Pengucapan kata bad bd dengan bd dan bid merupakan contoh pemecahan vokal melalui proses off-glide. Pengucapan cat
dengan kjt dalam dialek bahasa Inggris Barbadia merupakan contoh pemecahan vokal melalui proses on-glide. Lihat beberapa contoh lainnya di
bawah ini: b. Kairiru
pale pial
rumah manu
mian burung
namu niam
nyamuk ndanu
rian air
lako liak
pergi
Sebagai catatan, contoh di atas juga merupakan contoh apakop, yakni hilangnya vokal pada posisi akhir kata.
2.2.3.15 Asimilasi
Asimilasi assimilation adalah perubahan bunyi yang diakibatkan oleh pengaruh bunyi yang berdekatan. Dua bunyi dikatakan lebih mirip secara fnetis
antara satu dengan yang lain setelah terjadi perubahan bunyi jika kedua bunyi yang berdekatan mempunyai kemiripan ciri fonetis dibanding dengan sebelum
perubahan bunyi terjadi. Jika perubahan bunyi mengakibatkan bertambahnya fitur ciri fonetis yang dimiliki kedua bunyi yang berdekatan, berarti asimilasi telah
terjadi. Sebagai contoh, klaster konsonan pada np, n dan p dapat
saling mempengaruhi. Kedua konsonan mempunyai fitur-fitur fonetis sebagai berikut:
n p
Universitas Sumatera Utara
1.voiced bersuara voiceless tidak bersuara
2. alveolar bilabial
3. nasal stop
Bunyi n dapat kehilangan fitur nasalnya dan menggantikannya dengan fitur p yang mengikutinya yang dapat ditunjukkan dengan
np →
dp Selain mengasimilasi fitur nasal, kita juga dapat mengasimilasi titik
artikulasi dengan mengikuti fitur konsonan berikutnya dengan menghasilkan perubahan berikut:
np →
mp Jika fitur kebersuaraan nasal menyerap ketidakbersuaraan bunyi hambat
yang mengikutinya, diperoleh perubahan berikut: np
→ np
Contoh-contoh di atas mencakup perubahan satu fitur fonetis saja. Perubahan dua fitur fonetis secara serentak dapat terjadi seperti dalam contoh
berikut: np
→ bp
bunyi n hanya mempertahankan kebersuaraan nasalnya pada b tetapi menyerap keadaan artikulasi manner of articulation dan titik artikulasi point of
articulation bunyi p yang mengikutinya secara serentak np
→ tp
Universitas Sumatera Utara
bunyi n hanya mempertahankan titik artikulasi nasal alveolar pada t tetapi mengikuti fitur p dalam ketidakbersuaraan dan keadaan artikulasinya,
dan np
→ mp
bunyi n hanya mempertahankan kenasalannya tetapi menyerap
ketidakbersuaraan dan titik artikulasi bunyi p yang mengikutinya. Contoh-contoh di atas merupakan contoh-contoh asimilasi parsial partial
assimilation, karena bunyi yang mengalami perubahan selalu mempertahankan paling sedikit satu dari fitur-fitur fonetis bunyi aslinya yang membedakannya dari
bunyi yang tidak mengalami perubahan. Jika semua fitur berubah untuk menyesuaikan diri dengan fitur-fitur bunyi lainnya, maka kedua bunyi itu
menjadi identik yang dinamakan geminate bunyi ganda secara fonetis yang juga
disebut sebagai asimilasi penuh yang dapat ditunjukkan dengan perubahan
np menjadi pp. Contoh-contoh asimilasi tersebut dinamakan asimilasi regresif regressive
assimilation yang ditandai dengan pengaruh bunyi dari arah kanan ke kiri. Fitur- fitur p lah yang mempengaruhi fitur-fitur n yang mendahuluinya.
Asimilasi seperti ini dapat ditunjukkan dengan A B. Asimilasi yang berlawanan dengan asimilasi tersebut kiri ke kanan dinamakan asimilasi progresif
progressive assimilation yang dapat ditunjukkan dengan A B. Asimilasi progresif juga dapat berwujud asimilasi progresif parsial dan
asimilasi progresif total. Dalam lingkungan klaster konsonan np, asimilasi progresif parsial dapat menunjukkan perubahan-perubahan bunyi sebagai berikut:
np →
nb asimilasi kebersuaraan
Universitas Sumatera Utara
np →
nt asimilasi titik artikulasi np
→ nm asimilasi keadaan artikulasi
np →
nm asimilasi dengan mempertahankan fitur tak bersuara p np
→ nm asimilasi dengan mempertahankan fitur bilabial p
nd →
nd asimilasi dengan mempertahankan fitur stop p Dalam lingkungan yang sama, asimilasi progresif total dapat
menunjukkan perubahan bunyi berikut: np
→ nn tanpa menyerap satu pun dari fitur-fitur p
Asimilasi titik artikulasi sangat sering terjadi dalam bahasa Inggris. Misalnya, in- dalam prefiks in- bervariasi menjadi im- di depan
konsonan bilabial, i- di depan velar, dan in- di depan bunyi-bunyi lainnya, termasuk vokal seperti dalam contoh-contoh berikut:
in-dvizbl inadvisable
im-blns imbalance
i-knsidt inconsiderate
in-dmisbl inadmissable
Dalam contoh-contoh di atas in- berasimilasi dengan titik artikulasi konsonan berikutnya misalnya, fitur alveolar digantikan dengan fitur titik
artikulasi bunyi berikutnya, yakni bilabial atau velar. Perubahan bunyi yang termasuk dalam palatalisasi juga merupakan perubahan asimilasi. Melalui proses
ini, bunyi yang bukan palatal misalnya, dental, alveolar, dan velar berubah menjadi bunyi palatal, biasanya di depan vokal depan i atau e atau semi
vokal j. Bunyi-bunyi yang termasuk dalam bunyi palatal adalah bunyi afriktif t dan d serta bunyi sibilan dan .
Universitas Sumatera Utara
Selain dari asimilasi yang menghasilkan perubahan bunyi pada titik artikulasi, perubahan juga terjadi pada keadaan artikulasi. Lihat contoh berikut
dalam bahasa Banoni, Provinsi Salomo Utara. b.Bonani
pekas →
beasa kotoran
wakar →
baara akar
pakan →
vaana menambah daging
tipi →
tsivi tarian tradisional
makas →
maasa kelapa kering
Bunyi-bunyi hambat intervokalik pada contoh di atas berubah menjadi frikatif bersuara pada titik artikulasi yang sama. Vokal, nasal, frikatif, dan lateral
mempunyai fitur fonetik kontinuan continuant, pengucapannya dapat diteruskan atau dihentikan. Bunyi-bunyi ini merupakan kebalikan dari bunyi-bunyi yang
mempunyai fitur non-kontinuan non-continuant seperti hambat, afrikatif, dan semi-vokal yang pengucapannya tidak dapat dihentikan. Perubahan bunyi hambat
menjadi bunyi kontinuan di antara dua bunyi kontinuan lainnya merupakan contoh asimilasi pada keadaan artikulasi dan kebersuaraan.
Jenis perubahan bunyi lainnya adalah perubahan bunyi bersuara menjadi bunyi tidak bersuara pada posisi akhir kata final devoicing. Bunyi-bunyi pada
posisi akhir kata, khususnya hambat dan frikatif tetapi kadang-kadang termasuk bunyi-bunyi lainnya, termasuk vokal sering berubah dari bunyi bersuara menjadi
bunyi tidak bersuara. Perhatikan contoh berikut dalam bahasa Jerman:
b. Jerman ba:d
→ ba:t
mandi ta:g
→ ta:k
hari hund
→ hunt
anjing land
→ lant
tanah
Universitas Sumatera Utara
ga:b →
ga:p beri
Asimilasi lainnya adalah asimilasi langsung assimilation at distance sebagai kebalikan dari asimilasi langsung immediate assimilation yakni
perubahan bunyi akibat pengaruh bunyi yang berdekatan baik yang mendahului maupun yang mengikuti seperti yang ditunjukkan dalam semua contoh di atas.
Pada asimilasi langsung, sebuah bunyi dipengaruhi oleh bunyi lain tidak secara langsung dari kiri ke kanan atau sebaliknya, tetapi mempunyai jarak pada
posisi kata atau suku kata. Di Papua New Guine Selatan, ketika penutur bahasa Huli mengadopsi kata piksi ‘gambar’ dalam bahasa Tok Pisin ke dalam bahasa
mereka, kata itu sering diucapkan kikida alih-alih pikida. Hal ini terjadi karena p pada suku kata pertama telah berasimilasi dalam jarak jauh
pada titik artikulai k pada suku kata kedua. Kadang-kadang asimilasi langsung merupakan fitur yang sangat umum
dalam satu bahasa dan bahkan kadang-kadang asimilasi mengubah seluruh kata. Perubahan seperti ini disebut harmoni harmony. Banyak bahasa yang mengalami
harmoni vokal vowel harmony, asimilasi satu atau lebih fitur satu vokal ke beberapa atau semua vokal lainnya dalam satu kata. Dalam bahasa Bislami,
misalnya, sufiks -im transitif pada kata kerja mempunyai tiga variasi, seperti terlihat pada contoh berikut:
kuk-um ‘memasak’ mit-im
‘mejumpai’ har-em
‘merasa’ put-um
‘meletakkan’ kil-im ‘memukul’
mek-em ‘membuat’ sut-um
‘menembak’ rit-im ‘membaca’
so-em ‘menunjukkan’
Mengikuti suku kata dengan vokal belakang tinggi, i pada sufiks berubah menjadi u. Perubahan ini merupakan contoh asimilasi jarak jauh
Universitas Sumatera Utara
fitur depan pada satu suku kata menjadi fitur belakang pada suku kata lainnya. Mengikuti suku kata dengan vokal tengah atau rendah, i dengan fitur tinggi
merendah menjadi e dengan fitur tengah akibat pengaruh vokal pada suku kata yang mendahuluinya.
Kadang-kadang, harmoni melibatkan fitur-fitur selain dari fitur-fitur vokal. Dalam bahasa Enggano, Indonesia, terdapat perubahan bunyi yang dinamakan
harmoni nasal nasal harmony. Dalam bahasa Enggano, semua bunyi hambat bersuara dalam satu kata berubah menjadi nasal homorgan dan semua vokal
terpisah berubah menjadi vokal-vokal nasal yang sama ketika mengikuti nasal apa saja dalam sebuah kata seperti terlihat pada contoh berikut:
b. Enggano honabu
→ honamu isterimu
ehkua →
ehkua tempat duduk
euadaa →
euadaa makanan
Ada harmoni vokal yang dinamakan umlaut dalam bahasa-bahasa rumpun Germania. Perubahan bunyi ini merupakan pengedepanan vokal belakang atau
peninggian vokal rendah akibat pengaruh vokal depan pada suku kata berikutnya. Sering terjadi vokal tinggi mengikuti vokal lainnya yang
mengakibatkan perubahan, kemudian hilang melalui proses apokop atau menjadi schwa. Dalam keadaan ini, vokal depan yang baru merupakan satu-satunya cara
untuk membedakan satu kata dengan kata-kata lainnya. Pasangan-pasangan kata yang tidak teratur tunggaljamak seperti
footfeet dalam bahasa Inggris merupakan hasil dari harmoni atau umlaut. Bentuk tunggal aslinya adalah, fo:t dan jamaknya adalah fo:t-i. Bunyi o:
dikedepankan ke vokal bulat akibat pengaruh vokal depan -i pada
Universitas Sumatera Utara
sufiks jamak, sehingga bentuk jamak menjadi fo:t-i. Kemudian, vokal sufiks tersebut dihilangkan dan vokal bulat depan akar kata menjadi tidak bulat
sehingga menjadi e:. Ketika bentuk tunggal adalah fo:t, bentuk jamak telah berubah menjadi fe:t. Perubahan antara fo:t dengan fe:t lah
yang melahirkan pasangan footfeet dalam bahasa Inggris Moderen.
2.2.3.16 Disimilasi