1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dalam bbB terlihat adanya keteraturan perubahan bunyi dalam perangkat korespondensi bunyi, proto-fonem yang
menurunkan bunyi-bunyi tersebut yang dapat dijadikan sebagai landasan rekonstruksi proto-morfem, rumus perubahan bunyi, serta berbagai fonem dan
realisasi fonetisnya. Atas dasar itu, masalah-masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Perangkat korespondensi bunyi apakah yang terdapat dalam bT, bS, bPD,
bA, bK, dan bM? 2.
Proto-fonem dan proto-morfem apakah yang memantulkan fonem-fonem dan morfem-morfem bT, bS, bPD, bA, bK, dan bM?
3. Bagaimanakah proto-fonem tersebut mengalami inovasi dalam bT, bS,
bPD, bA, bK, dan bM serta bagaimanakah inovasi tersebut dirumuskan? 4.
Bagaimanakah pengelompokan bbB? 5.
Fonem-fonem dan realisi fonetis apakah yang terdapat dalam bT, bS, bD, bA, bK, dan bM?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk menemukan perangkat-perangkat korespondensi dalam bT, bS, bPD, bA, bK, dan bM.
2. Untuk merekonstruksi proto-fonem dan proto morfem bT, bS, bD, bA,
bK, dan bM. 3.
Untuk menemukan inovasi proto-fonem bbB dan merumuskan inovasi tersebut dalam bT, bS, bPD, bA, bK, dan bM.
Universitas Sumatera Utara
4. Untuk mengelompok bT, bS, bD, bA, bK, dan bM berdasarkan kesamaan
atau kemiripan fonem-fonem bbB. 5.
Untuk mengiventarisasi fonem-fonem bbB dan realisasi fonetisnya.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai manfaat praktis dan teoretis seperti yang tercantum di bawah ini.
1.4.1. Manfaat Praktis
1. Penelitian ini memberikan solusi atas perbedaan pendapat
berkepanjangan di kalangan masyarakat Batak tentang bahasa apa di antara bbB yang merupakan pbbB. Tanpa adanya solusi tersebut,
perbedaan pendapat dan polemik berkepanjangan itu yang bersumber dari dugaan-dugaan non-linguistik dapat menimbulkan permusuhan
dan ketidakharmonisan rasial. 2.
Rekonstruksi proto-bahasa, termasuk proto-bbB merupakan langkah konkret untuk menggali bentuk-bentuk bahasa purba yang tidak
nampak sebagai salah satu unsur kebudayaan bangsa Indonesia. Di tengah pengaruh globalisasi, Indonesia cenderung mengadopsi budaya
asing dengan melupakan budayanya sendiri, khususnya budaya kuno. Penelitian yang menggali sejarah bbB merupakan upaya untuk
melahirkan kesadaran tentang pentingnya melestarikan masa lalu budaya, termasuk bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia.
3. Membaca penelitian ini, para pembaca akan mengetahui persamaan
dan perbedaan kosakata bT, bS, bPD, bA, bK, dan bM. Dengan
Universitas Sumatera Utara
adanya pengetahuan tersebut, mereka akan mempunyai kemampuan komunikasi yang lebih besar.
4. Kosakata dasar dalam bahasa-bahasa tersebut dapat dijadikan sebagai
rujukan bagi pembelajaran perbendaharaan kata yang menunjuk anggota tubuh, kata bilangan, hubungan kekerabatan, alam dan
sekitarnya serta kegiatan-kegiatan sehari-hari baik untuk tujuan pembelajaran bahasa-bahasa itu, secara khusus maupun untuk
pembelajaran perbandingan bahasa, secara umum. 5.
Dengan mengetahui kata-kata yang digunakan untuk menunjuk alam dan sekitarnya, para pembaca dapat mengetahui keadaan alam,
tumbuh-tumbuhan, dan hewan yang ada di setiap daerah pemakai bahasa masing-masing.
6. Penelitian ini dapat memotivasi para peneliti untuk melakukan
penelitian dalam bidang linguistik historis komparatif terhadap bahasa- bahasa daerah, khususnya bahasa-bahasa daerah yang tidak mendapat
perhatian dari para ahli bahasa. 7.
Di tengah banyaknya bahasa daerah di Indonesia yang terancam kepunahan, penelitian ini sangat bermanfaat untuk melestarikan
kosakata dasar bbB yang belakangan ini mulai dipakai berdampingan dengan atau digantikan oleh kosakata bahasa Indonesia,
dan bahasa-bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Misalnya, kata maan makan dalam bT dipakai berdampingan dengan
atau diganti oleh makkan, akka abang dipakai berdampingan dengan atau diganti oleh aba, agi
Universitas Sumatera Utara
adik laki-laki dipakai berdampingan dengan atau diganti oleh adek, dan mardlndln berjalan-jalan
dipakai berdampingan dengan atau diganti oleh runrun yang berasal dari kata bahasa Inggris round mengelilingi.
1.4.2 Manfaat Teoretis
1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan dalam studi sejarah
perkembangan bahasa-bahasa yang berkerabat sister languages, dalam hal ini bbB, dari bahasa purba protoparent language dalam lingkup
Linguistik Historis Komparatif Historical Comparative Linguistics. 2.
Penelitian ini menunjukkan cara menentukan perangkat-perangkat fonem atau klaster fonem yang berkorespondensi melalui analisis komparatif
dan diakronis serta merekonstruksi proto-bahasa dan mengelompokkan bahasa-bahasa berdasarkan tingkat kemiripan antara satu dengan yang
lain. 3.
Karena perbandingan bahasa dalam penelitian ini didasarkan pada perangkat perangkat bunyi atau klaster bunyi berkerabat, penelitian ini
sangat bermanfaat untuk studi fonetik dan fonologi. 4.
Keteraturan perubahan dan kebertahanan bunyi dalam bbB yang ditunjukkan dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk
menentukan rumus-rumus bunyi.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Keterbatasan Penelitian
Merekonstruksi proto-bahasa dapat dilakukan melalui rekonstruksi fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Penelitian ini terbatas pada
rekonstruksi perangkat korespondensi bunyi, klaster bunyi, dan morfem-morfem bebas yang dibangunnya. Pembatasan tersebut dilakukan karena rekonstruksi
dalam bidang-bidang linguistik lainnya, termasuk sintaksis dan semantik kurang berkembang dibanding dengan rekonstruksi proto-bahasa dalam bidang fonologi,
baik pada rumpun bahasa Indo-Eropa maupun pada rumpun bahasa Austronesia, sehingga sulit menemukan referensi untuk penelitian di luar fonologi. Sebeok
1971 mengatakan, rekonstruksi dalam bidang fonologi proto-Austronesia PAN lebih maju dibanding dengan rekonstruksi bidang-bidang lainnya. Menurutnya,
belum ada penelitian tentang morfologi dan sintaksis PAN, kecuali penelitian yang dilakukan secara kebetulan.
Rekonstruksi dalam penelitian ini terbatas pada rekonstruksi proto- morfem bbB dengan membandingkan fonem-fonem yang ada dalam bahasa-
bahasa tersebut dan tidak mencakup rekonstruksi sintaksis dan semantik. Pada umumnya, ketika para peneliti menggunakan istilah rekonstruksi, secara implisit
istilah itu mengandung makna rekonstruksi proto-morfem akibat lebih dominannya penelitian yang didasarkan pada analisis fonemis dibanding dengan
penelitian di bidang sintaksis dan semantik. Sementara itu, meskipun rekonstruksi proto-bahasa mempunyai persamaan
dengan rekonstruksi kejahatan kriminal, kedua rekonstruksi tersebut mempunyai perbedaan. Rekonstruksi proto-bahasa tidak dapat menunjukkan proto-bahasa
yang sesungguhnya, sedangkan rekonstruksi kejahatan kriminal dapat menunjukkan pelaku kejahatan berdasarkan bukti-bukti yang ada.
Universitas Sumatera Utara
Tentang keterbatasan rekonstruksi proto-bahasa, Keraf 1983:76 mengatakan,
Disadari sepenuhnya, bahwa apa yang dihasilkan dari rekonstruksi itu mungkin tidak paralel dengan keadaan yang
sebenarnya dengan perkembangan sejarah yang faktual. Bentuk- bentuk rekonstruksi secara pasti dapat memberikan implikasi
tentang wujud kata-kata proto, tetapi ia bukan kata-kata proto itu sendiri.
Keterbatasan rekonstruksi fonetis atau fonologis juga dikemukakan Mbete 2010 sebagai berikut, “Proto-bahasa bukanlah wujud nyata bahasa, melainkan
suatu “bangunan bahasa” yang dirakit kembali sebagai gambaran tentang masa lalu, yang juga tidak utuh”.
Sementara itu, McManis dkk., 1987: 265 mengatakan bahwa Teori Pohon Keluarga Bahasa maksudnya, hubungan genetis bahasa yang merupakan
landasan rekonstruksi proto-bahasa dan Teori Gelombang tidak dapat
memberikan jawaban yang memuaskan dan akurat tentang perubahan bahasa dan keberhubungan bahasa-bahasa. Mereka mengatakan selengkapnya sebagai
berikut: In fact, neither the family tree model nor the wave model presents
entirely adequate or accurate accounts of language change or the relatedness of language. For example, it is now known that
languages can exhibit linguistic similarities without necessarily being related. Nonetheless, the family tree and wave model do
provide useful frame works for the discussion of language change.
Meskipun rekonstruksi proto-bahasa tidak menghasilkan bentuk-bentuk proto-bahasa yang sesungguhnya, rekonstruksi proto-bahasa bukan tidak berguna.
Rekonstruksi moyang manusia yang sudah berusia ratusan juta tahun juga tidak mampu menemukan hubungan yang hilang antara satu bentuk rangka dengan
rangka lainnya missing link yang sampai sekarang masih didasarkan pada
Universitas Sumatera Utara
prakiraan, tetapi sangat bermanfaat untuk mengestimasi evolusi mahluk hidup, khususnya manusia, dari suatu masa ke masa lainnya untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan. Sama halnya, rekonstruksi bahasa sangat bermanfaat untuk memprediksi bentuk-bentuk proto-bahasa yang sangat
bermanfaat, bukan saja untuk studi linguistik tetapi juga untuk studi evolusi, kebudayaan, sejarah, dan lain-lain.
Selain dari keterbatasan di atas, penelitian ini juga mempunyai keterbatasan karena tidak mencakup faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
perubahan bunyi bbB seperti anatomi dan karakter etnik, iklim dan geografi, substrata, identifikasi daerah, kebutuhan fungsional, dan simplifikasi. Analisis
perubahan bunyi dalam penelitian ini terbatas pada jenis-jenis perubahan bunyi dari proto-bahasa ke bahasa-bahasa kontemporer.
Universitas Sumatera Utara
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bagian kajian pustaka ini, akan disajikan pengertian umum tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini serta teori-teori dan penjelasan-
penjelasan yang mendasarinya dengan segala kekuatan dan kelemahannya dan bagaimana teori-teori tersebut diimplementasikan serta penelitian-penelitian
terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini. Teori-teori dan penjelasan- penjelasan serta implementasinya, yang mempunyai kekuatan akan dijadikan
landasan dalam pengumpulan dan analisis data, sedangkan yang mempunyai kelemahan akan dijadikan bahan perbandingan.
2.1 Pengertian IstilahPenjelasan dan Kerangka Teori 2.1.1 Pengertian IstilahPenjelasan
2.1.1.1 Korespondensi Bunyi
Langacker 1972:329-230 mengatakan bahwa alat metode komparatif adalah korespondensi bunyi sistematis dalam bahasa-bahasa berkerabat. Dia
mengatakan perbedaan-perbedaan bentuk fonetis dalam perangkat korespondensi bersifat sistematis. Bunyi-bunyi yang berkorespondensi tidak harus sama tetapi
muncul secara teratur pada posisi yang sama dalam kata-kata yang mirip baik dari segi bentuk maupun arti.
Dalam penjelasan tersebut, dia tidak menggunakan istilah perangkat korespondensi fonemis, tetapi menggunakan istilah korespondensi bunyi yang
datanya adalah data fonetis.
Universitas Sumatera Utara