengan kepentingan perempuan dan memperjuangkan hak-hak perempuan. Di anggaran, menetapkan anggaran yang tinggi dan sesuai untuk kepentingan perempuan. Di
pengawasan, melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah, pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dan menampung aspirasi dari masyarakat untuk
menyalurkannya kepada pejabat dan pihak yang berwenang.
Penelitian ini adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan melakukan metode-metode ilmiah.
23
7.1. Jenis Penelitian