38 Daerah yang menjadi tujuan penangkapan ikan di Karangantu, Kecamatan
Kasemen yang terletak di sebelah utara Kabupaten Serang yang posisi geografisnya di Teluk Banten, maka wilayah yang menjadi daerah penangkapan ikan bagi nelayan
tersebut adalah di perairan pulau-pulau sekitar Teluk Banten yaitu Pulau Panjang, Pulau Pamujan Kecil, Pulau Dua dan bahkan sampai Pulau Tunda. Akan tetapi bagi
nelayan yang beroperasi dengan armada penangkapan yang besar maka daerah penangkapan dapat mencapai Pulau Sumatera. Peta daerah penangkapan dapat dilihat
pada Lampiran 2. Sumber perikanan yang tersebar di perairan Karangantu antara lain ikan teri
dan udang jerbung banyak terdapat di sekitar Teluk Banten. Sedangkan ikan kurisi, tongkol, lemuru, layang, tembang, kembung, dan selar banyak terdapat di Selat Sunda
dan di sekitar bagian luar Teluk Banten.
4.5 Intensitas dan Musim Penangkapan Ikan
Intensitas penangkapan ikan oleh nelayan sangat dipengaruhi oleh keadaan musim angin dan waktu penangkapan ikan dilakukan hampir setiap hari, kecuali hari
Jum’at, yaitu berkisar 245 triptahun waktu per upaya penangkapan adalah satu hari, nelayan pulang setiap hari. Pada saat bertiup angin utara musim utara yaitu pada
bulan Januari hingga Maret, biasa disebut oleh nelayan musim paceklik, karena hasil tangkapan rata-rata sedikit bahkan tidak jarang pulang dengan tidak membawa hasil
tangkapan, serta biasanya pada musim ini disertai angin kencang dan gelombang tinggi yang dapat membahayakan nelayan, biasanya hasil tangkapannya hanya sekitar
15 dari jumlah hasil tangkapan rata-rata dalam setahun, walupun upaya tangkapannya cukup besar yaitu 82 triptahun. Pada bulan April hingga bulan
Agustus, angin bertiup dari arah timur musim timur hasil tangkapan nelayan meningkat tajam, yaitu berkisar 62 dan rata-rata upaya penangkapannya mencapai
108 triptahun. Sedangkan pada Bulan September hingga Desember, angin bertiup dari arah barat biasanya disebut angin barat musim barat dan hasil tangkapannya
cukup besar biasa disebut musim biasa dengan hasil tangkapan rata-rata 23 dengan rata-rata upaya tangkapannya sebesar 55 triptahun.
39
4.6 Perikanan Gillnet 4.6.1 Kapalperahu perikanan
Kapalperahu yang digunakan untuk usaha penangkapan ikan umumnya adalah perahu motor tempel yang berukuran kecil dan panjang sekitar 8 meter,
sedangkan kapal motor in board digunakan sebagai alat pengangkut untuk mendaratkan hasil tangkapan bagan.
Rincian jumlah kapalperahu yang beroperasi di perairan pantai Karangantu adalah sebagai berikut Tabel 3 :
Tabel 3. Jumlah armada penangkapan ikan gillnet di Perairan Karangantu Serang, Tahun 1999-2004
Tahun Perahu Tanpa
Motor Perahu Motor
Tempel Kapal Motor
Jumlah 1999
2000 2001
2002 2003
2004 -
- -
- -
- 16
16 17
25 33
23 -
- -
- 3
8 16
16 17
25 36
34 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang, 2005.
Daya tahan kapal kurang lebih 10 tahun dan daya tahan mesin kurang lebih 6 tahun menurut biasanya, nelayan Karangantu, daya tahan kapal dan mesin
tergantung dari perawatan dan pemakaian dari masing- masing nelayan. Pada kapal yang digunakan nelayan Perairan Karangantu mempunyai dua buah katir yang terbuat
dari bahan bambu dan dua buah kayu yang diikat dengan menggunakan tali tambang, fungsi katir pada kapal adalah sebagai penyeimbang kapal, agar pada saat gelombang
besar kapal tidak oleng. Pada kapal juga terdapat bendera sebagai identitas kapal yang diikat pada bambu setinggi 2 m.
4.6.2 Alat tangkap gillnet
Jumlah dan jenis alat tangkap yang dioperasikan di Karangantu adalah sebagai berikut Tabel 4 :
40
Tabel 4. Jumlah nelayan dan alat tangkap gillnet Karangantu, Tahun 1999-2004
Jumlah Nelayan Jumlah Alat Tangkap
Tahun RTP
Orang RTBP
Orang Jumlah
Orang Gillnet
Unit 1999
2000 2001
2002 2003
2004 16
15 15
22 33
27 42
37 40
65 97
95 58
52 55
87 130
102 68
68 68
76 68
61 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang, 2005.
Jenis bahan gillnet, yaitu gillnet multifillment jaring silir maupun gillnet monofillament jaring rampus, data yang ada tidak secara terpisah tersedia di Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang maupun di PPP Karangantu. Perbedaan jenis gillnet yang digunakan tersebut selain bahan jaring, juga ukuran tinggi jaring
yang digunakan dan penempatan jaring serta cara pengoperasiannya, untuk jaring silir, memiliki tinggi 3 kali lebih tinggi dari pada jaring rampus serta ada juga jenis
gillnet dasar jaring ciker yang pengoperasiannya di dasar perairan. Adapun pengoperasiannya, jaring silir dilakukan secara pasif tidak ditarik, sedangkan jaring
rampus dapat dilakukan secara aktif yaitu dengan cara jaring ditarik melingkar. Untuk penempatan jaring rampus dan jaring silir, sama-sama dapat dilakukan di
permukaan atau ditengah perairan laut. Dalam satu kapalperahu perikanan gillnet umumnya memiliki 1-2 jenis jaring, yaitu jaring silir, jaring rampus dan jaring ciker
penggunaanya tergantung dari daerah dan musim penangkapan. Adapun jenis jaring kejer biasanya termasuk jenis jaring trammel net dan pengoperasiannya di dasar
perairan. Asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah sama yaitu sekitar 35-
50 km dari fishing base. Nelayan biasanya mempunyai kedua jenis gillnet tersebut.
36
Tabel 5. Jenis-jenis nama jaring gillnet data terbanyak yang digunakan di Karangantu
Jenis Gillnet
Nama Daerah
X1 Ukuran
Mesh Perimeter
Inci X2
Ukuran Jaring m
Luas m
2
X3 Ukuran
Mesin PK
X4 Ukuran
Kapal GT
X5 Jumlah
Nelayan Orang
X6 Kebutuhan
BBM Liter
X7 Biaya Operasi
Rp. ribuTrip
Y
Produksi Rata-ratatripKg
Gilnet 4
24 x 800m 19200 m
2
20 3
5 13.3
200 86.5
Silir 2.5
13 x 800m 12400 m
2
18 4
4 8.3
100 62.2
Rampus 2
6 x 800m 6400m
2
16 4
3 8.3
80 38.4
Ciker 1.5
6 x 400m 2400 m
2
12 2
2 6.3
70 17.6
Jenis Gillnet
Nama Daerah
Fishing Ground
Bahan Jaring Target
Tangkapan Harga
Jaringset Rp. ribu
Jumlah Investasi
Awal Total Rp. juta
Ukuran Hasil
Tangkapan Cara Operasi
dan Lokasi Jumlah Kapal
Total : 34
Gilnet Perairan
Selat Sunda Monofillament
Tansi Tongkol,
Tenggiri dan Kembung
10.000 38
Sedang Pasif, Permukaan
1 Silir
Sebelah Utara P.Tunda
Multifillament Nylon
Kembung dan Tongkol
4800 31
Kecil-Sedang Pasif, Permukaan 9
Rampus Antara P. Dua
dan P. Tunda Monofillament
Tansi Kembung
1600 26
Kecil-Sedang PasifAktif
Permukaan 14
Ciker Perairan
Pantai Monofillament
Tansi Belanak
600 16.5
Kecil Pasif, Permukaan
hingga dasar 10
41
42 Ketika melaut nelayan membawa semua gillnet biasanya nelayan
memiliki 1-2 jenis jaring gillnet yang dimilikinya dan mengoperasikan gillnet sesuai dengan kondisi fishing ground. Apabila sedang musim ikan pelagis maka
nelayan akan mengoperasikan gillnet multifillament jaring silir dan bila sedang musim ikan demersal maka nelayan akan mengoperasikan gillnet monofillament
jaring ciker lokasi penangkapannya pada perairan pantai, apabila mengoperasikan secara aktif degunakan bahan jaring monofillament jaring
rampus serta jaring monofillament dengan jumlah jaring yang lebih banyak lebih luas pada perairan yang lebih jauh jaring gilnet yaitu di Perairan Selat Sunda,
adapun lokasi penangkapannnya jaring silir dan jaring rampus diantara Perairan Pulau Dua dan Pulau Tunda, sedangkan kapalperahu yang digunakan yaitu kapal
motor tempel out board dan kapal mitor in board dengan kekuatan 8-20 PK dan dengan ukuran kapal 2-4 GT. Saat ini sudah ada yang mengganti mesin
motor kapalperahunya dengan kapal motor in board dengan alasan keamanan, baik dari pencuri maupun dari bersenggolan dengan kapalperahu lain.
Gillnet mutifillament biasanya terbuat dari bahan nylon multifillament no. 60-80, dengan ukuran mata jaring mesh size 2,5 inci dan untuk gillnet
monofillament, terbuat dari bahan senar tansi dengan mess size jaring 1,5-4 inci. Satu unit jaring ciker yang biasa digunakan nelayan adalah panjang 400 m dan
lebar tinggi 6 meter. Tahap pengoperasian gillnet terdiri atas penurunan jaring setting, drifting dan penarikan jaring hauling. Setelah kapal sampai pada
fishing ground sekitar 1, 3 dan 6 jam, kecepatan kapal dikurangi dan dua orang pendega mulai menurunkan jaring. Biasanya setting dimulai pada pukul 5-6 sore.
Setting dilakukan dari lambung kiri kapal yang dimulai dengan penurunan pelampung tanda dan pemberat pertama, kemudian dilanjutkan dengan penurunan
pelampung, badan jaring, pemberat, pelampung tanda dan diakhiri dengan pemberat terakhir. Setelah semuanya diturunkan ke laut tali selembar yang
terhubung dengan tali ris atas diikat pada bagian haluan kapal, lalu mesin kapal dimatikan dan melakukan drifting selama 1 sampai 6 jam.
Pada saat penarikan jaring hauling, tali yang menghubungkan kapal dengan gillnet dilepas dan haluan kapal diputar agar posisi alat tangkap ada di
sebelah kiri lambung kapal dan mesin kapal dimatikan. Pertama-tama nelayan
43 menarik pemberat dan pelampung tanda, kemudian diikuti dengan penarikan
pelampung, benda jaring dan pemberat. Apabila terdapat ikan yang terjerat, penarikan dihentikan sesaat atau jaring ditarik perlahan untuk mengambil hasil
tangkapan tersebut. Ikan- ikan yang didapat langsung dipisahkan menurut jenisnya di atas kapal. Proses hauling diakhiri dengan penarikan pelampung tanda
dan pemberat yang pertama kali diturunkan. Pada saat hauling jaring ditarik sekaligus disusun untuk setting tawur berikutnya biasanya dilakukan 2-6 kali
tergatung musim dan arus angin. Adapun daya tahan rata-rata jaring gillnet adalah 3 tiga tahun.
Daerah penangkapan fishing ground dari keempat jenis gillnet berbeda- beda. Fishing ground untuk gillnet gilnet adalah didaerah Perairan Selat Sunda,
untuk gillnet silir di daerah perairan sebelah utara Pulau Tunda, gillnet rampus di daerah perairan antara Pulau Dua dan Pulau Tunda, sedangkan untuk gillnet ciker
di daerah Perairan Pantai Karangangantu hingga Pulau Dua. Target penangkapan ikan untuk gillnet gilnet adalah jenis-jenis ikan
pelagis ukuran sedang, yaitu ikan tongkol, tenggiri dan kembung, untuk gillnet silir adalah jenis-jenis ikan pelagis kecil hingga sedang, yaitu ikan kembung dan
tongkol, untuk gillnet rampus adalah jenis ikan pelagis ukuran kecil-sedang yaitu ikan kembung, sedangkan gillnet ciker adalah jenis ikan demersal yaitu ikan
belanak. Adapun jenis-jenis hasil tangkapan sampingan HTS adalah ikan kurisi, layur, layang, udang dan lain- lain.
Jumlah investasi awal untuk masing- masing gillnet berbeda-beda menurut keempat jenis gillnet yang digunakan. Untuk jenis gillnet gilnet investasi awalnya
sebesar Rp. 38.000.000,- dengan harga jaring gilnet sebesat Rp. 10.000.000,-, dengan ukuran jaring umumnya 24x800 meter, untuk jenis gillnet silir invetasi
awalnya sebesar Rp.31.000.000,- dengan harga jaring silir sebesar Rp. 4.800.000,-, dengan ukuran jaring umumnya 13x800 meter, untuk jenis gillnet
rampus investasi awalnya sebesar Rp. 26.000.000,- dengan harga jaring rampus sebesar Rp. 1.600.000,-, dengan ukuran jaring umumnya 6x800 meter, sedangkan
untuk jenis gillnet ciker dengan investasi awalnya sebesar Rp. 16.500.000,- dengan harga jaring ciker sebesar Rp. 600.000,- dengan ukuran jaring sebesar
6x400 meter.
44
Gambar 4. Gillnet multifillament yang digunakan di Karangantu
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang, 2005.
Gambar 5. Gillnet monofillament yang digunakan di Karangantu Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang, 2005.
45
4.6.3 Nelayan
Nelayan terdiri dari nelayan tetap, nelayan sambilan dan nelayan pendatang. Perincian jumlah nelayan di Karangantu adalah sebagai berikut :
Tabel 6. Perincian jumlah nelayan di Karangantu Serang, Tahun 1999-2004
Tahun Nelayan Tetap
Orang Sambilan
Orang Pendatang
Orang Jumlah
Orang 1999
2000 2001
2002 2003
2004 48
48 51
75 108
93 10
4 4
12 22
9 -
- -
- -
- 58
52 55
87 130
102 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang, 2005.
Nelayan Karangantu mayoritas Agama Islam dan sebagian besar adalah Suku Banten, dan semua nelayan gillnet adalah nelayan setempat dan tidak ada
yang sebagai pendatang, sedangkan nelayan lain ada yang pendatang berasal dari Cirebon, Lampung dan Bugis. Bahasa yang biasa dipakai dalam percakapan
sehari- hari adalah campuran antara Jawa dan Sunda. Sebagian besar berprofesi sebagai nelayan buruh.
Daerah pemukiman nelayan biasanya terletak tidak jauh dari wilayah penangkapan atau di sepanjang pesisir pantai. Umumnya mereka hidup
mengelompok berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan dalam beroperasi dan kegiatan usaha perikanan yang dilakukan di daerah Kasemen, Karangantu,
nelayan gillnet bermukiman di sekitar TPI yaitu di sepanjang Sungai Cengkok, dan di sepanjang jalan menuju TPI Karangantu dan di sekitar tempat pengolah
ikan asin. Ikan didaratkan di tempat pelelangan ikan dan dan ada yang tidak, akan tetapi ada pula nelayan yang mendaratkan ikan di Kasemen sedangkan tempat
tinggalnya di Kecamatan Pontang. Nelayan pemilik RTP yang ikut bersama dan satu atau dua orang
nelayan buruh ABKRTBP. Pada saat alat tangkap mulai dioperasikan pembagian tugas ini tidak terlalu berfungsi, karena nelayan bekerja sama dan
saling melengkapi satu sama lain. Nelayan pemilik ada yang memiliki lebih dari
46 satu kapalperahu serta seluruh RTP adalah nelayan tetap, tetapi RTBP ada yang
sebagai nelayan tetap dan ada juga yang sebagai nelayan sampingan. Sistem bagi hasil antara nelayan pemilik dan buruh adalah 50-50,
dimana nelayan pemilik mendapat 50 dan nelayan buruh masing- masing mendapatkan 25 bila nelayan pemilik memperkerjakan dua orang nelayan
buruh. Sistem bagi hasil ini dilakukan setelah hasil tangkapan dilelang di TPI atau di tempat pendaratan lain. Biaya untuk operasi penangkapan ikan seluruhnya
ditanggung oleh pemilik kapal dan hasil akhir dikurangi dengan biaya operasi tersebut.
4.6.4 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan
Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas perikanan dan kelautan Kabupaten Serang, diketahui bahwa produksi hasil tangkapan dari tahun ke tahun
mengalami fluktuasi. Tabel 7 menyajikan volume produksi dan nilai produksi selama kurun waktu tahun 1999-2004.
Tabel 7.Volume dan nilai produksi hasil tangkapan gillnet di Karangantu, Tahun 1999-2004
Tahun Produksi ton
Perkembangan Produksi
Nilai Produksi Rupiah
Harga rata-rata Rupiah
1999 841,26
- 2.089.689
2.484 2000
823,45 -2,12
2.059.448 2.501
2001 815,16
-1,00 2.791.923
3.425 2002
618,22 -24,2
2.665.146 4.311
2003 366,63
-40,7 2.236.810
6.101 2004
364,29 -0,64
3.117.311 8.590
Sumber : Dinas Perikanan dan Kekautan Kabupaten Serang, 2005. Tingkat penurunan yang signifikan terjadi pada tahun 2003 dengan
perkembangan produksi mencapai 40.7 dan penurunan paling kecil terjadi pada tahun 2004 yaitu 0,64 dibandingkan tahun sebelumnya. Perkembangan
produksi ikan sebagaimana terlihat pada Tabel 7 dari tahun ketahun mengalami fluktuasi. Pada tahun 1999 hingga tahun 2001 produksi tangkapan ikan
mengalami penurunan dari 841,26 ton menurun menjadi 815,16 ton. Akan tetapi pada dua tahun berturut-turut kemudian, produksi tangkapan mengalami
47 penurunan yangsangat signifikan menjadi 618,22 ton dan 366,63 ton yaitu di
tahun 2002 dan 2003. sedangkan ditahun 2003 kembali terjadi penurunan produksi yang tidak begitu tajam yaitu menjadi 364,29 ton. Penurunan hasil
tangkapan ikan di Karangantu lebih dikarenakan musim ikan dan terjadinya depresi stok ikan, selain itu berubahnya musim ikan setiap tahun yang mungkin
diakibatkan oleh perubahan iklim global menyebabkan hasil tangkapan pun semakin berkurang.
Nilai hasil produksi dari tahun ke tahun cenderung menaik. Penurunan jumlah produksi ternyata tidak diiringi oleh penurunan nilai produksi. Hal itu
disebabkan karena harga ikan tidak tetap yaitu setiap waktu dapat berubah. Apalagi dengan adanya krisis moneter di negara ini membuat semua harga naik
tidak terkecuali harga ikan. Terlihat bahwa terjadi peningkatan mulai dari tahun 2000 dan puncaknya yaitu di tahun 2004 dengan nilai produksi Rp.
3.117.311.000,00.
4.7 Analisis Produksi Cobb-Douglas
Dari pengolahan data, analisis proses produksi metode Cobb-Douglas dengan menggunakan Software Minitab seperti terlihat pada Lampiran 7
dihasilkan keragaman data dapat dijelaskan untuk model regresi dan sisanya oleh faktor lain R-Square = 83.3 Faktor- faktor yang mempengaruhi perikanan
gillnet di Karangantu 7 faktor, yaitu mesh perimeter inci, ukuran luas jaring m2, ukuran mesin PK, ukuran kapal GT, jumlah nelayan ABK orang,
konsumsi BBM liter dan biaya operasitrip yang paling berpengaruh adalah faktor ukuran luas jaring m
2
dengan tingkat kepercayaan 95 P=0.021 α
, α
=0.05. Adapun persamaan matematis model yang didapat dari penelitian ini adalah :
Y = 0.31 - 0.04 X1 + 0.783 X2 + 0.173 X3 - 0.453 X4 + 0.057
X 5 + 0.83 X6 – 0.4719 X7.
Dengan nilai F hitung lebih dengan selang kepercayaan 90 α
= 0,10, berarti ketujuh faktor memepengaruhi produksi perikanan gillnet. Intersep
konstanta bernilai positif 0.31, berarti titik potong garis regresi terletak pada sumbu y positif. Pada usaha perikanan gillnet di Perairan Karangantu,
48 berdasarkan uji F dapat dikatakan perubahan produksi Y, disebabkan oleh ketujuh
faktor tersebut. Dilihat dari koefisien determinasi square-R = 83,3 berarti faktor- faktor
produksi secara bersama-sama mempengaruhi produksi perikanan gillnet sebesar 83.3 dan sisanya 16.7 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak
termasuk dalam model, seperti musim, keterampilan nelayan, kondisi perairan daerah penangkapan dan potensi sumberdaya ikan yang ada.
Berdasarkan uji t, dapat dilihat pengaruh masing- masing faktor pada tingkat kepercayaan 95 nilai P lebih kecil dari
α = 0,05 nilai X2 ukuran
jaring berbeda nyata, sedangkan faktor lain X1, X3, X4, X5, X6 dan X7 tidak berbeda nyata terhadap terhadap produksi perikanan gillnet dengan P yang besar,
α sekitar 40 sehingga faktor- faktor tersebut sangat tidak berpengaruh terhadap
produksi perikanan gillnet. Koefisien regresi dari faktor ukuran jaring yang digunakan adalah sebesar
positif 0.783, maka setiap penambahan ukuran jaring dan faktor yang lain tidak berpengaruh citeris paribus maka produksi akan bertanbah 0.783 kg, dalam
pengembangan perikanan gillnet terdapat faktor pembatas yaitu antara lain permodalan nelayan, teknis operasi dan terbatasnya daerah penangkapan ikan.
4.8 Analisis Perikanan Gillnet