Kurikulum Kepercayaan Masyarakat kepada Madrasah
kewajiban dan larangan serta sanksi bagi siswa maupun komunitas madrasah seperti Pimpinan Madrasah, Guru, Tenaga Administrasi, Sekuriti, Pramubakti bahkan Pengemudi
antar jemput siswa dalam kegiatan dan kehidupan bersama di Madrasah ini. Untuk siswa tata tertib bentuknya tertulis dan terpasang di dinding sekolah dan di dalam ruang Kepala Sekolah
dan ruang Guru. Sedangkan Tata Tertib untuk komunitas madrasah tidak tertulis hanya berbentuk lisan dan telah disepakati oleh semua komunitas madrasah agar ditaati bersama.
Pelaksanaan norma-norma di madrasah seperti memberikan sanksi kepada murid diserahkan kepada guru yang berwenang. Sanksi atau hukuman yang diberikan atas berbagai
pelanggaran yang dilakukan oleh siswa bentuknya bervariasi, baik pelanggaran itu berkenaan dengan agama maupun peraturan madrasah. Pelanggaran terhadap aturan-aturan agama dan
madrasah, yang tidak dapat ditolerir dan madrasah tidak sanggup lagi untuk membina dan memperbaikinya biasanya diserahkan kembali kepada orang tuanya yang berarti dikeluarkan
dari madrasah. Sedangkan sanksi untuk komunitas madrasah diberikan oleh kepala madrasah dibantu
dengan pemilik yayasan dalam menentukan sanksi yang tepat. Dalam wawancara Saya dengan pak Agus yang menjabat sebagai guru mengatakan bahwa:
“kalau bagi guru pelanggaran yang dilakukan ada sanksinya yaitu setiap ada guru yang melanggar misalnya dari daftar hadirnya pasti penilaiannya akan kurang lalu
kalau tidak bisa ditoleransi lagi maka akhirnya pemecatan yang diterima dengan sebelumnya mendapat teguran dari kepala sekolah. Selain peraturan juga ada
penghargaan yang didapat oleh guru yang berprestasi salah satu penilaiannya dilihat
dari daftar kehadiran dan kedisiplinannya.”
71
Ditambah dengan pernyataan yang dikemukakan oleh pak Syukri Abdul Ghani bahwa: “Kalau untuk guru ada lembaga pertimbangan guru, jadi itu yang mempertimbangkan
siapa guru yang mau dinaikan atau dipromosikan jabantannya lalu siapa guru yang salah dan diberi konsekuensi apa. Dan guru disini juga sudah dituntut untu disiplin
jadi kita punya mesin kehadiran dan setiap pagi guru-guru harus datang sebelum jam 7.00 kalau lewat berarti dia ga dapat uang transport dengan begitu semua guru disiplin
71
Wawancara dengan Agus Wahyudi, ST, Jakarta, 8 Agustus 2011.
kalau berkali-kali tidak disiplin akan dipanggil kepala sekolah dan mungkin akan berakibat dengan tu
runnya pangkat.”
72
Pernyataan diatas menjelaskan bahwa nilai dan norma yang dibangun oleh pihak madrasah telah disepakati dan berusaha untuk dipatuhi dan ditaati tanpa adanya kepaksaan,
malah timbul dari dalam diri sendiri karena untuk kemajuan madrasah sendiri. Antara guru, karyawan, kepala sekolah, siswa dan pengelola memiliki hubungan yang akrab. Mereka
selalu shalat berjamaah, mengadakan pengajian bersama dan sebagainya. Mereka saling mambantu untuk mengembangkan madrasah.
Nilai yang diterapkan di madrasah tidak hanya secara lisan tetapi juga secara tertulis. Setiap tahunnya madrasah menempelkan slogan-slogan yang mendidik disetiap dinding-
dinding lorong sekolah. Terdapat slogan yang bertuliskan “Budaya 3S yaitu Seyum, Salam, Sapa”, yang mempunyai makna setiap murid maupun komunitas madrasah lainnya harus
membudayakan Seyum, Salam dan Sapa di setiap aktivitasnya dan hal itu sudah ditanamkan dan dipraktekkan dalam keseharian di lingkungan madrasah maupun di luar lingkungan
madrasah. Misalnya saja setiap pagi sebelum memasuki kelas, setiap siswa di haruskan berbaris disamping kelas dan membuka sepatu dan menggantinya dengan sandal lalu
bergantian memasuki kelas dengan tertib. Disetiap kelas disiapkan rak untuk menaruh sepatu dan tempat sampah, jadi setiap siswa sejak awal diajarkan untuk menjaga kebersihan dan
ketertiban. Seperti gambar yang dapat dilihat pada lampiran. Selain solagan “Budaya 3S”, madrasah juga mempunyai slogan lain yaitu “Budaya
7K yaitu Keimanan, Ketertiban, Kebersihan, Keindahan, Kekeluargaan, Kerindangan, dan Kesehatan”. Slogan-slogan itu tidak hanya di tempel dan dipajang saja tetapi memang
dibuktikan dan menjadi salah satu faktor untuk membangun kepercayaan masyarakat kepada madrasah. Selain tempat sampah yang terdapat di setiap sudut madrasah, terdapat pula keran
72
Wawancara dengan Drs. Syukri A. Ghani, Jakarta, 8 Agustus 2011.
air untuk para siswa mencuci tangan dan pohon-pohon yang membuat lingkungan madrasah semakin rindang dan teduh.
Nilai-nilai dan norma-norma yang diterapkan diharapkan dapat berfungsi sebagai pembatas perilaku individu, agar tidak melanggar batas-batas hak dan kepentingan orang lain.
Namun beberapa pelanggaran siswa Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta terhadap norma-norma madrasah menunjukan bahwa tidak semua individu mau dan mampu
senantiasa menyesuaikan diri dengan ketertiban komunitas madrasah. Oleh karena itu, ketaatan anggota-anggota komunitas madrasah menjadi salah satu indikator tinggi rendahnya
kapital sosial di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta. Norma-norma madrasah sebagai kapital sosial yang ada di madrasah dan kapital
sosial lainnya, menjadi dasar terbentuknya pola interaksi yang khas komunitas madrasah. Seperti apa yang dikatan oleh Coleman bahwa itu semua menjadi daya kekuatan bagi
madrasah untuk mengembangkan diri untuk lebih baik. Tidak adanya kekuatan itu, maka madrasah tersebut tidak hanya akan berkembang secara stagnan, melainkan juga akan
mengalami kemunduran regresif. Jadi, kapital sosial pada madrasah seperti kepercayaan yang dibangun, nilai dan norma, hubunganjaringan yang dibangun sangat menentukan
individu atau kelompok dalam rangka memenuhi kebutuhannya.
73