Uji Organoleptik Soekarto,1985 METODOLOGI PENELITIAN A.

30 positif yang ditandai dengan adanya pembentukan gas pada tabung Durham. Kemudian hasil pengamatan dicocokkan dengan tabel MPN kombinasi 3 seri, dihitung dan dinyatakan dalam cfuml. c. Total BAL Bakteri Asam Laktat Sampel sebanyak 10 ml ditambahkan 90 ml larutan pengencer. Pengenceran dibuat hingga 10 -9 . Sebanyak 1 ml sampel yang telah diencerkan pengenceran 10 -6 , 10 -7 , 10 -8 dimasukkan ke dalam masing- masing dua cawan petri duplo steril yang selanjutnya dituangkan media MRSA steril yang telah didinginkan hingga suhunya 47-50 °C sebanyak 10-15 ml dan digoyangkan secara mendatar diatas meja supaya contoh menyebar rata. Cawan berisi agar yang sudah membeku diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu 37 °C selama 2 hari. Total bakteri ditetapkan dengan SPC Standard Plate Count. d. Total Kapang Khamir Contoh dengan beberapa pengenceran tertentu dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Untuk setiap pengenceran digunakan dua cawan duplo. Kemudian ke dalam cawan tersebut dituang media APDA steril yang telah didinginkan hingga suhunya 47-50 °C sebanyak 10-15 ml dan digoyangkan secara mendatar diatas meja supaya contoh menyebar rata. Cawan berisi agar yang sudah membeku diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu 30 °C selama 2 hari. Total kapang khamir ditetapkan dengan metode SPC Standard Plate Count.

4. Uji Organoleptik Soekarto,1985

Uji organoleptik dengan metode hedonik dilakukan untuk memperoleh formulasi paling disukai pada tiap tahap. Uji hedonik diikuti oleh 30 panelis semi terlatih. Perhitungan statistik uji rating menggunakan uji ANOVA-Duncan. Bentuk form yang digunakan selama uji organoleptik dapat dilihat pada Lampiran 1. Parameter yang diujikan meliputi aroma, rasa, dan tekstur. Data yang diperoleh dalam uji organoleptik, kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS 13.0 31 sehingga dapat diperoleh formula yang memiliki tingkat kesukaan yang paling disukai oleh konsumen. Skala yang digunakan dalam uji rating menggunakan skala 1-7. Dengan keterangan skala 1 = sangat tidak suka; 2 = tidak suka; 3 = agak tidak suka ; 4 = netral; 5 = agak suka; 6 = suka; dan 7 = sangat suka. Selain uji rating, digunakan uji rangking untuk menentukan perkiraan posisi masing-masing sampel pada tiap tahap penelitian. Uji rangking diikuti oleh 30 panelis semi terlatih. Parameter dalam uji rangking adalah overall produk. Pengukuran secara statistik uji rangking menggunakan Friedman Test. 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

INDUSTRI PEMERAHAN SUSU SAPI DALAM NEGERI Produktivitas industri pemerahan sapi di Indonesia tergolong rendah yaitu 5-8 literhariekor standar normal 12 literhariekor. Para peternak sapi hanya mampu memenuhi kebutuhan susu dalam negeri sebesar 30. Dan 90 dari produksi dalam negeri tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan Industri Pengolahan Susu IPS yang mengakibatkan ketergantungan IPS terhadap susu segar sangat tinggi. Sehingga untuk memenuhi sisa kebutuhan tersebut, maka pemerintah melakukan impor susu dalam bentuk susu bubuk. Impor susu bubuk terutama dari New Zealand dan Australia mengakibatkan mayoritas produk susu yang dijual di pasaran berupa susu bubuk. Impor dalam bentuk susu bubuk diakibatkan oleh karena stabilitas susu dalam bentuk bubuk yang cukup tinggi dan juga kondisi penyimpanan yang relatif lebih mudah bila dibandingkan dengan susu cair. Hal tersebut mengakibatkan rendahnya konsumsi susu segar oleh mayoritas masyarakat Indonesia, selain karena masalah lactose intolerance yang diderita oleh sebagian besar masyarakat Indonesia serta harga susu yang mahal akibat kelangkaan susu segar dalam negeri dan ketergantungan masyarakat dalam negeri terhadap impor susu bubuk. Kendala diatas perlu diatasi dengan memicu pertumbuhan peternak dan pemerahan susu sapi dalam negeri di luar Jawa. Dengan semakin banyaknya sentra peternakan di Indonesia maka diharapkan dapat meningkatkan produktivitas susu sapi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor susu bubuk. Dan diharapkan bahkan para peternak sapi dalam negeri mampu melakukan proses pengolahan produk berbasis susu. Dengan adanya diversifikasi produk, maka diharapkan pula dapat meningkatkan penerimaan dan kesejahteraan para peternak sapi. Beberapa alternatif untuk membantu mengurangi ketergantungan impor susu bubuk antara lain : 1 Melakukan perkawinan silang antara sapi dalam negeri jenis Odoleng dengan sapi jenis Frisien Holstein Belanda, sehingga diharapkan akan dapat membantu menghasilkan jenis sapi perah