terbentuk dan terbangunnya kapital sosial yang kuat atau lemah dari suatu masyarakat. Trust memiliki kekuatan mempengaruhi prinsip-prinsip yang melandasi kemakmuran sosial
dan kemajuan ekonomi yang dicapai oleh suatu komunitas atau bangsa. Kepercayaan adalah hasil sampingan yang penting dari norma-norma kerja sama
sosial yang membentuk kapital sosial. Jika orang dapat diandalkan untuk memenuhi janjinya, mematuhi norma timbal balik, dan menghindari perilaku mementingkan diri sendiri, maka
kelompok akan terbentuk lebih cepat dan kelompok yang terbentuk akan dapat mencapai tujuan-tujuan bersama secara efisien.
31
Oleh karena itu, Fukuyama menyatakan, trust sebagai sesuatu yang amat besar dan sangat bermanfaat bagi penciptaan tatatan ekonomi unggul. Digambarkannya trust sebagai
harapan-harapan terhadap keteraturan, kejujuran, dan perilaku kooperatif yang muncul dar i dalam sebuah komunitas yang didasarkan pada norma-norma yang dianut bersama-sama oleh
anggota masyarakat.
32
Norma-norma tersebut dapat berisi pernyataan-pernyataan yang berkisar pada niai-nilai luhur, seperti hakekat Tuhan atau keadilan, ataupun norma-norma
sekuler seperti standar profesional dan kode etik perilaku. Dengan adanya kepercayaan dalam masyarakat, orang tidak akan mudah mencurigai ataupun dicurigai yang sering menjadi
penghambat dari strategi pengembangan.
33
Dalam konteks lembaga pendidikan seperti madrasah, beberapa konsep kapital sosial yang telah dikemukakan di atas dijadikan sebagai acuan analisis. Namun, hasil penelitian ini
disimpulkan dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Fukuyama. Pertama, trust percaya yang meliputi kredibilitas, kompetensi dan sikap yang di dalamnya terdapat
kejujuran, keadilan, sikap egaliter, toleran, keramahan dan saling menghormati. Kedua, jaringan sosial yang meliputi partisipasi, resiprositas pertukaran timbal balik, solidaritas dan
31
Francis Fukuyama, Guncangan Besar Kodrat Manusia dan Tatanan sosial Baru, penerjemah Masri Maris, Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama, 2005, h. 60.
32
Francis Fukuyama, Trust, h. 37.
33
Rahmat Rais, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah Studi Pengembangan Madrasah pada MAN 1 Surakarta Jakarta: Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009, h.115.
kerjasama. Ketiga, nilai-nilai yang dimiliki bersama serta norma dan sanksi termasuk di dalamnya terdapat aturan-aturan.
34
B. Komponen Kapital Sosial
1. Kepercayaan
Trust sebagai kata benda berarti kepercayaan, kenyakinan atau juga rasa percaya. Sedangkan trust dalam kata kerja berarti proses mempercayai sesuatu yang jelas sasarannya.
a. Kepercayaan: Hubungan, Harapan dan TindakanInteraksi Sosial
Inti kepercayaan antarmanusia ada tiga hal yang saling terkait: 1
Hubungan sosial yang terjadi antara dua orang atau lebih. Institusi adalah hubungan yang termasuk di dalamnya, dalam pengertian ini diwakili orang.
2 Adanya harapan yang akan terkandung dalam hubungan itu, yang kalau direalisasikan
tidak akan merugikan salah satu atau kedua belah pihak. 3
Terciptanya interaksi sosial yang memungkinkan hubungan dan harapan itu akan terwujud.
Dengan ketiga dasar inilah, kepercayaan yang dimaksudkan di sini menunjuk pada hubungan antara dua pihak atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan
salah satu atau kedua belah pihak melalui interaksi sosial.
35
b. Kepercayaan dan Risiko
Hipotesis utama dari mereka yang menganut pandangan tentang hubungan antara kepercayaan dan risiko:
“semakin tinggi saling percaya antara mereka yang bekerjasama, semakin kurang risiko yang ditanggung, dan semakin kurang pula biaya uang atau sosial
yang dikeluarkan. ” Tak berbeda dengan hipotesis ini, konsep kepercayaan menurut Mollering
34
Rahmat Rais, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah, h.20.
35
Robert M. Z. Lawang, Kapital Sosial Dalam Perspektif sosiologik Suatu Pengantar Jakarta: FISIP UI PRESS, 2005, h. 45-46.
menunjuk pada suatu “keadaan yang mengharapkan orang lain bertindak dan bermaksud baik pada kita.
”
36
Sama dengan hipotesis di atas pengertian konsep kepercayaan menurut Torsvik adalah bahw
a dalam kepercayaan terkandung “kecenderungan perilaku tertentu yang dapat mengurangi risiko yang muncul dari perilakunya.
”
37
c. Hubungan Timbal Balik Dalam Kepercayaan
Dengan asumsi bahwa dalam kepercaya an itu sudah terkandung “saling percaya”, kita
dapat menyimpulkan pula bahwa unilateralisme itu bukan bebas sama sekali akan pengandaian dari yang lain latus. Unilateralisme dalam bentuknya yang positif percaya dan
harap dan negatif negasi total terhadap kehadiran lawan hanya mau menekankan bahwa kehadiran pihak lain itu pada dasarnya ada dan diketahui. Dalam bentuk unilateralisme positif
kepercayaan itu fungsional tidak saja bagi sikap optimisme subyek, melainkan juga bagi kerjasama sistem yang mampu menyederhanakan kompleksitas reduction of complexity.
George Simmel membahas tentang fungsi kepercayaan dengan menyimak pernyataannya bahwa „tanpa adanya saling percaya yang merata antara satu orang dengan
orang lainnya, masyarakat itu sendiri akan dis integratif‟ dan kepercayaan itu merupakan
„salah satu kekuatan sintetik yang paling penting dalam masyarakat‟. Lebih lanjut lagi dikatakan bahwa kepercayaan itu menjadi basis bagi tindakan individu.
38
2. Jaringan
Para ahli berpendapat, jaringan dan fungsinya terhadap pencapaian suatu tujuan tidak terlepas dari kepercayaan. Oleh karena itu, beberapa pokok pikiran yang akan dikemukakan
di sini:
39
36
Ibid, h. 47.
37
Ibid, h. 47-48.
38
Robert M. Z. Lawang, Kapital Sosial, h. 50.
39
Ibid, h. 61.
a. Jaringan dalam Pengertian Umum
Jaringan itu diartikan dari network, secara etimologik dasarnya adalah jaring yang berhubungan satu dengan yang lain melalui simpul-simpul ikatan. Dasar ini net ditambah
atau digabung dengan kerja work. Kalau gabungan itu diberi arti maka tekanannya ada pada kerjanya, bukan pada jaringannya, sehingga muncullah arti: kerja bekerja dalam hubungan
antarsimpul seperti halnya jaring net. Kerja jaring jaringan kalau dipakai sebagai analogi untuk menjelaskan jaringan yang digunakan dalam teori kapital sosial, artinya kurang lebih
sebagai berikut: 1
Terdapat ikatan antarsimpul orang atau kelompok yang dihubungkan dengan media hubungan sosial. Hubungan sosial ini diikat dengan kepercayaan, boleh dalam bentuk
strategic, boleh pula dalam bentuk moralistic. Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah pihak.
2 Terdapat kerja antarsimpul orang atau kelompok yang melalui media hubungan
sosial menjadi satu kerjasama, bukan kerja bersama-sama. Kepercayaan simbolik bilateral dan kepercayaan interpersonal masuk dalam kategori ini.
3 Sama halnya dengan sebuah jaring yang tidak putus kerja yang terjalin antar simpul
itu pasti kuat menahan beban bersama, dan malah dapat “menangkap ikan” lebih banyak. Dalam hal ini analoginya mungkin kurang jelas dan tepat, karena jaringan dalam kapital
sosial bisa terjadi hanya dengan dua orang saja. 4
Dalam proses kerjanya jaring terdapat ikatan simpul yang tidak dapat berdiri sendiri. Malah kalau satu simpul saja putus, maka keseluruhan jaring itu tidak bisa berfungsi lagi,
sampai simpul itu diperbaiki lagi. Semua simpul menjadi satu kesatuan dan ikatan yang kuat. Dalam hal ini, analogy tidak seluruhnya tepat, terutama kalau orang yang membentuk
jaringan itu hanya dua orang saja.
5 Media dan simpul tidak dapat dipisahkan, atau antara orang-orang dan hubungannya
tidak dapat dipisahkan.
40
6 Norma adalah ikatan atau pengikat simpul dalam kapital sosial yang mengatur dan
menjaga bagaimana ikatan dan medianya itu dipelihara dan dipertahankan. Jaringan termasuk ke dalam kategori kepercayaan strategik. Berarti melalui jaringan
orang saling tahu, saling menginformasikan, saling mengingatkan, saling bantu dalam melaksanakan atau mengatasi suatu masalah. Media yang paling ampuh untuk membuka
jaringan adalah pergaulan dalam pengertian umum dengan membuka diri lewat media cetak atau elektronik, atau dalam pengertian terbatas seperti pergaulan.
41
b. Fungsi Jaringan
Fungsi informatif dapat disebut juga dengan media informasi atau jaringan informasi yang memungkinkan setiap stakeholders dalam jaringan itu dapat mengetahui informasi yang
berhubungan dengan masalah, atau peluang atau apapun yang berhubungan dengan kegiatan usaha. Fungsi informatif ini juga dapat disebut sebagai fungsi peluang opportunity, karena
dengan jaringan itu setiap peluang dapat diperoleh, tanpa mengeluarkan biaya yang terlalu banyak.
42
3. Norma
Norma adalah aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, harapan-harapan yang bersifat baik, benar dan penting, yang kalau tidak dilaksanakan akan merugikan diri sendiri atau merugikan
orang lain. Karena bersifat khusus, maka dalam konteks kapital sosial peneliti sejalan dengan pernyataan Prof, Robert Lawang bahwa dalam menerangkan mengenai konsep peluang,
“Tidak setiap norma itu merupakan kapital sosial. Hanya norma yang mampu membentuk
40
Robert M. Z. Lawang, Kapital Sosial, h. 62.
41
Robert M. Z. Lawang, Kapital Sosial, h. 62.
42
Ibid, h. 69.