Sosialisasi Membangun Kepercayaan kepada Masyarakat

Latar belakang pendidikan dan pekerjaan orang tua juga menjadi faktor semakin banyak masyarakat yang percaya kepada madrasah. Mereka berasal dari latar belakang pekerjaan yang berbeda-beda, dari PNS Pegawai Negri Sipil dengan persentase 15.64, Pegawai swasta dengan 46.94, Wiraswasta dengan persentase 15.87, PolriTNI dan Guru dengan persentase 1.81, Dosen dengan persentase 5.22, Dokter dengan persentase 0.45, dan lain lagi. Sebagian besar orang tua murid berprofesi sebagai pegawai swasta dengan perkiraan gaji di atas Rp. 5.000.000,00. Sedangkan latar belakang pendidikan para orang tua murid di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta bermacam-macam, dari jenjang pendidikan SMP Sekolah Menengah Pertama dengan persentase 0.23 sampai yang paling tertinggi bergelar Doktor S3 dengan persentase 3.85. Mayoritas orang tua siswa Tsanawiyah bergelar S1 Strata 1 dengan persentase 46.03. Dari beberapa orang tua murid yang di wawancara, sebagian besar orang tua mempunyai latar belakang pendidikan agama, maka sebab itu mereka menginginkan anak mereka mendapat pendidikan agama juga sebagai pondasi agama.

2. Sosialisasi

Dari enam orang tua murid yang diwawancara semua mengemukakan bahwa mereka mendapatkan informasi tentang Madrasah Pembagunan UIN Jakarta pertama kali dari mulut ke mulut, dari saudara dan tetangga yang juga yang menyekolahkan anaknya di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. Dan juga karena nama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memang masyarakat sudah mengatahui pendidikan agamanya bagus. Seperti yang diungkapkan oleh Nurfaida selaku orang tua murid: “Tante dapat informasi itu dulu dari kakak yang empat anaknya semua sekolah di MP, dan kakak tante tau dari tetangganya pokoknya akhirnya dari mulut ke mulut. Jadi ada keuntungan lain juga menyekolahkan anak ke MP, kalau di MP kan fullday ya jadi anak dari pagi sampai sore dititipin disana dan pulang biasanya sore cuman maen sebentar magrib pulang. Beda dengan sekolah biasa, kan pulangnya siang malah anak bisa maen kemana-mana tanpa ada pengawasan, apalagi tante kan kerja ya jd pengawasan ke anak kurang, jadi kekurangan-kekurangan tante bisa dipenuhi oleh MP.” 67 Selain itu juga kemauan untuk bersekolah di MP datang dari sang anak tanpa adanya paksaan dari orang tuanya. Sebab itu mayoritas orang tua murid menyekolahkan anak-anak mereka di MP. Seperti yang dikemukakan oleh salah satu orang tua murid yaitu Ibu Iis Sulastri. “Dulu anak saya yang pertama sudah tahu ya kalau MP itu bagus dan anak itu sendiri yang emang pengen sekolah di MP tapi karena telat dan hanya masuk daftar tunggu jadinya tidak sampai masuk di MP, selain itu juga semenjak saya pindah kesini itu tahun 1990 saya sudah tahu soalnya tetangga banyak yang menyekolahkan anaknya di MP dan mayoritas warga sini menyekolahkan anaknya di MP. Dan juga karena mayoritas orang tuanya bekerja jadi pada menyekolahkan anaknya klo ga di MP ya di al- Azhar karena full day sekolahnya.” 68 Ditambah dengan pernyataan Ibu Nina yang juga salah satu orang tua wali murid di MP, yang mengatakan bahwa memang anak pertamanya yang ingin bersekolah di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. Seperti kutipan wawancara di bawah ini: “Dulu anak saya yang pertama sudah tahu ya kalau MP itu bagus dan anak itu sendiri yang emang pengen sekolah di MP tapi karena telat dan hanya masuk daftar tunggu jadinya tidak sampai masuk di MP, selain itu juga semenjak saya pindah kesini itu tahun 1990 saya sudah tahu soalnya tetangga banyak yang menyekolahkan anaknya di MP dan mayoritas warga sini menyekolahkan anaknya di MP. Dan juga karena mayoritas orang tuanya bekerja jadi pada menyekolahkan anaknya klo ga di MP ya di al-Az har karena full day sekolahnya.” 69

3. Kurikulum

Faktor lain yang menimbulkan kepercayaan masyarakat khususnya orang tua murid adalah inovasi kurikulum yang tidak kalah dengan madrasah lain maupun sekolah negeri. Madrasah Pembangunan menawarkan kurikulum yang berbeda seperti yang telah disinggung 67 Wawancara dengan Nurfaida, Jakarta, 13 Agustus 2011. 68 Wawancara dengan Untung Suroto, Jakarta, 13 Agustus 2011. 69 Wawancara dengan Muhammad Soleh, Jakarta, 13 Agustus 2011.