II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan
yang berfungsi sebagai kawasan lindung. Kawasan hijau kota terdiri atas pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan
hijau kegiatan olahraga, kawasan hijau pekarangan. Ruang terbuka hijau diklasifikasi berdasarkan status kawasan, bukan berdasarkan bentuk dan struktur
vegetasinya Fandeli, 2004. Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang
Penataan ruang terbuka hijau di Wilayah Perkotaan, Ruang terbuka hijau adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk
areakawasan maupun dala m bentuk area memanjangjalur dimana di dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa bangunan. Dalam
ruang terbuka hijau pemanfatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan
pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya.
2.2 Hutan Kota
Hutan kota adalah ruang terbuka yang ditumbuhi vegetasi berkayu di wilayah perkotaan. Hutan kota memberikan manfaat lingkungan sebesar -besarnya
kepada penduduk perkotaan, dalam kegunaan-kegunaan proteksi, estetika, rekreasi dan kegunaan khusus lainnya Djaiz dan Novian, 2000.
Hutan kota merupakan bentuk persekutuan vegetasi pohon yang mampu menciptakan iklim mikro dan lokasinya di perkotaan atau dekat kota. Hutan di
perkotaan ini tidak memungkinkan berada dalam areal yang luas. Bentuknya juga tidak harus dalam bentuk blok, akan tetapi hutan kota dapat dibangun pada
berbagai penggunaan lahan. Oleh karena itu diperlukan kriteria untuk menetapkan bentuk dan luasan hutan kota. Kriteria penting yang dapat dipergunakan adalah
kriteria lingkungan. Hal ini berkaitan dengan manfaat penting hutan kota berupa manfaat lingkungan yang terdiri atas konservasi mikroklimat, keindahan, serta
konservasi flora dan kehidupan liar Fandeli, 2004.
12 Keha diran pohon dalam lingkungan kehidupan manusia, khususnya
diperkotaan, memberikan nuansa kelembutan tersendiri. Perkembangan kota yang lazimnya diwarnai dengan aneka rona kekerasan, dalam arti harfiah ataupun
kiasan, sedikit banyak dapat dilunakkan dengan elemen alamiah seperti air baik yang diam-tenang maupun yang bergerak-mengalir dan aneka tanaman mulai
dari rumput, semak sampai pohon Budihardjo, 1993. Dalam pelaksanaan pembangunan hutan kota dan pengembangannya,
ditentukan berdasarkan pada objek yang akan dilindungi, hasil yang dicapai dan letak dari hutan kota tersebut. Berdasarkan letaknya, hutan kota dapat dibagi
menjadi lima kelas yaitu : 1. Hutan Kota Pemukiman, yaitu pembangunan hutan kota yang bertujuan untuk
membantu menciptakan lingkungan yang nyaman dan menambah keindahan dan dapat menangkal pengaruh polusi kota terutama polusi udara yang
diakibatkan oleh adanya kendaraan bermotor yang terus meningkat dan lain sebagainya di wilayah pemukiman.
2. Hutan Kota Industri, berperan sebagai penangkal polutan yang berasal dari limbah yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan perindustrian, antara lain
limbah padat, cair, maupun gas. 3. Hutan Kota WisataRekreasi, berperan sebagai sarana untuk memenuhi
kebutuhan rekreasi bagi masyarakat kota yang dilengkapi dengan sarana bermain untuk anak-anak atau remaja, tempat peristirahatan, perlindungan
dari polutan berupa gas, debu dan udara, serta merupakan tempat produksi oksigen.
4. Hutan Kota Konservasi, hutan kota ini mengandung arti penting untuk mencegah kerusakan, memberi perlindungan serta pelestarian terhadap objek
tertentu, baik flora maupun faunanya di alam. 5. Hutan Kota Pusat Kegiatan, hutan kota ini berperan untuk meningkatkan
kenyamanan, keindahan, dan produksi oksigen di pusat-pusat kegiatan seperti pasar, termin al, perkantoran, pertokoan dan lain sebagainya. Di samping itu
hutan kota juga berperan sebagai jalur hijau di pinggir jalan yang berlalu- lintas padat Irwan, 1997.
13 Mengenai luasan dan persentase adalah bahwa luas hutan kota dalam suatu
hamparan yang kompak paling sedikit 0,25 dua puluh lima per seratus hektar pasal 8 ayat 2, sedangkan mengenai persentase luas hutan kota paling sedikit 10
sepuluh per seratus dari wilayah perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat pasal 8 ayat 3 PP No. 63 tahun 2002.
Secara umum bentuk hutan kota adalah : 1. Jalur Hijau. Jalur Hijau berupa peneduh jalan raya, jalur hijau di bawah kawat
listrik, di tepi jalan kereta api, di tepi sungai, di tepi jalan bebas hambatan. 2. Taman Kota. Taman Kota diartikan seba gai tanaman yang ditanam dan ditata
sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia, untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah.
3. Kebun dan Halaman. Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman biasanya dari jenis yang dapat me nghasilkan buah.
4. Kebun Raya, Hutan Raya, dan Kebun Binatang. Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk hutan kota.
Tanaman dapat berasal dari daerah setempat, maupun dari daerah lain baik dalam negeri maupun luar negeri.
5. Hutan Lindung, daerah dengan lereng yang curam harus dijadikan kawasan hutan karena rawan longsor. Demikian pula dengan daerah pantai yang rawan
akan abrasi air laut Dahlan, 1992.
2.3 Fungsi Hutan Kota