Disimilasi Perubahan Bunyi Tak Normal

sufiks jamak, sehingga bentuk jamak menjadi fo:t-i. Kemudian, vokal sufiks tersebut dihilangkan dan vokal bulat depan akar kata menjadi tidak bulat sehingga menjadi e:. Ketika bentuk tunggal adalah fo:t, bentuk jamak telah berubah menjadi fe:t. Perubahan antara fo:t dengan fe:t lah yang melahirkan pasangan footfeet dalam bahasa Inggris Moderen.

2.2.3.16 Disimilasi

Disimilasi dissimilation adalah lawan dari asimilasi. Alih-alih membuat dua atau lebih bunyi menjadi lebih mirip dengan sesamanya asimilasi, disimilasi menjadikan bunyi yang berdekatan menjadi berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini berarti, terjadi pengurangan fitur fonetik yang sama-sama dimiliki bunyi- bunyi yang berdekatan. Perubahan bunyi ini pertama kali dikemukakan Hermann Grassman 1862 melalui Hukum Grassmann Grassmann’s Law. Dalam bahasa Sanskrit Kuno dan bahasa Junani Kuno, terdapat perbedaan antara hambat beraspirasi dengan tidak beraspirasi. Tetapi jika ada dua suku kata yang mengikuti satu sama lainnya dan kedua-duanya mempunyai bunyi hambat beraspirasi, suku kata pertama kehilangan aspirasinya menjadi tidak beraspirasi. Dalam bahasa Sanskrit, bentuk bho:dha ‘bid’ berubah menjadi bo:dha dan dalam bahasa Junani bentuk phewtho dengan arti yang sama berubah menjadi pewtho. Perubahan ini merupakan contoh disimilasi tidak langsung. Contoh disimilasi langsung immediate dissimilation dapat dilihat dalam bahasa Afrika berikut: b. Afrika sxo:n → sko:n bersih sxoudr → skour bahu Universitas Sumatera Utara sxlt → sklt hutang Pada bentuk-bentuk kuno bahasa tersebut, terdapat rangkaian dua bunyi frikatif yakni s dan x. Bunyi frikatif x.berubah menjadi bunyi hambat pada titik artikulasi yang sama, yakni k, sehingga tidak ada lagi dua frikatif yang mengikuti satu sama lainnya. Dengan demikian, x.berdisimilasi dalam keadaan artikulai menjadi k dari frikatif s.

2.2.3.17 Perubahan Bunyi Tak Normal

Perubahan-perubahan bunyi yang sesuai dengan jenis-jenis perubahan di atas merupakan contoh-contoh perubahan bunyi bahasa di seluruh dunia. Tetapi ada perubahan bunyi yang menyimpang dari jenis-jenis perubahan tersebut dan dianggap sebagai perubahan yang tidak normal abnormal sound change. Sebagai contoh kata cent ‘ratus’ dalam bahasa Perancis yang diucapkan dengan sa direkonstruksi dari kmtom. Bunyi m yang pertama adalah nasal silabik nasal yang dapat mengalami tekanan dalam cara yang sama dengan vokal. Perubahan tersebut terlihat tidak normal, tetapi dapat disesuaikan dengan jenis-jenis perubahan normal seperti disebutkan di atas melalui rekonstruksi yang rumit. Sementara perubahan bentuk kedua bunyi tersebut sangat janggal atau tidak mungkin, rekonstruksi melalui sejumlah langkah untuk menunjukkan perubahan janggal tersebut dapat dilakukan sehingga terlihat rasional. Perubahan kmtom.menjadi sa mungkin terjadi melalui rangkaian tahapan seperti ditunjukkan di bawah ini: Universitas Sumatera Utara kmtom → kemtom fitur-fitur silabik dan konsonan berkembang menjadi dua bunyi yang berbeda melalui proses anpaking kentom → kent asimilasi regresif m menjadi t pada titik artikulasi kent → cent palatalisasi k menjadi c di depan vokal depan cent → sent lenisi bunyi stop menjadi frikatif sent → sen konsonan akhir hilang sen → s fusi fitur vokal dan nasal untuk menciptakan vokal nasal se → sa perendahan vokal Kadang-kadang sebuah bunyi berubah dalam keadaan yang tidak wajar. Misalnya, dalam bahasa Truk, Mikronesia, terdapat perubahan secara teratur bunyi t menjadi w dan dalam bahasa Mekeo, Papua New Guinea terdapat perubahan secara teratur bunyi d  dan l menjadi nasal velar. Perubahan terakhir ini dapat ditunjukkan dalam contoh berikut: b. Mekeo dua → ua ‘dua’ dau → aau ‘daun’ Universitas Sumatera Utara Perubahan bunyi t menjadi w mungkin terjadi melalui tahapan berikut: t →  →  → f → v → w Sementara itu, perubahan bunyi l menjadi  kemungkinan terjadai dalam tahapan berikut: d  → l → n →  Dalam kurun waktu tertentu, perubahan bunyi dapat terjadi melalui rangkaian perubahan. Tetapi perubahan bunyi tidak dapat direkonstruksi dalam kurun waktu yang melampaui 10.000 tahun karena di luar kurun waktu tersebut, perubahan bunyi sangat luas meskipun dalam bahasa-bahasa berkerabat yang diturunkan satu proto-bahasa sehingga fitur-fitur kesamaan atau kemiripan tidak terdeteksi. Penjelasan tentang perubahan bunyi yang dikemukakan Crowley ini lebih komprehensif dari penjelasan yang dikemukakan Keraf. Namun, penjelasan Keraf melengkapi penjelasan Crowley karena penjelasan Keraf memuat jenis-jenis perubahan bunyi yang tidak disebutkan Crowley. Keraf 1991 menjelaskan perubahan bunyi dengan menyebutkan asimilasi, disimilasi, perubahan berdasarkan titik artikulasi, dan perubahan- perubahan lain tanpa menyebutkan jenis perubahan bunyi yang tidak lazim abnormal change seperti yang disebutkan Crowley. Universitas Sumatera Utara Keraf menggunakan istilah yang berbeda untuk perubahan bunyi yang sama dalam Crowley seperti istilah perpaduan merger untuk fusi fusion dan pembelahan split untuk pemecahan vokal vowel breaking. Dalam penjelasannya mengenai asimilasi regresif dan asimilasi progresif, Keraf melakukan kekeliruan dengan mengatakan bahwa asimilasi merupakan suatu proses perubahan bunyi di mana dua fonem yang berbeda dalam proto- bahasa mengalami perubahan dalam bahasa sekarang menjadi fonem yang sama. Penyamaan kedua fonem itu dapat berwujud fonem yang mendahuluinya asimilasi regresif atau berwujud fonem yang mengikutinya asimilasi progresif. Penyamaan dua fonem menjadi satu adalah keliru karena asimilasi tidak mutlak merupakan proses penyamaan dua fonem yang berbeda total assimilation tetapi juga proses perubahan bunyi parsial partial assimilation seperti yang dijelaskan Crowley. Namun, seperti disebutkan tadi, Keraf membuat penjelasan tentang perubahan bunyi yang tidak ada dalam penjelasan Crowley, yakni perpanjangan pengimbang compensatory lengthening, labialisasi, dan paragog. Menurutnya, perpanjangan pengimbang adalah proses asimilasi. Menghilangnya sebuah konsonan mengakibatkan vokal yang mendahuluinya mengalami perpanjangan, seperti dalam Pra-Inggris fimf menjadi fiif dalam bahasa Inggris Kuno. Labialisasi adalah perubahan bunyi vokal akibat pengaruh bunyi yang berdekatan. Misalnya, landu dalam bahasa Pra-Nordis Kuno berubah menjadi lnd dalam bahasa Pra-Nordis. Hal itu terjadi karena vokal a yang terletak di depan vokal u berubah menjadi vokal  akibat perubahan bentuk bibir labialisasi. Sementara itu, paragog adalah penambahan fonem pada akhir kata. Misalnya, sejumlah kata dalam Austronesia Purba mengalami penambahan bunyi Universitas Sumatera Utara pada akhir kata-kata tersebut seperti bun → funa tutup, but → futi sentak, km → komi, dan tulak → tulaki tolak. Sementara itu, Hock 1988 memberikan penjelasan tentang jenis-jenis perubahan bunyi dengan menyebutkan perubahan-perubahan bunyi yang tidak disebutkan Crowley dan Keraf, yakni netralisasi neutralization, retrofleksasi retroflexion, diftongisasi diphthongization, netralisasi neutralization, kontraksi contraction, labiovelarisasi labiovelarization, degeminasi degemination, tonogenesis tonogenesis, silabikasi syllabication, dan desilabikasi desyllabication. Namun, dalam penelitian ini, perubahan-perubahan bunyi tersebut tidak diperikan karena terjadi pada bahasa-bahasa Indo-Eropa, alih- alih bahasa-bahasa Austronesia, khususnya bbB. Mengenai istilah, Hock menggunakan simplikasi klaster claster simplification untuk reduksi klaster cluster reduction dalam Crowley. Sementara itu, Pike 1968:58-60 mengemukakan premis-premis tentang perubahan bunyi sebagai berikut: Premis pertama, bunyi-bunyi cenderung dimodifikasi oleh lingkungan- lingkungannya. Premis kedua, sistem-sistem bunyi mempunyai kecenderungan ke arah simetri fonetik. Premis ketiga, bunyi-bunyi cenderung berfluktuasi. Premis keempat, urutan bunyi yang khas melahirkan tekanan struktural terhadap interpretasi segmen-segmen atau urutan-urutan segmen yang dicurigai sama atau identik. Jenis-jenis perubahan bunyi seperti disebutkan di atas dipandang komprehensif dan dapat menjelaskan perubahan-perubahan bunyi dari proto-bbB menjadi bbB yang sekarang. Sudah barang tentu, tidak semua perubahan tersebut terjadi dalam sejarah perkembangan bbB. Universitas Sumatera Utara

2.3 Penelitian Terdahulu