saya lakukan. 2.
Orang tua saya terlalu mempercayai saya untuk
melalukan segala hal sendiri tanpa kontrol
dari orang tua. 2
18 20
36 6
272 4
3. Orang tua saya tidak
pernah peka terhadap masalah yang sedang
saya hadapi. 7
18 23
27 7
255 5
4. Orang tua saya tidak
memberikan peringatan ketika saya melalukan
perilaku salah. 7
9 12
39 15
292 2
5. Orang tua saya jarang
memberikan pengarahan kepada saya.
1 9
22 36
14 299
1
D. Pola Asuh Penelantar
1. Orang tua saya lebih
banyak menghabiskan
waktunya untuk bekerja. 9
13 31
23 5
245 5
2. Orang tua saya lebih
mementingkan pekerjaannya sehingga
8 19
19 24
10 249
4
saya kurang mendapkan perhatian.
3. Ketika orang tua saya
libur bekerja orang tua saya tidak meluangkan
waktunya untuk
berkumpul dengan
keluarga. 6
14 15
39 7
7 270
2
4. Orang tua saya tidak
pernah meluangkan
waktu untuk datang ke sekolah
untuk menghadiri
rapat di
sekolah saya. 4
20 17
32 9
268 3
5. Orang tua saya selalu
membiarkan saya
bergaul bebas
diluar rumah.
4 13
10 37
18 298
1
Dari Tabel diatas, pada bagian A Pola Asuh Demokratis dapat diketahui dari hasil pertanyaan yang valid bahwa respon siswasiswi responden terhadap
pola asuh demokratis yang menempati rangking pertama dengan skor 343 yaitu orang tua selalu memantau pergaulan anak. Hal tersebut menunjukkan bahwa
orang tua siswasiswi responden perduli dengan pergaulan anak. Selanjutnya
yang menempati rangking terakhir dengan skor 327 yaitu orang tua peka terhadap masalah yang sedang dihadapi anak, hal ini menunjukkan bahwa orang
tua dapat mudah memahami anak yang sedang memiliki masalah. Pada bagian B Pola Asuh Otoriter isi tabel diatas dapat diketahui, respon
siswasiswi responden terhadap pola asuh otoriter yang menempati rangking pertama dengan skor 311 yaitu orang tua suka berkata kasar kepada anak. Hal ini
menunjukkan bahwa terkadang anak mendapatkan kata-kata kasar dari orang tuanya. Kemudian respon terhadap pola asuh otoriter yang menempati rangking
kedua dengan skor 305 yaitu orang tua lebih memilih melakukan kekerasan fisik atau pun verbal kata-kata, apabila anak melakukan kesalahan. Hal ini
menunjukkan bahwa orang tua lebih memilih melakukan kekerasan fisik atau pun verbal kata-kata dari pada memberikan pengertian yang bijak kepada anak.
Selanjutnya pada pola asuh otoriter yang menempati rangking terakhir dengan skor 248 yaitu orang tua kurang memberikan kepercayaan kepada anak untuk
melakukan sesuatu, hal ini menunjukka bahwa orang tua kurang mempercayai anak sehingga orang tua terkadang tidak membiarkan anak untuk melakukan
sesuatu pilihannya sendiri. Pada bagian C Pola asuh Permisif pada tabel diatas dapat diketahui,
respon terhadap pola asuh permisif yang menempati rangking pertama dengan skor 299 yaitu orang tua jarang memberikan pengarahan kepada anak. Hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas orang tua pada pola asuh ini orang tua jarang memberikan pengarahan kepada anak. Bisa jadi hal tersebut terjadi dikarenakan
kedekatan antara orang tua dengan anak yang terbatas karena waktu dan
kesibukan orang tua dalam mencari nafkah sehingga komunikasi antara anak dengan orang tua tidak berjalan dengan baik.
Selanjutnya yang menempati urutan rangking kedua pada pola asuh permisif dengan skor 292 yaitu orang tua tidak memberikan peringatan kepada
anak apabila berperilaku salah. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua tidak memperdulikan apa yang dilakukan anak, sehingga pada saat anak melakukan
perilaku yang salah pun orang tua tidak memberikan peringatan atau menegur kesalahan yang dilakukan anak. Pada pola asuh permisif yang menempati
rangking terakhir dengan skor 255 yaitu orang tua tidak pernah peka terhadap masalah yang dihadapi anak. Hal tersebut menunjukkan orang tua tidak
mengetahui permasalahan yang sedang anak hadapi, terkadang ini terjadi karena kurangnya kepekaan orang tua terhadap anak. Hal ini terjadi biasanya karena
kurangnya kedekatan antara orang tua dengan anak dalam berinteraksi dan komunikasi.
Pada bagian D Pola asuh penelantar dari tabel diatas, dapat diketahui respon terhadap pola asuh penelantar yang menempati urutan rangking pertama
dengan skor 298 yaitu orang tua membiarkan anak bergaul bebas diluar rumah, ini bisa terjadi karena salah satu faktornya adalah kesibukan para orang tua dalam
bekerja sehingga kontrol terhadap pergaulan anak pun tidak tidak diperhatikan oleh orang tua dan anak pun lebih memilih bergaul bebas diluar rumah.
Selanjutnya yang menempati rangking kedua dengan skor 270 pada pola asuh penelantar yaitu orang tua tidak meluangkan waktu untuk berkumpul dengan
keluarga pada saat libur bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua tidak meluangkan waktu untuk melakukan interaksi antara anggota keluarga.
Selanjutnya yang menempati rangking terakhir dengan skor 245 yaitu orang tua lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa
orang tua lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja.
2. Perkembangan Kepribadian Remaja
Tabel 12. Respon SiswaSiswi Responden Terhadap Perkembangan
Kepribadian Remaja
No. Pertanyaan
SS S
RR TS
STS Skor
Rangking 1.
Saya melakukan segala sesuatu
tindakan dengan hati- hati.
35 38
8 1
353 6
2. Saya ingin pendapat
saya selalu diterima oleh orang lain.
14 27
19 17
5 274
22
3. Saya tidak mudah
terpengaruh oleh orang lain dalam
mengambil keputusan.
24 28
26 3
1 317
16
4. Saya dapat
menyelesaikan segala sesuatu dengan
29 38
14 339
10
tenang. 5.
Saya lebih suka berterus terang
terbuka kepada orang lain.
25 32
21 4
324 15
6. Saya cepat dalam
mengambil inisiatif sendiri untuk
bertindak. 13
39 27
2 306
18
7. Jika saya menghadapi
kesulitanpermasalah an saya lebih suka
mengasingkan diri. 9
11 23
28 11
225 24
8. Saya mampu
merespon kejadian atau peristiwa yang
sedang terjadi dengan cepat.
4 41
32 5
290 19
9. Saya selalu berpikir
positif terhadap diri saya, keluarga dan
orang lain. 40
30 10
2 354
5
10. Saya tidak pernah
mau melakukan hal- hal yang dapat
merusak diri saya. 53
22 4
1 2
369 3
11. Saya mampu
menjaga apa yang saya miliki dengan
baik. 37
38 7
358 4
12. Saya mampu
membedakan perbuatan yang baik
atau buruk dengan cepat.
38 31
12 1
351 7
13. Saya tidak mudah
merasa tersinggung, apabila orang lain
membicarakan perilaku saya.
16 30
20 11
5 287
20
14. Saya merasa sensitif,
ketika orang lain mengikut campuri
urusan pribadi saya. 11
27 20
18 6
265 3
15. Jika saya mempunyai
permasalahan saya 1
6 19
30 26
172 25
lebih meratapi dengan kesedihan
dibandingkan untuk menyelesaikannya.
16. Saya mampu
menerima resiko apapun terhadap apa
yang saya lakukan. 21
47 12
329 13
17. Saya selalu
menyelesaikan masalah dengan baik
dan penuh tanggung jawab.
28 46
8 348
8
18. Saya tidak
menyalahkan teman ketika saya dan
teman saya melakukan
kesalahan. 16
35 26
3 2
306 18
19. Jika perbuatan yang
saya lakukan salah saya selalu siap untuk
mempertanggung jawabkan perbuatan
32 40
8 1
1 347
9
saya. 20.
Apabila saya melakukan kesalahan
saya akan berbesar hati untuk meminta
maaf dan mengakui kesalahan yang telah
saya perbuat. 51
29 2
377 2
21. Saya mampu
berinteraksi dengan baik kepada orang-
orang yang ada disekitar.
31 46
4 1
353 6
22. Saya memiliki
kemampu untuk menyesuaikan diri
dengan baik supel. 16
51 13
1 325
14
23. Saya merasa senang
jika bertemu dengan orang-orang yang
baru saya kenal. 25
26 26
3 2
315 17
24. Saya bergaul tidak
hanya dengan teman sebaya bergaul
33 49
9 1
389 1
dengan senior dan junior.
25. Saya mudah
mendapatkan banyak teman.
30 33
16 2
1 335
11
26. Saya selalu
melakukan interaksi dengan teman-teman
sebaya dan tetangga yang ada disekitar
rumah. 25
42 10
4 1
332 12
27. Saya sering
mengikuti kegiatan yang ada
dilingkungan rumah. 14
23 36
5 4
284 21
Dari Tabel 12 dapat diketahui, respon siswasiswi responden terhadap variabel perkembangan kepribadian remaja yang menempati rangking pertama
dan kedua yaitu responden tidak hanya bergaul dengan teman sebaya bergaul dengan senior dan junior dan responden berbesar hati untuk meminta maaf dan
mengakui kesalahan yang dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa responden siswasiswi
di SMA
KH. Dewantoro,
mudah dalam
melakukan pergaulaninteraksi sosial terhadap sesama serta memiliki rasa tanggung jawab
yang baik terhadap resiko dari perbuatan yang dilakukan. Pada rangking ketiga
pada variabel perkembangan kepribadian remaja yaitu responden tidak pernah mau melakukan hal-hal yang dapat merusak dirinya. Hal ini menunjukkan bahwa
siswasiswi di SMA KH. Dewantoro dapat membedakan mana perbuatan yang baik dan buruk untuk dirinya dengan baik. Sehingga responden bisa menjauhkan
dirinya dari perbuatan yang dapat merusak diri dan kepribadiannya. Sedangkan respon siswasiswi SMA KH. Dewantoro responden terhadap
variabel perkembangan kepribadian remaja yang menempati rangking terakhir yaitu jika responden mempunyai permasalahan responden lebih meratapi dengan
kesedihan dibandingkan untuk menyelesaikannya. Hal ini menunjukkan bahwa responden siswasiswi dalam merespon permasalahan yang sedang dihadapinya
lebih diratapi
dengan kesedihan
dibandingkan untuk
menyelesaikan permasalahannya dengan cepat.
E. Analisis Data Penelitian
1. Uji Regresi Linear Sederhana
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dengan menggunakan bantuan software SPSS 20 for windows release, maka didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 13. Koefisien Regresi Linear Sederhana
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error
Beta Constant
90,262 7,685
11,754 ,000
Pola Asuh Orang Tua
yang Bekerja
,211 ,126
,183 1,670 ,099
a. Dependent Variable: Perkembangan Kepribadian Remaja
Dari Tabel 13 dapat diperoleh persamaan regresi linear sederhana sebagai berikut:
Y = 90,262+ 0,211 X Dari persamaan tersebut dapat diartikan besaran nilai konstan sebesar
90,262 pada persamaan regresi diatas menunjukkan bahwa nilai Y sebesar 90,262. Jika ada peningkatan satu nilaiangka pada variabel pola asuh orang tua
yang bekerja, maka variabel perkembangan kepribadian remaja akan meningkat sebesar 0,211.
2. Uji Koefisien Determinasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dengan menggunakan software SPSS 20 for windows release, maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 14. Koefisien Determinasi
Model R
R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,183
a
,034 ,022
9,850
Pada Tabel diatas menampilkan nilai R yang merupakan simbol dari nilai koefisien korelasi. Nilai korelasi pada tabel diatas adalah 0,183. Nilai ini dapat
diinterpretasikan bahwa hubungan kedua variabel penelitian ada dikategori sangat lemah.
Melalui Tabel diatas juga diperoleh nilai R Squarekoefisien determinasi KD yang menunjukkan seberapa bagus model regresi yang dibentuk oleh
interaksi variabel bebas dan variabel terikat. Nilai R Square yang diperoleh adalah 0,034 atau 3,4 yang artinya bahwa variabel pola asuh orang tua yang
bekerja memiliki pengaruh kontribusi sebesar 3,4 terhadap perkembangan kepribadian remaja sedangkan sisanya 96,6 dipengaruhi oleh variabel lain
diluar model yang diteliti oleh penulis.
3. Uji Koefisien Regresi Linear Sederhana Uji-T
Berdasarkan hasil uji T-test dilihat dari Tabel 14 dapat dijelaskan bahwa nilai t hitung = 1,670 dan nilai sig-nya sebesar 0,099 dengan alpha 0,05. Karena
nilai signifikansi lebih besar dari alpha, maka Ho diterima. Ho = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua
yang bekerja terhadap perkembangan kepribadian remaja. Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua yang
bekerja terhadap perkembangan kepribadian remaja. Dari hasil hipotesis diatas, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua yang bekerja terhadap perkembangan kepribadian remaja.
4. Uji Regresi Linear Berganda
1. Hasil Uji Regresi Linear Berdasarkan Variabel Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja dengan Masing-Masing Aspek Kepribadian Remaja.
Berdasarkan penjelasan hasil regresi diatas, secara umum tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua yang bekerja terhadap
perkembangan kepribadian remaja. Akan tetapi, setelah peneliti melakukan analisis regresi linear antara
variabel pola asuh orang tua yang bekerja demokratis, otoriter, permisif dan penelantar dengan masing-masing aspek kepribadian remaja karakter,
temperamen, sikap, stabilitas emosi, responsibilitas dan sosiabilitas, diperoleh hasil regresi linear yang signifikan antara variabel pola asuh orang tua yang