Volume dan nilai produksi hasil tangkapan

46 satu kapalperahu serta seluruh RTP adalah nelayan tetap, tetapi RTBP ada yang sebagai nelayan tetap dan ada juga yang sebagai nelayan sampingan. Sistem bagi hasil antara nelayan pemilik dan buruh adalah 50-50, dimana nelayan pemilik mendapat 50 dan nelayan buruh masing- masing mendapatkan 25 bila nelayan pemilik memperkerjakan dua orang nelayan buruh. Sistem bagi hasil ini dilakukan setelah hasil tangkapan dilelang di TPI atau di tempat pendaratan lain. Biaya untuk operasi penangkapan ikan seluruhnya ditanggung oleh pemilik kapal dan hasil akhir dikurangi dengan biaya operasi tersebut.

4.6.4 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan

Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas perikanan dan kelautan Kabupaten Serang, diketahui bahwa produksi hasil tangkapan dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Tabel 7 menyajikan volume produksi dan nilai produksi selama kurun waktu tahun 1999-2004. Tabel 7.Volume dan nilai produksi hasil tangkapan gillnet di Karangantu, Tahun 1999-2004 Tahun Produksi ton Perkembangan Produksi Nilai Produksi Rupiah Harga rata-rata Rupiah 1999 841,26 - 2.089.689 2.484 2000 823,45 -2,12 2.059.448 2.501 2001 815,16 -1,00 2.791.923 3.425 2002 618,22 -24,2 2.665.146 4.311 2003 366,63 -40,7 2.236.810 6.101 2004 364,29 -0,64 3.117.311 8.590 Sumber : Dinas Perikanan dan Kekautan Kabupaten Serang, 2005. Tingkat penurunan yang signifikan terjadi pada tahun 2003 dengan perkembangan produksi mencapai 40.7 dan penurunan paling kecil terjadi pada tahun 2004 yaitu 0,64 dibandingkan tahun sebelumnya. Perkembangan produksi ikan sebagaimana terlihat pada Tabel 7 dari tahun ketahun mengalami fluktuasi. Pada tahun 1999 hingga tahun 2001 produksi tangkapan ikan mengalami penurunan dari 841,26 ton menurun menjadi 815,16 ton. Akan tetapi pada dua tahun berturut-turut kemudian, produksi tangkapan mengalami 47 penurunan yangsangat signifikan menjadi 618,22 ton dan 366,63 ton yaitu di tahun 2002 dan 2003. sedangkan ditahun 2003 kembali terjadi penurunan produksi yang tidak begitu tajam yaitu menjadi 364,29 ton. Penurunan hasil tangkapan ikan di Karangantu lebih dikarenakan musim ikan dan terjadinya depresi stok ikan, selain itu berubahnya musim ikan setiap tahun yang mungkin diakibatkan oleh perubahan iklim global menyebabkan hasil tangkapan pun semakin berkurang. Nilai hasil produksi dari tahun ke tahun cenderung menaik. Penurunan jumlah produksi ternyata tidak diiringi oleh penurunan nilai produksi. Hal itu disebabkan karena harga ikan tidak tetap yaitu setiap waktu dapat berubah. Apalagi dengan adanya krisis moneter di negara ini membuat semua harga naik tidak terkecuali harga ikan. Terlihat bahwa terjadi peningkatan mulai dari tahun 2000 dan puncaknya yaitu di tahun 2004 dengan nilai produksi Rp. 3.117.311.000,00.

4.7 Analisis Produksi Cobb-Douglas