23
e. Dalam sekolah: Suatu tingkah tata tertib tertentu untuk mencapai
kondisi yang baik guna memenuhi fungsi pendidikan. Dari pengertian „disiplin‟ di atas, kata tata tertib, latihan dan
kepatuhan atau ketaatan merupakan kata yang sering disebutkan. Maka „disiplin‟ dapat disimpulkan sebagai aturan, tata tertib dan proses yang
dapat menumbuhkan tanggung jawab yang besar demi pencapaian tujuan organisasi melalui kepatuhan terhadap peraturan organisasi.
Keith Davis 1985-366 menyampaikan pendapatnya bahwa disiplin dapat membantu dan tidak menghambat kerja organisasi. Menurutnya
disiplin kerja dimaknai sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi.
24
Berarti disiplin yang selama ini dipahami secara tradisional sebagai sesuatu yang menghambat
kinerja organisasi, dengan pengertian yang diberikan Keith Devis, tidak lagi menjadi persoalan, karena disiplin sudah sepatutnya membantu
semua proses yang berlaku di sebuah organisasi khususnya pendidikan dan tidak menjadi penghalang.
Pada istilah kedua dari ‟disiplin kinerja guru‟ adalah „Guru‟. Kata „guru‟ terdengar di setiap terjadinya proses belajar mengajar karena pada
prinsipnya guru adalah orang yang mengajar. UU RI Noor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebut kata „guru‟ dengan
sebutan „tenaga pendidik‟, yaitu anggota masyarakat yang mengabdikan
diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
25
Guru juga diartikan sebagai semua orang yang berwenang dan bertanggung
24
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: Rosda, 2002, h. 129
25
UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasa 1 ayat 5.
24
jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah.
26
Dengan makna „guru‟ sebagai orang yang melakukan pengajaran dan bertanggung jawab terhadap bimbingan dan pembinaan anak didik
baik di sekolah maupun di luar sekolah, maka „disiplin kinerja guru‟ diartikan sebagai tata tertib dan aturan kerja yang diberikan kepada guru
sebagai seseorang yang bertanggung jawab terhadap terjadinya proses pengajaran dan pembinaan terhadap anak didik, aturan ini berlaku baik di
sekolah maupun di luar sekolah, tata tertib ini sepenuhnya ditujukan untuk membantu guru dalam pengajaran dan pembinaan anak didik.
2. Bentuk dan Macam Disiplin
Pelaksanaan disiplin di berbagai organisasi seperti sekolah, berbeda bentuk dan macamnya, Piet A. Sahertian membagi disiplin kepada tiga
bentuk seperti dibawah ini:
27
a. Disiplin tradisional, adalah disiplin yang bersifat menekan,
menghukum, mengawasi, memaksa dan akibatnya merusak penilaian yang terdidik.
b. Disiplin modern, pendidikan hanya menciptakan situasi yang
memungkinkan agar si terdidik dapat mengatur dirinya. Jadi situasi yang akrab, hangat, bebas dari rasa takut sehingga si
terdidik mengembangkan kemampuan dirinya. c.
Disiplin liberal, yang dimaksud disiplin liberal adalah disiplin yang diberikan sehingga anak merasa memiliki kebebasan tanpa
batas.
26
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, h. 32
27
Piet A. Sahertian, Dimensi Administrasi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1994, h. 127
25
Macam disiplin
juga disampaikan
oleh Anwar
Prabu Mangkunegara, ia membagi disiplin dalam dua macam disiplin kerja,
yaitu disiplin preventif dan disiplin korektif.
28
a. Disiplin preventif adalah suatu upaya untuk menggerakkan
pegawai mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan oleh perusahaan. Tujuan dasarnya adalah
untuk menggerakkan pegawai berdisiplin diri. Dengan cara preventif, pegawai dapat memelihara dirinya terhadap
peraturan-peraturan perusahaan. b.
Disiplin Korektif adalah suatu upaya menggerakkan pegawai dalam menyatukan suatu peraturan yang mengarahkan untuk
tetap mematuhi peraturan sesuai denga pedoman yang berlaku pada perusahaan.
Pada disiplin korektif, pegawai yang melanggar disiplin perlu diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuan
pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki pegawai
pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan pelajaran bagi pelanggar.
Kedua macam disiplin baik preventif dan korektif adalah disiplin diri guna melatih dan membentuk pribadi guru, murid dan staf agar
bertanggung jawab terhadap kerja dan patuh kepada aturan kebijakan sekolah. Preventif ditujukan untuk mendorong para guru, murid dan staf
mengikuti atau mematuhi norma-norma dan aturan-aturan sekolah sehingga pelanggaran tidak terjadi. Disiplin korektif ditujukan untuk
memperkecil kemungkinan pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut dengan diberikan sanksi yang tepat pada setiap pelanggaran yang terjadi.
28
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008, h. 129.
26
Khusus pada disiplin korektif, Keith Devis menambahkan pendapatnya bahwa untuk melaksanakan disiplin ini perlu langkah dan
proses yang benar, sehingga pada tahap selanjutnya benar-benar membuktikan keterlibatan yang bersangkutan yang melanggar. Proses
tersebut Pertama, suatu prangsangka yang tak bersalah sampai pembuktian pegawai berperan dalam pelanggaran. Kedua, hak untuk
didengar dalam beberapa kasus terwakilkan oleh pegawai lain. Ketiga, disiplin itu dipertimbangkan dalam hubungannya dengan keterlibatan
pelanggaran. Jika ketiga proses ini dilakukan dengan baik, maka kemungkinan salah hukuman terhadap pelanggaran akan terhindarkan dan
manfaat dari sebuah sanksi untuk menimbulkan efek jera dan menumbuhkan kesadaran kepada guru lain akan tercapai.
Kepala sekolah sebagai pemimpin di sebuah institusi pendidikan harus mampu mengkombinasikan semua potensi yang dimiliki untuk
menerapkan disiplin kerja guru di sekolah. Dengan kompetensi yang dimiliki, kepala sekolah dapat memberikan kenyamanan bagi guru untuk
menerapkan disiplin kerja yang telah ditetapkan, sehingga disiplin kerja dapat dilaksanakan dengan baik tanpa adanya perasaan dipaksa atau takut
karena hukuman.
3. Pendekatan Disiplin Kinerja
„Pendekatan disiplin kinerja‟ dimaksudkan untuk mengetahui dengan cara apa disiplin kerja dilaksanakan dalam sebuah organsasi
sekolah, Anwar Prabu Mangkunegara membaginya kepada tiga bagian yaitu pendekatan disiplin modern, pendekatan disiplin dengan tradisi dan
terakhir yaitu pendekatan disiplin bertujuan.
29
29
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008, h. 130.