58 melaut. Ada beberapa diantaranya membawa es berjumlah ½ hingga satu balok
dengan harga per balok es yaitu Rp.12.000,00.
2 Penanganan ikan di tempat pelelangan ikan
Hasil tangkapan yang diperoleh nelayan PPP Karangantu tidak seluruhnya dijual melalui TPI dengan proses lelang. Ikan yang didaratkan di TPI pada
umumnya dalam keadaan mati, segar dan ada sebagian yang cacat fisik. Penanganan ikan di TPI, yaitu dicuci dengan air yang berasal dari kolam
pelabuhan karena sumber air bersih yang tersedia sangat terbatas. Ikan yang dilelang di TPI diletakkan di lantai gedung TPI. Hal ini sangat mempengaruhi
mutu ikan karena ikan hasil tangkapan dikeluarkan dari drumblong dengan cara dilempar ke lantai TPI.
3 Penanganan ikan di pengumpul
Penanganan dengan menggunakan es dilakukan oleh bakulpedagang pengumpul yang akan memasarkan hasil tangkapan dalam bentuk segar ke
beberapa tempat baik di daerah maupun ke luar daerah Karangantu. Ikan diletakkan didalam drum atau cool box karena akan berpengaruh terhadap mutu
ikan ketika sampai di tangan konsumen.
4 Penanganan selama pengolahan
Pada dasarnya pengolahan ikan dapat dibedakan kedalam dua jenis, yaitu pengolahan tradisional dan pengolahan modern. Pengolahan ikan yang ada di
sekitar PPP Karangantu bersifat tradisional yang merupakan lanjutan dari proses penanganan.
Pengolahan tradisional relatif tidak memerlukan keterampilan khusus dengan proses produksi sederhana. Pengolahan yang dilakukan di PPP
Karangantu merupakan usaha sampingan yaitu pada saat hasil tangkapan sedang melimpah sehingga tidak laku dijual dalam bentuk segar atau ketika hasil
tangkapan kualitasnya rendah, kemudian diolah menjadi ikan asin.
4.11 Analisis Ekonomi dan Finansial
Efisiensi teknis berhubungan dengan efisiensi dari unit penangkapan ikan, kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi teknis yaitu hemat biaya dan
energi.
59 Suatu unit penangkapan dikatakan hemat biaya dan energi dinilai dari
jumlah penggunaan bahan bakar dalam satu kali trip. Bahan bakar yang dibutuhkan untuk mengoperasikan unit gillnet biasanya solar sebanyak 8,3 liter
dan oli 1,5 liter dalam satu kali trip satu hari. Dalam sebulan biasanya jumlah trip yang dilakukan oleh nelayan gillnet 21 tripbulan.
Perkiraan kebutuhan bahan bakar minyak BBM, dalam sehari-hari tidak dapat dilakukan karena kapal yang digunakan untuk mengoperasikan gillnet
disesuaikan dengan musim ikan, tentunya jumlah pemakaian bahan bakar ini tergantung dari jarak yang ditempuh untuk menuju ke fishing ground.
Penyediaan bahan bakar minyak dapat dipenuhi oleh SPDN Mina Bhakti. Rumus untuk menghitung konsumsi bahan bakar Gasperzs, 1992 adalah :
Diketahui : Mesin yang digunakan rata-rata = 15 PK
Waktu yang diperlukan rata-rata = 3 jam
Volume = Massa Berat Jenis
= 0.00855 ton 0.85 ton m
3
= 0.0101 m
3
~ 10.1 liter Berdasarkan hasil perhitungan bahan bakar, pengunaan bahan bakar
tergolong cukup efisien, karena seharusnya mesin membutuhkan bensin sebanyak 10,1 liter. Dalam pengoperasian alat tangkap mesin dinyalakan hanya dalam
waktu tiga jam untuk satu kali trip 1 trip = 8 jam. Mesin dinyalakan hanya pada waktu menuju ke fishing ground, setting dan pada waktu kembali ke fishing base,
sedangkan selebihnya mesin dimatikan drifting. Konsumsi bahan bakar di PPP Karangantu tergolong hemat bahan bakar
karena untuk mengoperasikan gillnet biasanya digunakan 8,3 liter solar. Seharusnya mesin membutuhkan solar sebanyak 10.1 liter.
Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui keuntungan yang diterima nelayan pada suatu upaya penangkapan ikan. Keuntungan diketahui melalui
biaya tetap operasi penangkapan, biaya tidak tetap operasi, volume dan nilai produksi alat tangkap gillnet. Adapun perhitungan analisis finansialnya Lampiran
8 adalah : Konsumsi Bahan Bakar = 0.19kgPKjam
60
Nilai BEP Rp.10.915.000,-unittahun
Kelebihan Keuntungan dengan BEP adalah : Rp. 4.244.500,0
BEP Volume = 4461 Kgunittahun
Kelebihan Produksi dengan BEP adalah : 1164 Kgunittahun
Nilai Net BC = 1,54
Dari perhitungan kas arus dana total penerimaan dan biaya dengan faktor DF PF dan PA dari Tabel faktor bunga modal, dengan asumsi discount rate
saat ini rata-rata 18tahun maka didapat :
NPV = Rp. 54.736.293,- IRR = 74,40
Dengan nilai net BC diatas 1, NPV bernilai positif diatas atau sama dengan 0 dan nilai IRR diatas discount rate saat ini diatas 18 maka perikanan
gillnet di Karangantu layak dan baik untuk dikembangkan.
Aspek ekonomi juga dinilai berdasarkan kriteria-kriteria yang meliputi :
1 Meningkatkan wirausaha dan investor
Berdasarkan analisis finansial diketahui biaya investasi gillnet yang dibutuhkan sebesar Rp. 26.000.000,00. Keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp.
15.159.500,00. per tahun.
2 Evaluasi Kinerja Ekonomi Perikanan Gillnet Saat ini
Evaluasi kinerja ekonomi perikanan gillnet di perairan Karangantu, Kabupaten Serang-Provinsi Banten adalah dari keuntungan rata-rata untuk
nelayan pemilik RTP adalah Rp. 15.159.500,- per tahun atau Rp. 1.263.000,- per bulan bagian hasil 50, diketahui bahwa upah minimum regional UMR
Kabupaten Serang 2005 sebesar Rp. 756.000,-bulan, dengan demikian untuk RTP nelayan perikanan gillnet melebihi nilai UMR. Untuk nelayan buruh
perikanan gillnet dengan pembagian hasil rata-rata 20 dari hasil total, sebesar Rp. 505.000,- per bulan, jika dibandingkan dengan upah minimum buruh,
Kabupaten Serang 2005 sebesar Rp. 462.500,- per bulan, maka pendapatan nelayan buruh perikanan gillnet di Perairan Karangantu, masih cukup baik. Untuk
sumbangsih perikanan gillnet terhadap pendapatan asli daerah PAD dari biaya
61 lelang, retribusi dan perijinan adalah sebesar Rp. 32.266.000,- Dinas Perikanan
dan Kelautan Kabupaten Serang, 2005.
4.12 Analisis Pemasaran