menggunakan PBL siswa dituntut untuk berpikir ilmiah dan guru hanya menjadi fasilitator yang membantu siswa dalam memecahkan masalah. Aktivitas siswa
dalam mengikuti pelajaran sangat penting karena tanpa ada aktivitas, proses pembelajaran tidak akan berlangsung baik dan hasil belajar pun akan sulit
meningkat Hal ini juga diperkuat dengan pendapat Dewey dalam Sardiman 2003: 97
bahwa, aktivitas sangat diperlukan dalam belajar. Tanpa ada aktivitas, proses belajar tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Adanya aktivitas yang
meningkat diharapkan akan merubah cara belajar siswa dari belajar pasif menjadi cara belajar aktif, sehingga dapat lebih mudah menguasai atau menyerap materi-
materi yang diajarkan oleh guru di sekolah atau dengan kata lain dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal.
Pembelajaran yang bermakna apabila siswa aktif dalam proses belajar dan pembelajaran. Siswa tidak sekedar menerima dan menelan konsep-konsep yang
disampaikan guru, tetapi siswa beraktivitas langsung. Dalam hal ini, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa.
2. Ada Perbedaan Rata-rata Hasil Belajar Ekonomi Siswa yang Memiliki
Minat Rendah yang Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning PBL dibandingkan dengan Pembelajaran Tradisional
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang memiliki minat belajar rendah pada kelas eksperimen
dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini dapat dibuktikan melalui uji hipotesis kedua, ternyata Ho ditolak dan H1 diterima, dengan menggunakan rumus T-test
diperoleh t hitung = 2,971 dan t tabel = 2,074, dengan kriteria pengujian hipotesis tolak Ho jika t hitung t tabel. Dengan demikian, terdapat perbedaan rata-rata
hasil belajar ekonomi siswa yang memiliki minat belajar rendah yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
PBL dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran tradisional.
Hasil penelitian ini juga dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas eksperimen yang mengunakan model pembelajaran Problem Based Learning yang memiliki minat
belajar rendah yaitu sebesar sebesar 71,25 dengan koefisien kemiringan skewness 0,434 kurang dari nol maka bentuk distribusinya negatif dan nilai
kurtosis -1,387 lebih kecil dari 0,263 maka distribusinya platikurtik. Sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran tradisional
yang memiliki minat belajar rendah sebesar 66,08 dengan koefisien kemiringan skewness 0,233 kurang dari nol maka bentuk distribusinya negatif dan nilai
kurtosis -,0862 lebih kecil dari 0,263 maka distribusinya platikurtik. Temuan penelitian ini diperkuat dengan pernyataan Wina Sanjaya bahwa Problem
Based Learning PBL memiliki kelebihan yaitu mengembangkan minat siswa untuk terus menerus belajar sekalipun kegiatan belajar mengajar di kelas telah
berakhir. Oleh karena itu, pembagian kelompok secara heterogen dapat membuat siswa yang memiliki minat belajar rendah dengan menggunakan model
pembelajaran PBL dapat berkembang minat belajarnya sedikit demi sedikit untuk belajar memecahkan masalah yang ada di dalam LKS.
Seperti pendapat yang diungkapkan Sumadi Suryabrata 1988: 109 yang menyatakan bahwa, minat adalah kecenderungan dalam diri individu untuk
tertarik pada sesuatu objek atau menyenangi sesuatu objek. Hal ini didukung oleh pendapat Berhard minat timbul atau muncul tidak secara tiba-tiba, melainkan
timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja, dengan kata lain, minat dapat menjadi penyebab kegiatan dan penyebab
partisipasi dalam kegiatan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Dimiyati Mahmud 1982 mengatakan bahwa,
minat adalah sebagai sebab yaitu kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh perhatian pada orang situasi atau aktifitas tertentu dan bukan pada yang
lain, atau minat sebagai akibat yaitu pengalaman efektif yang distimular oleh hadirnya seseorang atau sesuatu obyek, atau karena berpartisipasi dalam suatu
aktifitas.
Hal ini didukung oleh pendapat Dakir 1097: 81 yang menyatakan bahwa, untuk mencapai hasil yang baik disamping kecerdasan juga minat, sebab tanpa adanya
minat segala kegiatan akan dilakukan kurang efektif dan efesien. Dalam percakapan sehari-hari pengertian perhatian dikacaukan dengan minat dalam
pelaksanaan perhatian seolah-olah kita menonjolkan fungsi pikiran, sedangkan dalam minat seolah-olah menonjolkan fungsi rasa, tetapi kenyataanya apa yang
menarik minat menyebabkan pula kita berperhatian, dan apa yang menyebabkan perhatian kita tertarik minat pun menyertai kita.
Pada model pembelajaran Problem Based Learning PBL siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 5-8 orang per kelompok. Pembagian
kelompok tersebut diacak secara heterogen dengan kemampuan belajar siswa dan minat belajar siswa yang berbeda. Di dalam kelompok tersebut siswa yang
memiliki minat belajar rendah digabung dengan siswa yang memiliki minat belajar tinggi. Hal ini dimaksudkan agar siswa yang memiliki minat belajar
rendah dapat terdorong untuk ikut menyelesaikan masalah yang ada di dalam LKS. Pembagian kelompok secara heterogen juga dapat membuat siswa yang
memiliki minat belajar tinggi dapat membantu siswa yang memiliki minat belajar rendah dalam memecahkan masalah.
Sedangkan pada pembelajaran tradisional siswa hanya dituntut mendengarkan penjelasan guru tanpa harus memecahkan suatu masalah yang membuat siswa
menjadi pasif sehingga siswa yang memiliki minat belajar rendah terhadap pelajaran ekonomi menjadi bosan karena tidak ada ketertarikan terhadap
pembelajaran karena mereka tidak dituntut untuk berpikir kritis seperti dalam pembelajaran PBL yang menuntut siswa berpikir kritis dalam memecahkan
masalah yang berkaitahn dengan materi pelajaran yang akan dibahas.
3. Tidak Ada Perbedaan Rata-rata Hasil Belajar Ekonomi Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi yang Menggunakan Model Pembelajaran
PBL dibandingkan dengan Menggunakan Pembelajaran Tradisional
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang memiliki minat belajar tinggi pada kelas eksperimen
dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini dapat dibuktikan melalui uji hipotesis ketiga, ternyata H1 ditolak dan Ho diterima, dengan menggunakan rumus T-test
diperoleh t hitung = 1,464 dan t tabel = 2,074, dengan kriteria pengujian hipotesis terima Ho jika t hitung t tabel. Dengan demikian, hasil belajar ekonomi siswa
yang memiliki minat belajar tinggi yang pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran PBL tidak terdapat perbedaan dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran tradisional.
Hasil penelitian ini juga dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas eksperimen yang mengunakan model pembelajaran Problem Based Learning yang memiliki minat
belajar tinggi yaitu sebesar 72,75 dengan koefisien kemiringan skewness -0,076 kurang dari nol maka bentuk distribusinya negatif dan nilai kurtosis -0,514 lebih
kecil dari 0,263 maka distribusinya platikurtik. Sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran tradisional yang memiliki minat
belajar rendah sebesar 70,58 dengan koefisien kemiringan skewness 0,046 kurang dari nol maka bentuk distribusinya negatif dan nilai kurtosis 0,193 lebih
kecil dari 0,263 maka distribusinya platikurtik
Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto 1991: 182 yang menyatakan bahwa, minat belajar sendiri berarti suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu
hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.
Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Jadi siswa yang memiliki minat belajar tinggi mempunyai rasa suka dan keterikatan terhadap suatu
hal yang memang ia sukai tanpa ada yag menyuruh sekalipun.
Hal ini diperkuat dengan pendapat Muhaimin 1994: 4 yang menyatakan bahwa, minat merupakan kecenderungan afektif seseorang untuk membuat pilihan
aktivitas, kondisi-kondisi individual dapat merubah minat seseorang. Sehingga dapat dikatakan minat itu tidak stabil sifatnya.
Pembelajaran Problem Based Learning PBL yang menggunakan LKS yang di dalamnya terdapat masalah yang harus dipecahkan membuat siswa yang memiliki
minat belajar tinggi terpacu untuk dapat memecahkan masalah tesebut. Masalah yang ada di dalam LKS yang dibagikan berkaitan dengan materi yang akan
dipelajari. Masalah yang terdapat dalam LKS yang dibagikan berkaitan langsung dengan masalah yang terjadi di masyarakat sehingga siswa seolah berada dalam
situasi tersebut dan berusaha untuk dapat memecahkan masalah supaya dapat keluar dari masalah yang dihadapi.
Hal ini didukung oleh pendapat Sujanto Agus 1981 yang mengatakan bahwa, minat ialah suatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan
penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungan. Dalam belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa yang dipelajari dapat dipahami,
sehingga siswa dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan.
Pada dasarnya menerapkan model pembelajaran apapun pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi tidaklah sulit karena siswa yang minat belajar tinggi memiliki
keinginan dan rasa ingin tahu yang besar dibandingkan dengan siswa yang memiliki minat belajar rendah. Begitu pula dengan diterapkannya model
pembelajaran PBL dan tradisional, sama-sama hasil belajar ekonominya meningkat, namun pada model pembelajaran PBL siswa yang memilki minat
belajar tinggi lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran tradisional.
4.
Tidak Ada Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Minat Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Ekonomi
Berdasarkan hasil analisis pengujian hipotesis kedua diperoleh ada perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki minat belajar rendah
yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning PBL dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran
tradisional. Pada pengujian hipotesis ketiga diperoleh tidak terdapat perbedaan hasil belajar ekonomi siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning PBL dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran traditional. Hal
ini menunjukkan bahwa pada hipotesis kedua H1 diterima, sedangkan pada hipotesis ketiga H1 ditolak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada
interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar dalam mata pelajaran ekonomi. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan uji hipotesis keempat
menunjukkan bahwa, Ho diterima dan H1 ditolak, dengan rumus analisis varians dua jalan diperoleh F hitung = 1,726 dan F tabel = 4,062 dengan
kriteria pengujian hipotesis terima Ha jikaF hitung F tabel.
Hasil analisis data di atas menunjukkan bahwa dalam pencapaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran ekonomi pada standar kompetensi memahami konsep ekonomi dalam kaitannya
dengan permintaan, penawaran, harga keseimbangan dan pasar, pada siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning PBL rata-rata hasil belajarnya
lebih tinggi dari pada siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran tradisional. Dengan kata lain secara marginal siswa yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran PBL baik pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi atau rendah
memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dari pada siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran tradisional baik pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi maupun yang
memiliki minat belajar rendah. Pada pengujian hipotesis keempat terjadi kesalahan tipe 1 yaitu kesalahan karena
menolak hipotesis yang benar. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian dengan menggunakan uji power sebagai berikut.
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: nilai Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square
F Sig.
Noncent. Parameter
Observed Powera
Corrected Model
296.333b 3
98.778 6.314 .001
18.942 .952
Intercept 236321.33
3 1
236321.333 15106.255 .000 15106.255 1.000
m_pbljrn 161.333
1 161.333
10.313 .002 10.313
.881 m_bljr
108.000 1
108.000 6.904 .012
6.904 .729
m_pbljrn m_bljr
27.000 1
27.000 1.726 .196
1.726 .250
Error 688.333 44
15.644 Total
237306.00 0 48
Corrected Total
984.667 47
Sumber: Hasil pengolahan data tahun 2011
Berdasarkan hasil analisis data di atas, diketahui bahwa,
1.
Untuk perlakuan model pembelajaran, power 1-à penelitian ini adalah sebesar 0,881 atau 88,1 . Dengan kata lain peluang kesesatannya à
adalah 1-0,881= 0,119 atau 11,9
2.
Untuk perlakuan minat belajar, power 1-à penelitian ini sebesar 0,729 atau 72,9 . Dengan kata lain, peluang untuk kesesatannya à adalah 1-0,729
= 0,271 atau 27,1
Dengan demikian, kemampuan menolak hipotesis yang benar untuk perlakuan model pembelajaran lebih kuat dibandingkan dengan perlakuan minat belajar.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Terdapat perbedaan hasil belajar ekonomi antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning PBL dan
model pembelajaran tradisional. Hal ini ditunjukan dengan hasil perhitungan t hitung t tabel yaitu 3,002 2,013. Penggunaan model pembelajaran
Problem Based Learning PBL yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini terlihat bahwa hasil belajar ekonomi siswa yang
diajarkan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning 72,00 lebih tinggi dibandingkan siswa yang pembelajarannya menggunakan
model pembelajaran tradisional 68,33. 2. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan T-Test diperoleh hasil t
hitung t
tabel yaitu 2,971 2,074 yang berarti terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang memiliki minat rendah yang diajar menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning PBL dan model pembelajaran tradisional. Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning yang
tepat akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang memiliki minat rendah. Hal ini terlihat bahwa hasil belajar ekonomi siswa yang
memiliki minat belajar rendah yang diajarkan menggunakan model