Kurikulum 2013 Penggunaan performance assessment (penilaian kinerja) pada pembelajaran biologi dengan kurikulum 2013: penelitian deskriptif di SMAN Kota Tangerang Selatan

persoalan yang sangat penting, karena kurikulum harus senantiasa disesuaikan dengan tuntutan zaman. 55 Perlunya perubahan dan pengembangan Kurikulum 2013 didorong oleh beberapa hasil studi internasional tentang kemampuan peserta didik Indonesia dalam kancah internasional. 56 1 Hasil survei “Trends in International Math and Science” tahun 2007 yang dilakukan oleh Global Institute, menunjukkan hanya lima persen peserta didik Indonesia yang mampu mengerjakan soal penalaran berkategori tinggi, padahal peserta didik Korea dapat mencapai 71 persen. Sebaliknya 78 persen peserta didik Indonesia dapat mengerjakan soal hapalan berkategori rendah, sementara siswa Korea 10 persen. 2 Data lain diungkapkan oleh Programme for International Student Assessment PISA, hasil studinya tahun 2009 menempatkan Indonesia pada peringkat bawah 10 besar, dari 65 negara peserta PISA. Dari data di atas membuktikan bahwa prestasi peserta didik Indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara lain. Oleh sebab itulah diperlukan perubahan dan pengembangan kurikulum. Perlunya perubahan kurikulum juga karena adanya beberapa kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006 sebagai berikut: 57 1 Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak. 2 Kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional. 3 Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan, belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik pengetahuan, keterampilan dan sikap. 4 Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat, seperti pendidikan karakter, kesadaran lingkungan, pendekatan 55 E. Mulyasa, op.cit., h. 60. 56 Ibid. 57 Ibid., h. 60-61. dan metode pembelajaran konstruktifistik, keseimbangan soft skills and hard skills, serta jiwa kewirausahaan, belum terakomodasi di dalam kurikulum. 5 Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global. 6 Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru. 7 Penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi, serta belum tegas memberikan layanan remediasi dan pengayaan secara berkala. Adapun faktor-faktor lainnya yang menjadi alasan pengembangan Kurikulum 2013 adalah: 58 1 Tantangan masa depan di antaranya meliputi arus globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, dan ekonomi berbasis pengetahuan, kebangkitan industri kreatif dan budaya, pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains, mutu, investasi dan transformasi pada pendidikan serta hasil TIMSS dan PISA. 2 Kompetensi masa depan yang meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga yang efektif, dan kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda. 3 Fenomena sosial yang mengemuka seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarism, kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak sosial social unrest. 4 Persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter. 58 Sholeh Hidayat, op.cit., h. 121.

c. Landasan Filosofi Kurikulum 2013

Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya. 59 Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut: 1 Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Dengan demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik, Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini. 2 Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari 59 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah AtasMadrasah Aliyah, h.4-5. dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini. 3 Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu essentialism. Filosofi ini mewajibkan kurikulum memiliki nama mata pelajaran yang sama dengan nama disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik. 4 Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik experimentalism and social reconstructivism. Dengan filosofi ini, Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.

d. Elemen Perubahan pada Kurikulum 2013

Elemen perubahan pada Kurikulum 2013 menyangkut empat standar pendidikan yakni Standar Kompetensi Kelulusan SKL, Standar Proses, Standar Isi, dan Standar Penilaian. Keempat standar ini dirumuskan dalam tujuh elemen sebagai berikut: 60 60 Sholeh Hidayat, op.cit., h. 126-129. 1 Kompetensi Lulusan Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. 2 Kedudukan Mata Pelajaran Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran yang dikembangkan dari kompetensi. 3 Pendekatan Kompetensi dikembangkan melalui: a SD : Tematik integratif dalam semua mata pelajaran b SMP : mata pelajaran c SMA : mata pelajaran wajib dan pilihan d SMK : mata pelajaran wajib, pilihan dan vokasi. 4 Struktur Kurikulum mata pelajaran dan alokasi waktu a Sekolah Dasar SD i. Holistik berbasis sains alam, sosial, dan budaya. ii. Jumlah mata pelajaran dari 10 menjadi 6. iii. Jumlah jam bertambah 4 JPminggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran. b Sekolah Menengah Pertama SMP i. TIK menjadi media semua mata pelajaran. ii. Pengembanagn diri terintegrasi pada setiap mata pelajaran dan ekstrakurikuler. iii. Jumlah mata pelajaran dari 12 menjadi 10. iv. Jumlah jam bertambah 6 JPminggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran. c Sekolah Menengah Atas SMA i. Perubahan sistem: ada mata pelajaran wajib dan ada mata pelajaran pilihan. ii. Terjadi penguranagn mata pelajaran yang harus diikuti siswa. iii. Jumlah jam bertambah 2 JPminggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran. d Sekolah Menengah Kejuruan SMK i. Penyesuaian jenis keahlian berdasarkan spektrum kebutuhan saat ini. ii. Penyeragaman mata pelajaran dasar umum. iii. Produktif disesuaikan dengan tren perkembangan industri. iv. Pengelompokkan mata pelajaran produktif sehingga terlalu rinci pembagiannya. 5 Proses pembelajaran Penilaian a Standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. b Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat. c Guru bukan satu-satunya sumber belajar. d Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan. SD : Tematik dan Terpadu SMP : IPA dan IPS masing-masing dibelajarkan secara terpadu SMA : Adanya mata pelajaran wajib dan pilihan sesuai dengan bakat dan minatnya. SMK : Kompetensi keterampilan yang sesuai dengan standar industri. 6 Penilaian a Pergeseran dari penilaian melalui tes mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja, menuju penilaian otentik mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil. b Memperkuat PAP Penilaian Acuan Patokan yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal maksimal. c Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL. d Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian. 7 Ekstrakurikuler a SD: Pramuka wajib, OSIS, UKS, PMR, dll. b SMPSMASMK: i. Pramuka wajib, OSIS, UKS, PMR, dll. ii. Perlunya ekstrakurikuler partisipatif.

e. Penilaian pada Kurikulum 2013

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. 61 Cakupan penilaian dalam kurikulum 2013 dirumuskan sesuai dengan Kompetensi Isi KI sebagai berikut: 62 1 KI-1 : kompetensi inti sikap spiritual 2 KI-2 : kompetensi inti sikap sosial 3 KI-3 : kompetensi inti pengetahuan 4 KI-4 : kompetensi inti keterampilan Karakteristik penilaian dalam Kurikulum 2013 antara lain: 63 1 Belajar tuntas Untuk kompetensi pada kategori pengetahuan dan keterampilan KI-3 dan KI-4, peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik. 2 Otentik Memandang penilaian dan pembelajaran secara terpadu. Penilaian otentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan dan sikap. 61 Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum, Pedoman Umum Pembelajaran, h.11. 62 Ibid., h.22. 63 Ibid., h. 25-26. 3 Berkesinambungan Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk penilaian proses, dan berbagai jenis ulangan secara berkelanjutan ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, atau ulangan kenaikan kelas. 4 Berdasarkan acuan kriteria Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya ketuntasan minimal, yang ditetapkan oleh satuan pendidikan masing-masing. 5 Menggunakan teknik penilaian yang bervariasi Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja, projek, pengamatan, dan penilaian diri. Pelaksanaan penilaian dalam kurikulum 2013 dapat dilakukan melalui metode tes dan non tes. Metode tes dilakukan dengan tes tertulis dan tes kinerja. Sedangkan non tes umunya digunakan untuk mengukur ranah afektif KD-KD pada KI-1 dan KI-2. Ada tujuh teknik penilaian yang dapat digunakan, yaitu: 64 1 Penilaian unjuk kerja Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium, praktek sholat, praktek olahraga, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisideklamasi dll. 65 2 Penilaian sikap Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik- teknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi. 66 64 Ibid., h. 26. 65 Ibid., h.27. 66 Ibid., h. 29. 3 Penilaian tes tertulis Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar, dan lain sebagainya. 67 4 Penilaian proyek Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periodewaktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada matapelajaran tertentu secara jelas. 68 5 Penilaian produk Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni patung, lukisan, gambar, barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. 69 6 Penilaian portofolio Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik. 70 7 Penilaian diri Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat 67 Ibid., h. 30. 68 Ibid., h.31. 69 Ibid., h.32. 70 Ibid., h.34. pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian kompetensi kognitif di kelas, misalnya: peserta didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai hasil belajar dari suatu matapelajaran tertentu. Penilaian kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu. Berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. 71

5. Implementasi Performance Assessment pada Pembelajaran Biologi

Menurut pengertian secara psikologis, belajar adalah merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. 72 Suatu pembelajaran dikatakan berhasil jika aspek yang termasuk dalam proses pembelajaran dapat mempengaruhi seseorang menuju ke arah perubahan tingkah laku yang lebih baik. Biologi merupakan bagian dalam sains. Depdiknas dalam Zulfiani, menyatakan bahwa terdapat empat unsur utama hakikat pembelajaran sains, yaitu sikap, proses, produk dan aplikasi. 73 Pembelajaran biologi pada hakikatnya merupakan suatu proses untuk menghantarkan siswa ke tujuan belajarnya, dan biologi itu sendiri berperan sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut. Biologi sebagai ilmu dapat diidentifikasikan melalui objek, benda alam, persoalangejala yang ditunjukkan oleh alam, serta proses keilmuan dalam menemukan konsep- konsep biologi. Menurut Hilman Faruq dalam skripsi Hadhifa Asni Akmalia menyatakan bahwa tujuan pembelajaran biologi adalah mengembangkan cara berfikir ilmiah melalui penelitian dan percobaan, mengembangkan pengetahuan praktis dari 71 Ibid., h. 36-37. 72 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2012, Ed. Rev., Cet.5, h. 2. 73 Zulfiani, dkk., op.cit., h. 46-47. metode biologi untuk dapat memecahkan masalah-masalah kehidupan individu, sosial serta merangsang studi lebih lanjut di bidang biologi dan bidang lain yang berhubungan dengan biologi serta membangkitkan pengertian dan rasa kasih sayang kepada makhluk hidup. 74 Penggunaan performance assessment dimaksudkan agar guru tidak hanya menilai siswa pada ranah kognitif saja. Tetapi juga mengukur kemampuan siswa pada ranah afektif dan psikomotor sehingga dapat lebih meningkatkan keterampilan siswa dalam belajar. Penggunaan performance assessment dalam pembelajaran biologi dapat sangat membantu guru dalam menilai kemampuan siswa lebih detail terutama pada kemampuan berpikir dan berpraktik ilmiah. Penerapan performance assessment dapat mendorong siswa lebih kreatif dalam belajar, menemukan cara belajar sendiri berekspresi, mampu mengintegrasikan apa yang sudah dipelajari, meningkatkan kemampuan analitis dan praktis siswa serta meningkatkan kemampuan berkolaboratif dengan siswa lain. Performance assessment dapat dikembangkan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 75 a. Menetapkan tujuan. b. Memilih jenis tugaskegiatan, terdiri dari kegiatan keterampilan, kegiatan investigasi pendek event investigation dan kegiatan investigasi berkelanjutan extended investigation. c. Menulis tugas performansi, terdiri dari membuat konteks, menuliskan petunjuk, menentukan audien, klarifikasi prosedur administratif, mengembangkan kriteria perfromansi. d. Membuat rubrik performansi, terdiri dari rubrik dengan daftar cek checklist dan rubrik dengan skala penilaian rating scale. 74 Hadhifa Asni Akmalia, “Perbandingan Laju Transpirasi Tumbuhan yang Hidup di Habitat Berbeda Sebagai Sumber Belajar Biologi untuk Penyusunan LKS Materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan Kelas XI ”, Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta, 2012, h. 9, tidak dipublikasikan. 75 Masnur Muslich, op.cit., h. 126-132.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Ana Ratna Wulan di dalam jurnal Seminar Nasional Biologi menyimpulkan bahwa asesmen alternatif memiliki keunggulan dalam menilai kemampuan siswa secara multidimensi. Asesmen alternatif merupakan alternatif pendamping tes yang digunakan untuk mengatasi kelemahan dari tes tersebut. Meskipun situasi dan kondisi kebanyakan sekolah di Indonesia kurang mendukung bagi pelaksanaan asesmen alternatif, namun asesmen alternatif tetap perlu dilaksanakan dalam pembelajaran biologi. Oleh sebab itu beberapa modifikasi perlu dilakukan untuk memudahkan guru biologi dalam menyusun dan mengembangkannya. 76 Penelitian selanjutnya yaitu oleh I Ketut Susila dalam artikelnya yang berjudul “Pengembangan Instrumen Penilaian Unjuk Kerja Performance Assessment Laboratorium pada Mata Pelajaran Fisiska sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA Kelas X di Kabupaten Gianyar ” menyimpulkan hasil penelitian dan pengembangan instrumen penilaian unjuk kerja laboratorium sebagaimana hasil uji coba menunjukkan semua butir instrumen adalah valid, nilai reliabilitas antar penilai rater sangat tinggi, reliabilitas internal instrumen sangat tinggi dan praktis untuk digunakan . Ini berarti instrumen penilaian unjuk kerja laboratorium bidang fisika yang dikembangkan telah memenuhi syarat validitas, reliabilitas dan kepraktisan sebagai alat evaluasi yang dapat digunakan lebih lanjut oleh para guru fisika di Sekolah Menengah Atas SMA. 77 Lis Permana Sari dalam j urnalnya yang berjudul “Pengembangan Instrumen Performance Assessment Sebagai Bentuk Penilaian Berkarakter Kimia” menyimpulkan penilaian unjuk kerja performance assessment dapat melihat perkembangan peserta didik dalam mempelajari materi yang diberikan karena dilakukan oleh peserta didik dalam sebuah unjuk kerja. Unjuk kerja yang dilakukan oleh peserta didik diamati oleh guru. Peserta didik yang bersangkutan 76 Ana Ratna Wulan, “Penggunaan Asesmen Alternatif pada Pembelajaran Biologi”, Seminar Nasional Biologi: Perkembangan Biologi dan Pendidikan Biologi untuk Menunjang Profesionalisme, Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI, 2007, h.383, tidak dipublikasikan. 77 I Ketut Susila, op.cit., h. 12-13. diharapkan mengetahui perkembangan kemampuannya dalam menyelesaikan suatu tugas tertentu. Peserta didik termotivasi untuk memperbaiki kekurangan dan meningkatkan terus kemampuan yang dimilikinya. Penerapan kegiatan performance assessment dalam kegiatan pembelajaran di kelas menjadikan peserta didik lebih aktif. Keterlibatan dan keaktifan dalam pembelajaran akan lebih memotivasi peserta didik dalam memahami materi pelajaran. 78 Cheiriyah Idha dalam jurnalnya yang berjudul “Meningkatkan Pemahaman Konsep Mata Pelajaran Biologi melalui Performance Assessment ” menyimpulkan bahwa jenis penilaian kinerja performance assessment pada pembelajaran biologi mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep- konsep biologi. Selain itu, proses penilaian semacam ini dapat meningkatkan motivasi siswa dan memunculkan kreativitas guru dalam mengembangkan proses penilaian pembelajaran biologi. 79

C. Kerangka Berpikir

Seperti dikemukakan di atas bahwa biologi termasuk ke dalam sains yang memiliki 4 hakikat utama, yaitu sikap, proses, produk dan aplikasi. Sikap sebagai rasa ingin tahu siswa akan alam sekitarnya menuntut proses dalam pencarian bukti-bukti ilmiah agar menghasilkan produk yang sesuai dengan metodologi ilmiah. Semua itu menuntut siswa bertindakberproses secara ilmiah mulai dari penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, pengujian, sampai pada pengambilan kesimpulan. Kemampuan siswa melakukan kegiatan ilmiah tersebut perlu didukung dengan instrumen penilaian yang sesuai. Performance assessment penilaian kinerja sebagai sebuah penilaian memuat indikator-indikator pencapaian siswa tentang urutan sistematik terhadap suatu kegiatan ilmiah agar kemampuan siswa 78 Lis Permana Sari, “Pengembangan Instrumen Performance assessment sebagai bentuk Penilaian Berkarakter Kimia ”, Makalah Seminar MIPA 2010 Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY, 2010, diakses pada tanggal 18 September 2014 pk 11.36, h.10, tidak dipublikasikan. 79 Cheiriyah Idha, “Meningkatkan Pemahaman Konsep Mata Pelajaran Biologi melalui Performance Assessment ”, Jurnal Pendidikan Inovatif Volume 3 Nomor 2, 2008, diakses pada tanggal 15 Januari 2014 pk 23.00 h. 73, tidak dipublikasikan.