Pengindraan Perenungan dan Pengendapan Permainan Kata

Peristiwa yang Mengesankan 155

D. Menulis Puisi

Setelah mengikuti pembelajaran ini, kalian diharapkan dapat mengekspresikan perasaan ke dalam puisi menggunakan diksi yang tepat dan dapat mempublikasikan hasil karyamu di lingkungan sekolah atau luar sekolah. Pernahkah kalian menulis puisi? Tentu pernah, bukan? Dalam menulis puisi diperlukan bahan. Bahan tersebut tidak lain adalah realitas kehidupan dan pengalaman sehari-hari baik lahir maupun batin, yang menyenangkan, menyedihkan, atau yang paling berkesan. Menulis puisi dapat dimulai dari hal-hal tersebut. Kenyataan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari itu merupakan salah satu bahan utama yang efektif dalam mengawali penulisan puisi. Kejadian sehari-hari dapat diekspresikan menjadi sebuah puisi. Kejadian menarik atau berkesan yang kita alami merupakan bahan utama yang penting untuk diolah menjadi puisi. Salah satu cara menulis puisi yaitu merinci atau menjelaskan suatu objek konkret atau nyata. Objek konkret itu bisa ditangkap pancaindra seperti gunung, sungai, laut, pantai, pengemis, penjaja koran, kupu-kupu, anak sekolah, burung, dan sebagainya. Agar menjadi sebuah puisi, lakukan kegiatan merinci segala hal yang berkaitan dengan objek konkret tersebut. Rincian itu bisa berupa bentuknya, ukuran fisiknya, fungsinya, tempatnya, jumlahnya, warnanya, dan lain sebagainya. Tentu saja, agar lebih menarik, sebaiknya menggunakan bahasa yang indah untuk merinci objek tersebut. Menulis puisi pada dasarnya merupakan suatu proses atau tahapan- tahapan. Tahapan yang dimaksud, yaitu1 pengindraan , 2 perenungan dan pengendapan, dan 3 memainkan kata-kata. Marilah kita coba menulis puisi Untuk latihan kali ini, kita tetapkan saja objek konkret yang sangat kita kenal, yaitu burung.

1. Pengindraan

Coba, indralah dengan mata kamu, seekor burung. Perhatikan secara teliti mulai dari kaki, ekor, sampai paruh. Apa kamu pernah menghitung jumlah jari-jari burung? Berapa jumlahnya? Apakah 156 Bahasa Indonesia XI Program Bahasa pernah menghitung sayapnya? Bagiamana dengan jumlah bulunya? Berapa kali sehari berkicau? Apa makanan kesukaannya? Apa warna bulunya? Kumpulkan sebanyak mungkin informasi tentang burung yang dapat ditangkap oleh indra. Kalau sudah, kamu akan menemukan sesuatu “yang aneh” dari burung itu. Simpanlah hal- hal “yang aneh” itu dalam memori kamu. Pada dasarnya nanti, memori itu bermanfaat untuk dipanggil kembali.

2. Perenungan dan Pengendapan

Marilah kita mencoba memahami burung dengan perenungan dan pengendapan. Coba lompat sedikit ke masalah karpet. Apakah menyimpang dari masalah burung? Tidak. Itulah ciri seorang penyair. Selanjutnya coba renungkan warna bulu burung Dari mana warna itu ada? bandingkan warna bulu burung dengan warna karpet. Pernahkah kamu melihat burung hinggap di atas karpet? Bandingkan burung dengan karpet Burung berada di sangkar dan karpet berada di lantai. Coba renungkan kembali dalam-dalam Adakah hubungan antara burung , karpet dan manusia kita? Ada atau tidak? Mengapa karpet yang bagus, tetapi diletakkan di lantai? Ia hanya diinjak-injak, bahkan sekali-kali kena kotoran burung. Burung yang bersayap indah, tetapi dikurung. Luas dunianya hanya seluas sangkarnya. Pikirkan sungguh-sungguh, apakah ada di dunia ini yang bernasib seperti karpet atau seperti burung?

3. Permainan Kata

Berpuisi pada dasarnya adalah “bermain kata-kata”. Oleh karena itu, sebelum menciptakan puisi, kumpulkan dahulu kata-kata yang berhubungan dengan objek yang akan ditulis, yakni burung. Pengumpulan kata-kata dapat diperoleh melalui tahap pengindraan. Selanjutnya, kumpulkan kata-kata tadi “dipermainkan”, dengan cara diseleksi, dipilih, dipotong, digabung, dan diklasifikasi. Manakah kata-kata yang bernilai rasa tinggi? Manakah kata-kata yang dapat membangkitkan imajinasi? Jika kita jajarkan kata-kata yang terkait dengan ciri-ciri burung adalah seperti berikut. “paruh, sayap, mata, bulu, kaki, ekor, kicauan, kalau terbang hinggap di pohon, di dalam sangkar, warna bulu, makanannya, dan sebagainya.” Peristiwa yang Mengesankan 157 L atihan 7.6 Kata-kata di atas masih dangkal dan belum memiliki daya atau kekuatan. Kata-kata di atas sekedar patokan awal, untuk dikembangkan menjadi imajinasi seperti berikut ini Burung emas Yang kukurung di jantungku Semakin mencakar-cakar Tak mau singgah di pojok hatiku Karya: Suwardi Endraswara. Sumber: Membaca, Menulis, Mengajarkan sasta. Puisi di atas ditulis berdasarkan objek konkret yaitu burung. Nah, mudah bukan? kamu pasti bisa melakukannya. Silakan mencoba menulis puisi. Pilihlah salah satu objek konkret dan kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang berkaitan dengan objek tersebut. Kemudian tulislah sebuah puisi, dengan bahasa yang indah, berdasarkan informasi yang sudah anda peroleh itu. Selamat mencoba dan terus mencoba Buatlah sebuah puisi bebas berdasarkan pengalamanmu Gunakan langkah-langkah seperti diuraikan di atas

E. Menganalisis Puisi