18
yang tinggi, d. Berdedikasi tinggi loyal, e. Tegas dalam bersikap dan bertindak.
18
Kepribadian kepala sekolah secara langsung maupun tak langsung akan berpengaruh terhadap tingkah laku, pengambilan keputusan dan cara
berkomunikasi dengan bawahan dan atasan serta rekan kerja. Karenanya kepribadian kepala sekolah harus sesuai dengan kompetensi kepribadian
kepala sekolah yaitu bertakwa, berakhlak mulia, bersikap terbuka, berdedukasi tinggi dan lain sebagainya.
Hal senada disampaikan oleh Joseph Reitz yang mengemukakan tentang pengaruh kepribadian personality terhadap kepemimpinan
seseorang.
19
Sebagaimana dijelaskan di atas, menurutnya kepemimpinan kepala sekolah akan terpengaruh dengan nilai-nilai dan pengalaman
terdahulu, ia akan mencoba mempraktekkan gaya kepemimpinan tertentu bilamana menurut pengalamannya, gaya kepemimpinan tersebut telah
efektif digunakan.
D. Kompetensi Sosial
1. Mampu bekerja sama dengan orang lain: a. Bekerja sama dengan
pimpinan, b. Bekerja sama dengan guru, staf, karyawan, komite sekolah, dan orang tua siswa, c. Bekerja sama dengan sekolah
lain dan instansi terkait. 2.
Berpartisipasi dalam kegiatan kelembagaasekolah: a. Berperan aktif dalam kegiatan akademik, b. Berperan aktif dalam kegiatan
non akademik contoh: kepanitiaan, kegiatan olahraga.
18
“Standar Kompetensi Kepala Sekolah”, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2007. h. 199
19
Nanang, Fatah. “Landasan Manajemen Pendidikan”, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1996, h. 98
19
3. Berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan: a. Berperan aktif
dalam organisasi social kemasyarakatan, b. Berperan aktif dalam kegiatan keagamaan, kesenian, atau kegiatan masyarakat lainnya.
20
Proses komunikasi dan interaksi kepala sekolah dengan guru, staf, karyawan, komite sekolah, dan orang tua siswa harus mencerminkan
komunikasi yang baik, saling memperbaiki dan menasehati serta saling berkontribusi positif. Kepala sekolah sebagai pimpinan di sebuah institusi
pendidikan dituntut mampu mengintegrasikan semua elemen yang ada dengan kompetensi sosial yang dimiliki untuk bersama-sama memberikan
kontribusi yang positif terhadap perkembangan dan kemajuan pendidikan
di institusi yang ia pimpin.
4. Tugas Kepala Sekolah
Sebagai seorang pejabat formal, kepala sekolah mempunyai tugas tanggung jawab terhadap atasan, terhadap sesama rekan kepala sekolah
atau lingkungan terkait, dan kepada bawahan. Berikut penjelasan tugas sebagai kepala sekolah:
21
1. Kepada Atasan
Seorang kepala sekolah mempunyai atasan, yaitu atasan langsung dan atasan yang lebih tinggi. Karena kedudukannya
yang terkait kepada atasan atau sebagai bawahan, maka seorang kepala sekolah:
a Wajib loyal dan melaksanakan apa yang digariskan oleh
atasan;
20
“Standar Kompetensi Kepala Sekolah”, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2007, h. 21
21
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan permasalahannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010, Cet ke-VII, h. 87-89.
20
b Wajib berkonsultasi atau memberikan laporan mengenai
pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya; c
Wajib selalu memelihara hubungan yang bersifat hirarki antara kepala sekolah dan atasan.
2. Kepada sesama rekan kepala sekolah atau instansi terkait
a Wajib memelihara hubungan kerja sama yang baik dengan
para kepala sekolah yang lain; b
Wajib memelihara hubungan kerja sama yang sebaik- baiknya dengan lingkungan baik dengan instansi terkait
maupun tokoh-tokoh masyarakat dan BP3. 3.
Kepada Bawahan Kepala sekolah berkewajiban menciptakan hubungan yang
sebaik-baiknya dengan para guru, staf, dan siswa sebab esensi kepemimpinan adalah kepengikutan.
Peran kepala sekolah sebagai pejabat formal, secara singkat dapat disimpulkan sebagai berikut:
a Kedudukan sebagai pejabat formal, kepala sekolah
diangkat dengan surat keputusan oleh atasan yang mempunyai kewenangan dalam pengangkatan sesuai
dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku; b
Sebagai pejabat formal memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas serta hak-hak dan sanksi yang perlu
dilaksanakan dan dipatuhi; c
Sebagai pejabat formal kepala sekolah secara hirarkis mempunyai atasan langsung, atasan yang lebih tinggi dan
memiliki bawahan; d
Sebagai pejabat formal kepala sekolah mempunyai hak kepangkatan, gaji dan karier;
21
e Sebagai pejabat formal kepala sekolah terkait oleh
kewajiban, peraturan, serta ketentuan yang berlaku; f
Sebagai pejabat formal kepala sekolah berkewajiban dan bertanggung jawab atas keberhasilan sekolah dalam
mencapai tujuan atau misinya; g
Sebagai pejabat formal jabatan kepala sekolah adalah suatu
jabatan formal
yang perlu
dibatasi masa
pengabdiannya; h
Sebagai pejabat formal karier kepala sekolah dapat dikembangkan ke jabatan yang lebih tinggi;
i Sebagai pejabat formal jabatan kepala sekolah sewaktu-
waktu dapat diganti, diberhentikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dengan kompleksitasnya tugas yang dimiliki oleh kepala sekolah sebagai seorang pemimpin, maka kepala sekolah diharuskan mempunyai
kompetensi khusus sebagaimana disampaikan sebelumnya berupa kompetensi profesional, kompetensi wawasan kependidikan dan
manajemen, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Jika kompetensi tersebut dimiliki oleh kepala sekolah, maka tugas
dan tanggung jawab yang diembankan kepala sekolah sebagai motivator, pengarah, pembantu, guru, staf, karyawan dan petugas sekolah lainnya
dapat dilaksanakan dengan baik. Keberhasilan pendidikan di sekolah akan dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah juga akan ditentukan
dengan kompetensi yang dimiliki kepala sekolah.
22
B. Disiplin Kinerja Guru
1. Pengertian Disiplin Kinerja Guru
Pembahasan pengertian disiplin kerja guru memberikan dua padanan istilah, yaitu istilah
„disiplin kinerja‟, dan istilah „guru‟. Kata „disiplin‟ dewasa ini sering disifatkan dengan aturan yang bersifat klasik,
kolot dan otoriter. Padahal disiplin hanyalah satu alat bantu organisasi untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Semua komponen organisasi
baik atasan atau bawahan seharusnya memandang disiplin sebagai motivasi kerja dan bukan penghambat kerja organisasi.
Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan arti kata „disiplin„ sebagai tata tertib di sekolah, kemiliteran dan sebagainya, sebagai
ketaatan kepatuhan kepada peraturan tata tertib dan sebagainya, dan diartikan sebagai bidang studi yang memiliki obyek, system dan metode
tertentu.
22
. Ensiklopedi Pendidikan yang ditulis oleh Soegarda Poerbakawatja dan H.A.H Harahap memberikan definisi „disiplin‟
sebagaimana berikut:
23
a. Proses mengarahkan atau mengabdikan kehendak-kehendak langsung,
dorongan-dorongan, keinginan atau kepentingan-kepentingan, kepada suatu cita-cita atau tujuan tertentu untuk mencapai efek yang lebih
besar. b.
Pengawasan langsung terhadap tingkah laku bawahan pelajar-pelajar dengan mempergunakan sistem hukuman atau hadiah.
c. Suatu cabang ilmu pengetahuan.
d. Dalam kemiliteran: Patuh kepada atasan dan melaksanakan semua
perintah.
22
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1988, h. 208
23
Prof. Dr.Soegarda Poerbakawatja dan H.A.H Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta:PT Gunung Agung, Jakarta 1981, Cet ke- 2, h. 81
23
e. Dalam sekolah: Suatu tingkah tata tertib tertentu untuk mencapai
kondisi yang baik guna memenuhi fungsi pendidikan. Dari pengertian „disiplin‟ di atas, kata tata tertib, latihan dan
kepatuhan atau ketaatan merupakan kata yang sering disebutkan. Maka „disiplin‟ dapat disimpulkan sebagai aturan, tata tertib dan proses yang
dapat menumbuhkan tanggung jawab yang besar demi pencapaian tujuan organisasi melalui kepatuhan terhadap peraturan organisasi.
Keith Davis 1985-366 menyampaikan pendapatnya bahwa disiplin dapat membantu dan tidak menghambat kerja organisasi. Menurutnya
disiplin kerja dimaknai sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi.
24
Berarti disiplin yang selama ini dipahami secara tradisional sebagai sesuatu yang menghambat
kinerja organisasi, dengan pengertian yang diberikan Keith Devis, tidak lagi menjadi persoalan, karena disiplin sudah sepatutnya membantu
semua proses yang berlaku di sebuah organisasi khususnya pendidikan dan tidak menjadi penghalang.
Pada istilah kedua dari ‟disiplin kinerja guru‟ adalah „Guru‟. Kata „guru‟ terdengar di setiap terjadinya proses belajar mengajar karena pada
prinsipnya guru adalah orang yang mengajar. UU RI Noor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebut kata „guru‟ dengan
sebutan „tenaga pendidik‟, yaitu anggota masyarakat yang mengabdikan
diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
25
Guru juga diartikan sebagai semua orang yang berwenang dan bertanggung
24
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: Rosda, 2002, h. 129
25
UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasa 1 ayat 5.