melakukan rekonstruksi proto- bahasa, menentukan tingkat kekerabatan dan mengelompokkan bahasa-bahasa berkerabat. Atas dasar perubahan bahasa itulah
penelitian ini dilakukan. Berkaitan dengan itu, teori tentang perubahan bahasa disajikan di bawah ini.
2.2.1 Teori Perubahan Bahasa
Menurut McManis dkk., 1987:265-267, teori tentang perubahan bahasa bahwa bahasa-bahasa yang mempunyai kemiripan berhubungan satu dengan yang
lain dan diturunkan oleh satu bahasa yang dinamakan proto-bahasa proto- language muncul pada abad ke-18. Teori tersebut diawali dengan pernyataan Sir
William Jones bahwa kesamaan yang terdapat dalam bahasa Sanskrit, bahasa Junani, dan Latin Kuno dapat dijadikan sebagai bukti bahwa ketiga bahasa itu
diturunkan oleh satu bahasa. Teori Jones itu dikembangkan pada abad ke-19 dan kemudian dipengaruhi
oleh teori evolusi Darwin tentang evolusi mahluk hidup. Pada saat itu, para sarjana berpendapat bahwa perkembangan bahasa dapat dianalogikan dalam
banyak hal dengan fenomena biologis. Atas dasar itu, disimpulkan bahwa bahasa seperti organisme-organisme hidup lainnya mempunyai silsilah family trees dan
moyang. Pada tahun 1871, August Scleicher melahirkan teori yang dinamakan
Teori Pohon Keluarga Bahasa atau Teori Silsilah Bahasa Family Tree Theory. Teori ini menyebutkan, bahasa berubah dalam pola yang teratur dan dapat
dijelaskan Hipotesis Regularity Hypothesis ‘Hipotesis Keteraturan’ dan kesamaan antara satu bahasa dengan bahasa-bahasa lainnya disebabkan oleh
hubungan genetis di antara bahasa-bahasa tersebut Relatedness Hypothesis ‘Teori
Universitas Sumatera Utara
Keberhubungan’. Untuk menunjukkan hubungan seperti itu, perlu dilakukan rekonstruksi terhadap proto-bahasa yang menurunkan bahasa-bahasa berkerabat.
Teknik merekonstruksi proto-bahasa dinamakan comparative method ‘metode komparatif’.
Atas dasar analogi hubungan bahasa dengan manusia, teori tersebut menggunakan istilah proto-bahasa mother atau parent language dan bahasa-
bahasa berkerabat sister languages yakni, bahasa-bahasa yang diturunkan proto- bahasa.
Namun, terdapat kelemahan teori pohon keluarga karena dapat menimbulkan dua pandangan yang salah tentang perubahan bahasa. Pertama,
setiap bahasa mempunyai satu komunitas yang mempunyai bahasa yang sama tanpa adanya variasi internal dan tanpa adanya kontak antara bahasa-bahasa yang
berkerabat. Kedua, proto-bahasa terpecah menjadi bahasa-bahasa turunannya secara tiba-tiba tanpa adanya tahapan-tahapan intermediate stages.
Tidak ada bahasa yang mutlak berbeda atau terpisah dari bahasa-bahasa lainnya tetapi selalu terdiri atas dialek-dialek yang dapat digolongkan dalam satu
bahasa dan selalu mempunyai kesamaan-kesamaan dengan bahasa-bahasa kerabatnya, meskipun berada dalam sub-kelompok yang berbeda. Penelitian
tentang bahasa-bahasa kontemporer menunjukkan, bahasa tidak terpisah secara tiba-tiba melainkan secara perlahan-lahan dan teratur, yang dimulai dengan
lahirnya dialek-dialek dan kemudian berubah menjadi bahasa-bahasa yang berbeda setelah mengalami perubahan secara perlahan-lahan dalam kurun waktu
yang lama. Batas dua dialek atau dua bahasa tidak dapat dilakukan secara tepat karena sering dipengaruhi oleh faktor non-linguistik misalnya, faktor politik.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengatasi masalah ini, Johannes Schimidt menciptakan Wave Theory Teori Gelombang tahun 1872. Teori ini menyebutkan, perubahan
perlahan-lahan yang terjadi dalam dialek, bahasa atau kelompok bahasa-bahasa, mirip dengan sebuah gelombang yang membesar dari satu titik di kolam tempat
sebuah batu sumber perubahan terjatuh. Dialek-dialek terbentuk oleh tersebarnya perubahan-perubahan yang berbeda dari titik-titik sumber perubahan
yang berbeda pada tingkat yang berbeda. Beberapa perubahan menguatkan satu sama lain dan beberapa perubahan lainnya melengkapi atau mempengaruhi
secara parsial satu sama lain dalam batas tertentu, seperti gelombang-gelombang yang terjadi akibat dilemparkannya sejumlah batu ke dalam kolam yang saling
menindi satu sama lain. Teori Gelombang itu menolak Teori Pohon Keluarga untuk mengatasi kedua pendapat yang salah tentang perkembangan bahasa
Teori Pohon Keluarga dan Teori Gelombang tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan dan akurat tentang perubahan bahasa dan
keberhubungan bahasa-bahasa. Misalnya, bahasa-bahasa dapat menunjukkan persamaan linguistik meskipun bahasa-bahasa tersebut tidak berhubungan satu
sama lain. Persamaan itu mungkin merupakan akibat peminjaman melalui kontak bahasa language contact, pergeseran perubahan-perubahan yang sama tanpa
adanya hubungan satu sama lain dalam dialek-dialek atau bahasa-bahasa yang berbeda, persamaan jenis struktur morfologi, sintaksis dan alasan-alasan lain.
Namun demikian Teori Pohon Keluarga dan Teori Gelombang sangat bermanfaat dalam studi perubahan bahasa.
Meskipun McManis dkk., 1987 mengatakan bahwa teori Keluarga Pohon Bahasa yang diciptakan Sir William Jones pada abad ke-18 merupakan
teori pertama tentang hubungan genetis bahasa, menurut Finegan Besnier
Universitas Sumatera Utara
1979, Grim telah menciptakan Grimm’s Law pada tahun 1822 untuk menjelaskan pergeseran bunyi secara teratur dari pra-Indo-Eropa ke bahasa
Germanik dan Romance. Grimm mengatakan, pergeseran bunyi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Hambat tidak bersuara voiceless stops bergeser menjadi frikatif tidak
bersuara voiceless fricatives: p f, t , k h lebih dikenal dengan p t k f h
2. Hambat bersuara voiced stops bergeser menjadi hambat tidak bersuara
voiced stops: b p, d t, g k 3.
Hambat aspirasi bersuara voiced aspirated stops bergeser menjadi hambat tak beraspirasi bersuara: b b, d d, g g
Pergeseran-pergeseran bunyi tersebut digambarkan dengan ketiga diagram berikut:
Proto-Indo-Eropa p
t k
f p
t h
k
Diagram 2.2 Pergeseran Bunyi Proto-Indo Eropa
Keteraturan pergeseran bunyi itulah yang kemudian dikenal dengan perangkat korespondensi dan merupakan landasan studi komparatif bahasa-
bahasa yang berhubungan secara genetis. Setelah lahirnya teori-teori pergeseran bunyi dan perkembangan bahasa
seperti disebutkan di atas, banyak linguis yang membicarakan masalah yang sama,
Universitas Sumatera Utara
tetapi tidak satu pun dari pembicaraan-pembicaraan tersebut yang mengungkapkan penemuan baru kecuali penerapannya dalam bahasa-bahasa yang
berbeda. Di bawah ini, disajikan penjelasan-penjelasan tentang pergeseran bunyi
dan perkembangan bahasa serta penerapannya. Bloomfield 1951:59 mengatakan,
“Written records of earlier speech, resemblance between languages, and varieties of local dialects, all show that languages change in
the course of time.” Untuk menguatkan penjelasan itu, dia memberikan contoh bahwa dalam
naskah bahasa Inggris Kuno terdapat kata stan ‘stone’ yang interpretasi fonetisnya adalah sta:n dan jika disepakati bahwa dalam bahasa Inggris
Moderen adalah stown, berarti a: dalam bahasa Inggris Kuno telah berubah menjadi ow dalam bahasa Inggris Moderen.
Tentang perubahan bahasa, Hock 1988: 1 mengatakan, “From time immemorial people have been concerned about the
fact that language changes and that languages become different as they change”.
Untuk menunjukkan perubahan itu, dia membandingkan Lord,s Prayer Doa Bapak Kami dalam bahasa Inggris Kuno, bahasa Inggris Pertengahan,
Bahasa Inggris Pra-baru, dan bahasa Inggris Moderen. Perubahan bahasa juga dibahas oleh Finegan dkk., 1989:277 dengan
mengatakan, It’s no secret that languages change over the years. All of us can
recoqnize different speech patterns between one generation and the next. There are probably notable differences between the speech
Universitas Sumatera Utara
patterns of your parents and your friends, and even greater ones between your grandparents and your friends. The most noticeable
differences betweeen one generation and another are in vocabulary. Finegan Besnier memberikan contoh tentang perubahan bahasa, khusus
dalam bidang fonologi. Kata nuclear diucapkan nuklir ratusan tahun yang lalu dan sekarang diucapkan nuklir serta realtor yang dulu diucapkan
riltr sekarang diucapkan riltr. Perubahan tersebut merupakan rekonstruksi internal atau top-down yang membandingkan satu bahasa dalam
waktu yang berbeda. Sementara itu, Crowley 1992 menunjukkan perubahan bahasa dengan
pernyataan berikut: The concept of proto-langue and langue relationship both rest on
the assumption that languages change. In fact, all languages change all the time. It is true to say that some languages change more than
others, but all languages change nevertheless. But while all languages change, the change need not be in the same direction for
all speakers. Membuktikan bahwa bahasa mengalami perubahan, Crowley
menunjukkan perubahan bunyi p dalam bahasa Uradhi, Queensland Utara menjadi w dalam bahasa moderen seperti di bawah ini:
b. Uradhi pinta
→ winta tangan pilu
→ wilu pinggul pata
→ wata gigit
Universitas Sumatera Utara
Rekonstruksi itu sama dengan rekonstruksi sebelumnya, yakni rekonstruksi internal karena perbandingan dilakukan terhadap satu bahasa
Uradhi dalam waktu yang berbeda. Perubahan bunyi dalam bahasa-bahasa berkerabat dengan rekonstruksi komparatif digambarkan Crowley dalam bahasa-
bahasa Tonga, Samoa, Rarotong yang dipakai di kepulauan Cook, dekat Tahiti dan Hawai sebagi berikut:
b. Tongan b. Samoa b. Rarotong
b. Hawai tafa- tafa
taa kaha samping
2.2.2 Rumus Perubahan Bunyi